Logo
>

OJK Tekankan Kesehatan Sektor Jasa Keuangan untuk Stabilitas Ekonomi

Ditulis oleh Pramirvan Datu
OJK Tekankan Kesehatan Sektor Jasa Keuangan untuk Stabilitas Ekonomi

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menegaskan bahwa menjaga kesehatan sektor jasa keuangan sangat penting untuk mempertahankan stabilitas sistem keuangan, sehingga sektor ini dapat terus berkontribusi pada pertumbuhan dan stabilitas ekonomi nasional.

    OJK juga mengungkapkan bahwa stabilitas sistem jasa keuangan di Indonesia tetap terjaga berkat permodalan yang kuat dan likuiditas yang memadai.

    "Yang paling utama adalah lembaga keuangan harus mampu mengelola dirinya sendiri agar tetap sehat, karena lembaga yang sehat biasanya tidak mengalami krisis likuiditas," ungkap Wakil Ketua Dewan Komisioner OJK, Mirza Adityaswara, di Jakarta pada hari Senin 14 Oktober 2024.

    Dalam Webinar OJK Mengajar yang bertema "Peran Mahasiswa dalam Menjaga Stabilitas Sistem Keuangan: Membangun Kesadaran Finansial," Mirza menjelaskan bahwa menjaga stabilitas sistem keuangan adalah langkah penting untuk mencegah terjadinya krisis di sektor keuangan Indonesia. Penanganan krisis memerlukan biaya yang sangat besar dan waktu yang lama untuk pemulihan.

    Dalam upaya menjaga stabilitas sistem keuangan, kesehatan lembaga jasa keuangan, termasuk perbankan, menjadi faktor yang sangat penting dan harus dijaga dengan baik agar tidak terjadi krisis likuiditas.

    "Hampir tidak ada bank yang sehat yang mengalami krisis likuiditas. Krisis likuiditas biasanya terjadi pada bank yang tidak dalam kondisi sehat," jelasnya.

    Dinamika Ekonomi Global

    Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengungkapkan, sektor jasa keuangan masih stabil dan berperan penting dalam pertumbuhan ekonomi Indonesia di tengah dinamika ekonomi global yang meningkat. Mahendra Siregar, Ketua Dewan Komisioner OJK, menyatakan bahwa pada tahun ini, terjadi kebijakan yang berbeda dari pihak berwenang Amerika Serikat (AS) yang masih mempertahankan kebijakan suku bunga tinggi dalam jangka waktu yang lebih lama, yang dikenal sebagai “higher for longer“.

    “Di Eropa, kebijakan moneter lebih cenderung mengakomodasi dengan adanya indikasi perubahan dalam tingkat suku bunga. Sementara itu, di China, fokusnya adalah pada dorongan pertumbuhan ekonomi. Hal ini menunjukkan perbedaan yang signifikan di antara beberapa otoritas ekonomi dunia pada tahun 2024,” kata Mahendra, dalam Rapat Kerja (Raker) dengan Komisi XI DPR di Jakarta, Rabu, 5 Juni 2024.

    Mahendra menjelaskan bahwa meskipun dalam situasi yang dinamis seperti yang disebutkan sebelumnya, volatilitas terus terjadi di pasar saham dan pasar obligasi, baik dalam sektor korporasi maupun pemerintah. Dia juga menyatakan bahwa jika melihat pencapaian pemenuhan modal di pasar modal hingga akhir Mei 2024, yang mencapai Rp84 triliun, tampaknya tidak akan jauh berbeda dari target keseluruhan tahun sebesar Rp200 triliun.

    Untuk perbankan, kata Mahendra, dalam menjalankan fungsi intermediasinya, pertumbuhan kredit dari tahun ke tahun atau pril 2024, adalah 13,09 persen. “Adalah tinggi dibanding tahun-tahun sebelumnya atau target tahun ini. Sedangkan DPK tumbuh 8,21 persen, sehingga pada gilirannya memberikan tingkat keuntungan, baik dari segi NIM dan ROA yang baik,” ujarnya.

    Kondisi tersebut juga ditopang oleh kecukupan modal CAR dan pengelolaan profil risiko yang terjaga, baik dilihat NPL dan loan at risk yang berada terjaga dibanding tahun lalu. Sedangkan likuidity risk juga terjaga baik. “Untuk keuangan non bank asuransi, dapat dilaporkan premi asuransi pada April 2024 meningkat dibanding tahun sebelumnya. Sedangkan kecukupan modal di perusahaan asuransi meningkat untuk perusahaan asuransi umum. Namun untuk asuransi jiwa turun,” terang Mahendra.

    “Apabila kami cermati penurunan sudah terjadi beberapa waktu belakangan dan mengalami pelandaian penurunan. Diharapkan dalam waktu dekat, ada pembalikkan,” sambungnya. Sementara untuk perusahaan multifinance, lanjut dia, pertumbuhan pembiayaan 2024 di kuartal I ini 10,82 persen atau turun.

    “Disebabkan karena penurunan permintaan pembiayaan kendaraan mpbil baru. Namun permintaan pembiayaan mobil bekas meningkat. Dari industri P2P lending, pertumbuhan tetap positif dan tetap terjaga moderasinya,” pungkas Mahendra.

    BI Masih Optimistis

    Bank Indonesia (BI) masih percaya diri pertumbuhan penyaluran kredit Indonesia akan sampai pada batas atas target pertumbuhan kredit pada tahun ini yang sebesar 10 persen sampai dengan 12 persen. Padahal, sejumlah bank menimbang untuk memangkas target pertumbuhan kredit pada tahun ini. Mengingat besarnya tekanan aktivitas ekonomi akibat kebijakan suku bunga acuan bank sentral yang masih tinggi.

    Deputi Gubernur BI Juda Agung mengatakan, pertumbuhan kredit pada tahun ini akan sampai pada batas atas target karena adanya perluasan Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM). “Kami perkirakan dengan adanya tambahan KLM ini pertumbuhan kredit akan di batas atas lah, target kita kan 10 persen-12 persen, the whole year mencapai batas atas 12 persen lah kira-kira,” ujar Juda di Kantor Pusat BI, Jakarta, Senin, 3 Juni 2024.

    Mulanya, saat KLM ini diperkenalkan pada 2023, sektor usaha yang tercakup hanya sektor hilirisasi mineral dan batu bara (minerba), non-minerba, perumahan, pariwisata, ultra mikro (UMi), hingga keuangan hijau. Namun, saat ini diperluas hingga ke sektor penunjang hilirisasi, konstruksi dan real estate produktif, ekonomi kreatif, otomotif, perdagangan, Listrik-Gas-Air Bersih (LGA), sampai dengan jasa sosial. Penyesuaian besaran insentif untuk setiap sektor juga diberikan, dan kebijakan ini berlaku mulai 1 Juni 2024. (*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Pramirvan Datu

    Pram panggilan akrabnya, jurnalis sudah terverifikasi dewan pers. Mengawali karirnya sejak tahun 2012 silam. Berkecimpung pewarta keuangan, perbankan, ekonomi makro dan mikro serta pasar modal.