Logo
>

Outlook Inflasi 2025, DPR Optimis Selagi Kebijakan Fiskal-Moneter Diperkuat

Ditulis oleh Dian Finka
Outlook Inflasi 2025, DPR Optimis Selagi Kebijakan Fiskal-Moneter Diperkuat

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Wakil Ketua DPR RI, Adies Kadir, menyoroti proyeksi inflasi tahun 2025 yang dipatok pada kisaran 2,5 persen dalam APBN 2025. Ia optimistis target ini akan mampu menopang pertumbuhan ekonomi nasional yang diproyeksikan mencapai 5,2 persen.

    “Meskipun inflasi nantinya mengalami peningkatan di atas 2,5 persen, hal tersebut masih dapat diterima selama pertumbuhan ekonomi tetap berada jauh di atas 5,2 persen,” kata Adies dalam diskusi "Outlook Ekonomi DPR, Bedah APBN 2025, Membangun Kepercayaan Pasar" di St. Regis, Jakarta Selatan, Rabu, 5 Februari 2025.

    Politisi Partai Golkar ini menekankan pentingnya sinergi antara kebijakan fiskal dan moneter agar tetap selaras dengan kondisi ekonomi nasional. Menurutnya, kebijakan harus tetap fleksibel, baik untuk mendorong pertumbuhan ekonomi maupun menjaga stabilitas dengan kombinasi pendekatan ekspansif-kontraktif.

    Selain itu, Adies juga menyinggung polemik revisi Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia yang sempat mengemuka pada 2020. Saat itu, wacana pembentukan kembali Dewan Moneter mendapat kritik tajam karena dianggap mengancam independensi Bank Indonesia. Namun, rencana tersebut akhirnya tidak masuk dalam Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2023 tentang Pengembangan dan Penguatan Sektor Keuangan (B2SK).

    “Saya memahami kegelisahan yang dirasakan rekan-rekan di DPR saat itu. Namun, ke depan saya optimis bahwa Komisi XI DPR RI akan mampu menjalankan peran dalam menyinergikan bauran kebijakan fiskal dan moneter agar sejalan menuju visi Indonesia Maju 2045,” ujarnya.

    Adies mengatakan APBN 2025 merupakan dokumen yang kredibel dan dapat menjadi pedoman bagi pelaku usaha, baik individu maupun korporasi, dalam menyusun strategi anggaran dan investasi.

    “DPR RI berkomitmen untuk menyukseskan pelaksanaan APBN 2025 sebagai fondasi kuat dalam merealisasikan target-target Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2025-2045,” katanya.

    Inflasi Terkendali

    Adies Kadir menegaskan pentingnya sinergi kebijakan fiskal dan moneter dalam menjaga stabilitas ekonomi. Sejalan dengan itu, data terbaru dari Badan Pusat Statistik menunjukkan perkembangan inflasi yang semakin terkendali di awal tahun.

    Inflasi Indeks Harga Konsumen atau IHK pada Januari 2025 mengalami penurunan signifikan dibandingkan bulan sebelumnya. Berdasarkan laporan Badan Pusat Statistik (BPS), IHK bulan Januari mencatat deflasi sebesar 0,76 persen secara bulanan (mtm), yang menyebabkan inflasi tahunan turun menjadi 0,76 persen (yoy) dari posisi 1,57 persen (yoy) pada Desember 2024.

    Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia (BI), Ramdan Denny Prakoso, menjelaskan deflasi ini terutama dipengaruhi oleh penurunan harga pada kelompok administered prices, dengan tarif listrik menjadi faktor utama.

    “Inflasi IHK yang terjaga rendah ini merupakan hasil konsistensi kebijakan moneter serta sinergi pengendalian inflasi yang kuat antara Bank Indonesia dan Pemerintah, baik di tingkat pusat maupun daerah, melalui Tim Pengendalian Inflasi Pusat dan Daerah (TPIP dan TPID),” ujar Ramdan dalam keterangan tertulis, Selasa, 4 Februari 2025.

    Kemudian inflasi inti---yang menggambarkan pergerakan harga yang lebih stabil tanpa dipengaruhi harga pangan bergejolak dan harga yang diatur pemerintah---tercatat 0,30 persen (month to month/mtm) pada Januari 2025, meningkat dibandingkan bulan sebelumnya yang berada di 0,17 persen. Kenaikan ini didorong oleh lonjakan harga komoditas global serta faktor musiman yang biasa terjadi di awal tahun.

    “Realisasi inflasi inti Januari 2025 disumbang terutama oleh kenaikan harga minyak goreng, emas perhiasan, dan biaya sewa rumah,” ujar Ramdan.

    Secara tahunan, inflasi inti naik menjadi 2,36 persen (yoy) dari 2,26 persen (yoy) pada Desember 2024. Meskipun mengalami peningkatan, inflasi inti masih dalam batas yang terkendali dan selaras dengan ekspektasi inflasi yang tetap stabil.

    Kelompok volatile food, yang mencakup komoditas pangan dengan fluktuasi harga tinggi, mencatat inflasi sebesar 2,95 persen (mtm) pada Januari 2025, meningkat dari 2,04 persen (mtm) pada bulan sebelumnya. Kenaikan ini terutama dipicu oleh naiknya harga aneka cabai dan daging ayam ras.

    Ramdan menjelaskan kenaikan inflasi pada kelompok ini dipengaruhi oleh curah hujan tinggi di sejumlah sentra produksi utama, yang berdampak pada hasil panen cabai, serta meningkatnya biaya input produksi pakan dan bibit untuk daging ayam ras.

    “Secara tahunan, inflasi volatile food mencapai 3,07 persen (yoy), meningkat signifikan dari 0,12 persen (yoy) pada bulan sebelumnya,” katanya.

    Namun, inflasi volatile food diperkirakan tetap terkendali dengan dukungan sinergi antara Bank Indonesia, TPIP, dan TPID melalui program GNPIP yang bertujuan menjaga stabilitas harga pangan di tengah dinamika ekonomi yang terus berkembang.(*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Dian Finka

    Bergabung di Kabar Bursa sejak 2024, sering menulis pemberitaan mengenai isu-isu ekonomi.