KABARBURSA.COM - Di tengah ketidakpastian ekonomi global, emas tetap menjadi salah satu instrumen investasi yang paling diminati. Mengapa? Karena emas dikenal sebagai aset yang stabil dan mampu mempertahankan nilainya dari waktu ke waktu.
Dalam situasi krisis atau inflasi, harga emas cenderung naik, sehingga dianggap sebagai ‘safe haven’ bagi para investor. Selain itu, keuntungan dari investasi emas juga bisa cukup menjanjikan dalam jangka panjang, terutama jika kita tahu kapan harus membeli dan menjual.
Namun, meskipun terlihat sederhana, investasi emas tidak sesederhana yang dibayangkan oleh banyak orang. Ada banyak hal yang perlu dipertimbangkan, mulai dari jenis emas yang diinvestasikan, tempat pembelian, hingga strategi penyimpanan yang aman.
Bagi pemula, memahami dasar-dasar investasi emas sangat penting agar tidak terjebak dalam kesalahan yang merugikan. Lantas, apa saja langkah-langkah pertama yang harus dipahami dan dilakukan sebelum terjun ke dunia investasi emas.
Financial Planner Aliyah Natasya mengungkapkan bahwa seseorang harus memilih platform yang memiliki reputasi baik ketika pertama kali berinvestasi emas.
Berdasarkan pengalamannya dalam berinvestasi emas, Aliyah menjelaskan bahwa masih ada beberapa aplikasi atau platform yang bahkan belum beroperasi lama namun sudah mengalami penutupan.
"Jadi, yang pertama saya selalu menyarankan untuk memilih platform dengan brand yang memiliki reputasi baik dan terpercaya," ujarnya dalam acara media gathering bertajuk “Cerdas Berinvestasi Emas” yang berlangsung di Jakarta, Sabtu, 12 Oktober 2024.
Langkah selanjutnya, kata Aliyah, adalah terkait mindset atau pola pikir. Menurutnya, seseorang harus memiliki pola pikir untuk mengamankan masa depannya melalui investasi emas.
"Kalau kamu tidak punya tabungan, hal terburuk apa yang mungkin terjadi? Dan jika kamu punya tabungan, apa hal terburuk yang bisa terjadi? Jadi menurut saya, tidak ada hal buruk yang akan terjadi selama kamu memiliki tabungan," jelasnya.
Investasi Tepat di Tengah Gejolak Global
Di tengah gejolak geopolitik yang terjadi, emas dinilai sebagai instrumen investasi yang tepat. Selain aman, emas juga diklaim memiliki likuiditas tinggi dan menguntungkan.
Berdasarkan data dari Goldprice.org, harga emas dalam sepuluh tahun terakhir telah meningkat lebih dari 110 persen. Emas dianggap sebagai aset yang likuid karena dapat dengan cepat dicairkan menjadi uang tunai dalam situasi darurat.
Aliyah mengatakan bahwa generasi muda harus melek investasi untuk mencapai keamanan finansial di masa depan. “Di tengah ketidakpastian geopolitik yang mempengaruhi kondisi ekonomi saat ini, masyarakat perlu memahami instrumen investasi yang tepat,” ujarnya.
Dalam kesempatan yang sama, Direktur BCA Syariah, Pranata, menjelaskan bahwa generasi muda cenderung menginginkan investasi yang mudah, cepat, dan menguntungkan.
“Selain proses pengajuan pembiayaan yang sangat mudah, keunggulan dari produk pembiayaan emas kami adalah kepastian gramasi dan angsuran yang tetap hingga akhir pembiayaan, dengan jangka waktu yang fleksibel sesuai kemampuan nasabah,” ungkap Pranata.
Pada Agustus 2024, BCA Syariah mencatat pertumbuhan positif sebesar 89,1 persen untuk pembiayaan konsumer. Pembiayaan Emas iB, sebagai salah satu produk konsumer unggulan BCA Syariah, mencatat pertumbuhan tertinggi sebesar 210,8 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya.
Dari segmentasi nasabah, 42 persen dari total nasabah pembiayaan berasal dari kalangan milenial, dengan rata-rata ticket size pembiayaan sebesar Rp21 juta. Jangka waktu pembiayaan yang paling diminati adalah satu tahun.
“Melalui produk Pembiayaan Emas iB, kami berkomitmen untuk meningkatkan akses masyarakat terhadap produk investasi syariah, sekaligus membantu mereka mengamankan masa depan finansial dengan tetap mematuhi prinsip-prinsip syariah,” tambah Pranata.
Harga Emas Dunia Naik
Diberitakan sebelumnya, harga emas dunia naik 1 persen pada Jumat, 11 Oktober 2024, seiring data inflasi Amerika Serikat yang memperkuat kemungkinan pemangkasan suku bunga. Kondisi ini membuat dolar AS melemah, sementara ketegangan geopolitik di Timur Tengah turut mendorong permintaan terhadap aset aman seperti emas.
Harga emas spot naik menjadi USD2.656,09 per ons, menandai kenaikan selama dua hari berturut-turut. Sementara itu, harga kontrak berjangka emas AS meningkat 1,3 persen menjadi USD2.674,40.
“Ekonomi masih cukup kuat, namun The Fed berada dalam dilema karena mereka mempertimbangkan pemotongan suku bunga meskipun beberapa sektor, seperti perumahan, mengalami perlambatan signifikan,” ujar ahli strategi pasar senior di RJO Futures, Daniel Pavilonis.
Data harga produsen AS yang stagnan pada September juga memperkuat ekspektasi pemangkasan suku bunga oleh The Fed, dengan proyeksi penurunan sebanyak dua kali sebesar 0,25 persen. Jim Wyckoff, analis pasar senior di Kitco Metals, menyatakan bahwa angka PPI atau Indeks Harga Produsen mendukung kenaikan harga logam mulia.
Dalam perkembangan inflasi, laporan menunjukkan meskipun harga konsumen AS naik sedikit lebih tinggi dari perkiraan pada bulan lalu, kenaikan inflasi tahunan menjadi yang terendah dalam 3,5 tahun terakhir.
Pavilonis juga memperkirakan emas akan mencapai USD3.000 per ons pada 2025, didorong oleh ketegangan geopolitik, kekhawatiran inflasi, serta ketidakpastian pemilu mendatang.
Dolar AS, sementara itu, berada di bawah level tertingginya dalam dua bulan terakhir terhadap sejumlah mata uang utama. Sementara itu, permintaan fisik emas di India meningkat menjelang musim festival, mendorong dealer untuk mengenakan premi pertama kali dalam dua bulan terakhir.
Commerzbank dalam laporannya mencatat bahwa kepemilikan ETF emas meningkat hampir 95 ton pada kuartal ketiga, menunjukkan bahwa ETF kembali berkontribusi positif terhadap permintaan emas untuk pertama kalinya dalam sepuluh kuartal terakhir.
Selain emas, harga logam mulia lain seperti perak spot dan platinum juga mengalami kenaikan, masing-masing sebesar 0,6 persen dan 0,9 persen. Namun, paladium justru turun tipis 0,1 persen, meskipun tetap membukukan kenaikan hampir 6 persen sepanjang minggu ini. (*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.