"Untuk jangka pendek, kami memperkirakan adanya volatilitas yang signifikan di pasar komoditas global, dengan pemulihan ekonomi China yang berlangsung tidak merata," ungkap Kepala Eksekutif Mike Henry dalam pernyataan pendapatan.
Ia juga mencatat bahwa pasokan bijih besi akan melampaui permintaan hingga tahun depan akibat melimpahnya produksi baja yang membanjiri pasar.
Melambatnya ekonomi China dan stagnasi di pasar properti telah menekan permintaan logam, khususnya bijih besi yang merupakan bahan baku utama dalam produksi baja. Bijih besi menyumbang hampir dua pertiga dari total pendapatan BHP.
Pimpinan perusahaan baja terbesar di China sebelumnya memperingatkan bahwa industri baja saat ini menghadapi kondisi yang lebih buruk daripada krisis tahun 2008 dan 2015. Gelombang kelebihan baja dari China diperkirakan akan mendominasi pasar global.
BHP melaporkan laba yang dapat diatribusikan sebesar USD13,66 miliar untuk tahun yang berakhir pada Juni, naik 2 persen dibandingkan tahun sebelumnya dan sedikit melampaui estimasi analis sebesar USD13,49 miliar. Saham perusahaan mengalami kenaikan hingga 2,7 persen di Sydney setelah pengumuman laba.
Henry mengisyaratkan rencana untuk memfokuskan BHP pada bahan-bahan yang relevan dengan transisi energi, terutama tembaga. Namun, upaya BHP untuk mengambil alih Anglo American Plc senilai USD49 miliar tahun ini gagal, memberikan pukulan terhadap ambisi tersebut.
Perusahaan akan memiliki kesempatan baru untuk mengajukan tawaran pada bulan November mendatang, dan Henry menyatakan bahwa masih banyak peluang menarik untuk ekspansi tembaga.
Saat ini, tembaga menyumbang kurang dari 30 persen dari total penjualan BHP. Produksinya meningkat 9 persen sepanjang tahun hingga Juni, dengan proyeksi pertumbuhan tambahan sebesar 4 persen tahun ini.
Pendapatan keseluruhan BHP naik 3 persen berkat volume penjualan yang lebih tinggi serta harga bijih besi dan tembaga yang relatif kuat. Namun, kenaikan ini sebagian terimbangi oleh penurunan harga batu bara dan penurunan harga nikel, yang disebabkan oleh banjir pasokan murah dari Indonesia. Hal ini mendorong keputusan perusahaan untuk menutup bisnis Nickel West.
Harga bijih besi dan tembaga mengalami pelemahan sejak akhir periode pelaporan, yang bisa jadi menandakan tantangan di masa depan. BHP akan membayar dividen final sebesar 74 sen per saham.
Harga batu bara mengalami penurunan berkelanjutan setelah pengumuman monumental dari Arch Resources dan Consol Energy mengenai rencana pembentukan konglomerat tambang batu bara senilai lebih dari Rp77,5 triliun.
Menurut data dari Refinitiv, harga kontrak batu bara acuan ICE Newcastle untuk bulan September pada perdagangan Rabu 21 Agustus 2024 tercatat turun 2,08 persen, berada di level USD146,15 per ton. Penurunan ini melanjutkan penurunan sebelumnya pada 20 Agustus 2024, yang mencapai 1,32 persen.
Saat ini, harga batu bara mencapai level terendah sejak 5 Agustus 2024. Dalam dua hari terakhir, harga batu bara melemah secara kumulatif sebesar 3,32 persen, menyusul lonjakan 1,74 persen pada awal minggu ini.
Dikutip dari Reuters, Arch Resources dan Consol Energy akan bergabung dalam kesepakatan saham untuk menciptakan entitas pertambangan batu bara raksasa dengan nilai lebih dari USD5 miliar di Amerika Utara. Meskipun investasi baru dalam tambang batu bara terbatas akibat regulasi emisi yang ketat, bahan bakar fosil ini diperkirakan tetap menjadi bagian integral dari campuran energi global, terutama di negara-negara seperti India dan China.
Pembukaan tambang batu bara ini diperkirakan akan meningkatkan pasokan global, berpotensi menekan harga di tengah transisi energi yang berlanjut.
Proyeksi menunjukkan bahwa lebih dari 67 persen dari volume pro forma perusahaan baru akan diekspor ke pasar Asia yang berkembang pesat, menurut James Brock, CEO Consol, dalam panggilan dengan analis.
Brock menambahkan bahwa perusahaan gabungan akan hampir tidak mengalami tumpang tindih dalam produk dan pelanggan.
Saham Consol melonjak 4,4 persen, sementara saham Arch Resources naik 2,3 persen. Perusahaan gabungan ini akan memiliki kapasitas ekspor sebesar 25 juta ton per tahun melalui dua terminal pengiriman.
Kesepakatan ini diharapkan menghasilkan penghematan biaya tahunan sebesar USD110 juta hingga USD140 juta dalam enam hingga 18 bulan setelah penutupan transaksi, yang diperkirakan akan terjadi pada kuartal pertama 2025.
Consol akan menerbitkan 1.326 saham biasa untuk setiap saham Arch Resources, atau sekitar USD125,61 per saham, menurut perhitungan Reuters.
Pemegang saham Arch akan memegang sekitar 45 persen dari perusahaan gabungan, sedangkan sisanya akan dimiliki oleh pemegang saham Consol.
Perusahaan baru ini akan dikenal sebagai Core Natural Resources dan akan diperdagangkan dengan simbol ticker yang belum diumumkan.
Transaksi di sektor ini meningkat dalam setahun terakhir seiring dengan permintaan yang terus kuat, terutama untuk batu bara kokas. Glencore (GLEN.L) telah mengakuisisi aset batu bara dari Teck Resources (TECKb.TO) di Kanada, sementara Anglo American (AAL.L) sedang mencari pembeli untuk tambang batu bara metalurgi Australia-nya setelah menolak tawaran akuisisi senilai USD49 miliar dari BHP (BHP.AX).
Penurunan harga batu bara juga dipengaruhi oleh penurunan harga gas Eropa, yang turun 4,6 persen dalam seminggu menjadi EUR37,22 per MWh. Batu bara, sebagai substitusi gas, mengalami dampak langsung dari fluktuasi harga gas. (*)