Logo
>

Nilai Tukar Rupiah Dipengaruhi Konflik Rusia-Ukraina

Ditulis oleh KabarBursa.com
Nilai Tukar Rupiah Dipengaruhi Konflik Rusia-Ukraina

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Rupiah diprediksi akan bergerak fluktuatif pada perdagangan hari Senin, 25 November 2024, dengan pengaruh utama datang dari faktor eksternal.

    Analis Doo Financial Futures Lukman Leong mengatakan bahwa pergerakan Rupiah di awal pekan ini akan sangat dipengaruhi oleh perkembangan konflik Ukraina-Rusia dan ketegangan di Timur Tengah.

    Selain itu, pernyataan dari bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve (The Fed), kebijakan proteksionisme era Presiden AS terpilih, Donald Trump, serta kebijakan stimulus yang direncanakan oleh China juga diperkirakan akan memainkan peran besar dalam arah pergerakan rupiah.

    Lukman memperkirakan bahwa rupiah cenderung menguat seiring dengan pertemuan Bank Sentral China (PBoC), di mana investor mengharapkan adanya langkah pelonggaran lebih lanjut.

    “Investor mengantisipasi pengumuman dari PBoC yang kemungkinan besar akan melonggarkan kebijakan lebih jauh, yang bisa memberikan dukungan pada rupiah,” kata Lukman, Minggu, 24 November 2024.

    Sementara itu, Presiden Komisioner HFX International Berjangka, Sutopo Widodo menjelaskan bahwa pergerakan Rupiah sangat bergantung pada kekuatan Dolar AS. Terutama, kebijakan ekonomi dan keputusan suku bunga The Fed yang turut menggerakkan dolar AS.

    Di sisi lain, ketidakpastian global yang dipicu oleh perang Rusia-Ukraina berpotensi membuat investor beralih ke Dolar AS sebagai mata uang aman, dan akan menekan rupiah.

    “Ketidakpastian global yang meningkat akibat perang ini berpotensi memperkuat Dolar AS dan melemahkan Rupiah,” ujar Sutopo, Minggu, 24 November 2024.

    Sutopo memproyeksikan rupiah akan bergerak di kisaran Rp15.850 hingga Rp16.015 per dolar AS pada hari Senin, 25 November 2024.

    Sementara Lukman memperkirakan pergerakan Rupiah akan berada di rentang Rp15.800 hingga Rp15.950 per dolar AS.

    Menurut data Bloomberg, pada Jumat, 22 November 2024, rupiah spot ditutup di posisi Rp15.875 per dolar AS, menguat sekitar 0,35 persen secara harian, namun mengalami koreksi tipis 0,01 persen dibandingkan dengan level akhir pekan sebelumnya.

    Sedangkan, kurs rupiah Jisdor Bank Indonesia (BI) ditutup di Rp15.911 per dolar AS, menguat 0,19 persen dibandingkan hari sebelumnya, namun melemah 0,23 persen dalam sepekan terakhir.

    Nilai Rupiah Pernah Rp6.550 per Dolar AS

    Dalam beberapa waktu terakhir, nilai tukar Rupiah mengalami pelemahan terhadap dolar AS. Bahkan, pada Kamis, 21 November 2024, nilai tukar rupiah nyaris menyentuh angka Rp16.000, seperti peristiwa krisis ekonomi 1998, ketika rupiah sempat jatuh jauh lebih dalam hingga mencapai Rp16.800 dalam waktu singkat.

    Peristiwa tersebut terjadi bersamaan dengan kejatuhan rezim Orde Baru atau lengsernya Presiden RI ke-2, Soeharto, yang memicu krisis moneter di Indonesia.

    BJ Habibie, yang menggantikan Soeharto, harus menghadapi dampak dari krisis tersebut. Meskipun demikian, Habibie berhasil menguatkan rupiah dalam waktu singkat dengan sejumlah kebijakan strategis.

    Salah satu langkah pertama yang diambil Habibie adalah restrukturisasi sektor perbankan. Pada masa Orde Baru, pendirian bank dipermudah melalui Paket Oktober 1988, namun hal ini tidak diimbangi dengan kualitas perbankan yang baik.

    Ketika krisis melanda, banyak bank di Indonesia tumbang dan nasabah melakukan penarikan dana secara masif.

    Habibie kemudian melakukan restrukturisasi besar-besaran, termasuk penggabungan empat bank milik negara menjadi Bank Mandiri.

    Selain itu, Habibie juga memisahkan Bank Indonesia (BI) dari pengaruh pemerintah melalui Undang-Undang No. 23 Tahun 1999, yang menurutnya merupakan langkah terbaik untuk menguatkan rupiah.

    Dengan BI yang lebih independen dan bebas dari intervensi politik, stabilitas ekonomi diharapkan bisa terjaga lebih baik.

    Langkah lain yang diambil Habibie adalah penerbitan Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dengan bunga tinggi. Langkah ini bertujuan untuk mengembalikan kepercayaan masyarakat terhadap bank, yang pada gilirannya akan meningkatkan tabungan dan mengurangi peredaran uang.

    Berkat kebijakan tersebut, suku bunga turun drastis dari 60 persen menjadi belasan persen, dan kepercayaan terhadap sektor perbankan mulai pulih.

    Habibie juga berhasil mengendalikan harga bahan pokok, termasuk mempertahankan harga listrik dan BBM subsidi agar tidak naik.

    Kebijakan ini dianggap vital untuk menjaga daya beli masyarakat di tengah krisis. Meskipun menuai kontroversi, seperti ketika Habibie menyarankan rakyat untuk berhemat dengan berpuasa, kebijakan tersebut terbukti efektif dalam meredam dampak krisis.

    Akhirnya, berkat kombinasi kebijakan ini, kepercayaan pasar terhadap ekonomi Indonesia mulai pulih, aliran dana investor kembali masuk, dan nilai tukar Dolar AS berhasil terkendali di level Rp6.550. (*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    KabarBursa.com

    Redaksi