Logo
>

Nilai Ekspor RI Meningkat 6,65 Persen, Impor 17,82 Persen

Ditulis oleh Ayyubi Kholid
Nilai Ekspor RI Meningkat 6,65 Persen, Impor 17,82 Persen

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Badan Pusat Statistik (BPS) merilis data terbaru terkait kinerja ekspor dan impor Indonesia pada Juli 2024, yang menunjukkan peningkatan signifikan di kedua sektor tersebut.

    Nilai ekspor pada Juli 2024 mencapai USD22,21 miliar, meningkat 6,65 persen dibandingkan dengan Juni 2024. Jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, Juli 2023, nilai ekspor Indonesia mengalami kenaikan sebesar 6,46 persen (year on year/yoy).

    Ekspor nonmigas pada Juli 2024 memberikan kontribusi terbesar dengan nilai mencapai USD20,79 miliar. Angka ini meningkat 5,98 persen dibandingkan dengan Juni 2024 dan naik 5,87 persen jika dibandingkan dengan Juli 2023.

    Ekspor migas juga menunjukkan kinerja positif dengan peningkatan sebesar 15,57 persen menjadi USD1,42 miliar pada Juli 2024, naik dari USD1,23 miliar pada Juni 2024. Peningkatan ini juga kuat secara tahunan.

    Pelaksana tugas (Plt) Kepala BPS, Amalia Adininggar Widyasanti, menjelaskan bahwa lonjakan ekspor nonmigas, terutama komoditas bijih logam, terak, dan abu yang naik hingga 3.900 persen, menjadi pendorong utama peningkatan ekspor pada Juli 2024.

    "Secara keseluruhan, peningkatan ekspor di bulan Juli 2024 didorong oleh nonmigas bijih logam, terak, dan abu yang naik 3.900 persen," kata Amalia Adininggar dalam konferensi pers, Kamis, 15 Agustus 2024.

    Sektor industri pengolahan memberikan kontribusi terbesar dengan kenaikan 4,56 persen, menyumbang 3,46 persen terhadap total ekspor.

    Dari sepuluh komoditas nonmigas dengan nilai ekspor terbesar pada Juli 2024, mayoritas mencatat peningkatan, dengan kenaikan terbesar pada komoditas bijih logam, terak, dan abu yang nilainya mencapai USD691,2 juta atau setara dengan lonjakan 3.973,44 persen.

    Pasar ekspor nonmigas terbesar Indonesia pada Juli 2024 adalah Tiongkok dengan nilai ekspor mencapai USD4,82 miliar, disusul oleh Amerika Serikat (AS) sebesar USD2,15 miliar, dan Jepang sebesar USD1,78 miliar. Kontribusi ketiga negara ini terhadap total ekspor Indonesia mencapai 42,11 persen.

    Namun, secara kumulatif, nilai ekspor Indonesia untuk periode Januari hingga Juli 2024 mencapai USD147,30 miliar, justru mencatat penurunan sebesar 1,47 persen dibandingkan dengan periode yang sama pada 2023.

    Selain data ekspor, BPS juga mencatat kenaikan signifikan pada impor bulan Juli 2024 yang mencapai USD21,74 miliar, meningkat 17,82 persen dibandingkan bulan sebelumnya yang hanya mencapai USD18,45 miliar. Kenaikan ini didorong oleh lonjakan impor migas dan nonmigas.

    Amalia menjelaskan bahwa nilai impor migas pada Juli mencapai USD3,56 miliar, meningkat sebesar 8,78 persen dari bulan sebelumnya yang hanya USD3,27 miliar. Sementara itu, impor nonmigas meningkat lebih tajam, mencapai USD18,18 miliar atau naik 19,76 persen dibandingkan bulan Juni 2024 yang tercatat USD15,18 miliar.

    “Kenaikan nilai impor migas didorong oleh peningkatan volume dan rata-rata harga agregat. Secara lebih spesifik, kelompok migas yang mengalami peningkatan nilai impor cukup tinggi adalah impor hasil minyak yang meningkat 30 persen,” ujar Amalia.

    Peningkatan nilai impor nonmigas didorong oleh kenaikan volume sebesar 31,74 persen. Secara tahunan, nilai impor Juli 2024 sebesar USD21,74 miliar juga meningkat 11,07 persen dari periode sama tahun lalu yang mencapai USD19,57 miliar.

    Nilai Ekspor Durian Indonesia Capai Rp815 Juta

    BPS mencatat bahwa sepanjang Juli 2024, Indonesia berhasil mengekspor durian dengan nilai mencapai USD52.000, atau sekitar Rp815 juta (kurs Rp15.690).

    Ekspor durian ini menargetkan dua negara utama sebagai tujuan, yaitu Singapura dan Malaysia. Kedua negara tersebut menjadi pasar utama bagi durian asal Indonesia, yang semakin menunjukkan daya saing dan permintaan yang tinggi terhadap buah tropis ini di pasar internasional. Keberhasilan ini juga mencerminkan potensi ekspor buah-buahan Indonesia yang semakin meningkat.

    “Ekspor durian tersebut tercatat dalam kategori HS 08106000 dengan nilai sebesar USD52.000. Negara tujuan utama ekspor durian pada bulan Juli 2024 ini adalah Singapura dan Malaysia,” kata Plt Kepala BPS, Amalia Adininggar Widyasanti, dalam konferensi pers, Kamis, 15 Agustus 2024.

    Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan ekspor durian Indonesia memiliki potensi besar, terutama ke China.

    Kata Luhut, dalam satu tahun, China mengimpor durian dengan nilai hingga USD8 miliar.

    Besarnya nilai impor durian, China tentu menjadi peluang bagi Indonesia sebagai negara produsen. Luhut pun mendorong beberapa daerah penghasil durian untuk membidik pasar ekspor China.

    “Durian ini jangan dianggap enteng. Di Sulawesi Tengah ada lahan untuk ditanam pohon durian. Di Fakfak Barat (Papua) juga kita temukan lahan seluas dua hektare. China mengimpir durian sampai USD8 miliar,” kata Luhut di sela acara pertemuan ke-4 High Level Dialogue and Cooperation Mechanisme (HDCM) yang diunggah di media sosial miliknya.

    Luhut membayangkan jika Indonesia bisa memanfaatkan peluang itu, maka keuntungannya bisa didapat sangat besar. Dia mencontohkan, Sulawesi Tengah bisa memenuhi sebagian permintaan durian ke China, dan sekian yang diuntungkan adalah petani.

    “Anda bisa membayangkan, misalnya Sulawesi Tengah bisa ekspor USD500 juta durian, berapa banyak petani yang diuntungkan. Begitu juga dengan Humbang Hasundutan, Sumatera Utara, kalau bisa ekspor USD200 juta atau Rp100 juta saja sudah Rp1 triliun,” paparnya. (*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Ayyubi Kholid

    Bergabung di Kabar Bursa sejak 2024, sering menulis pemberitaan mengenai isu-isu ekonomi.