KABARBURSA.COM - Para investor masih tetap berhati-hati terhadap arah pasar saham ke depan menjelang Rabu, 18 September 2024, yang menjadi hari penting terkait keputusan kebijakan moneter dari Federal Reserve atau The Fed.
Secara historis, bulan September sering kali menjadi periode yang kurang menguntungkan bagi pasar saham, termasuk pada tahun ini yang tampaknya tidak berbeda.
Tanggal 18 September mendatang pun diprediksi akan menjadi momen krusial. Soalnya, banyak analis memperkirakan pemotongan suku bunga pertama oleh The Fed. Namun, terdapat perdebatan terkait besaran pemotongan tersebut.
Ada dua skenario yang dihadapi: pemotongan suku bunga sebesar 25 basis poin atau 50 basis poin. Setiap skenario memiliki dampak yang berbeda bagi pasar, terutama dalam menentukan apakah ekonomi Amerika Serikat (AS) akan mengalami pendaratan lunak (soft landing) atau pendaratan keras (hard landing).
Pemotongan sebesar 25 basis poin dianggap sebagai skenario yang paling mungkin. Kondisi pasar tenaga kerja menunjukkan perbaikan dibanding beberapa bulan sebelumnya, dengan tingkat pengangguran pada September diperkirakan turun sedikit menjadi 4,20 persen. Meskipun masih lebih tinggi dari bulan Mei yang berada di 3,90 persen, perbaikan ini cukup meyakinkan pasar bahwa skenario pendaratan keras dapat dihindari.
Inflasi yang semakin mendekati target 2 persen juga mendukung ekspektasi pemotongan sebesar 25 basis poin. Dengan kebijakan yang bertahap, The Fed tampaknya ingin menghindari risiko lonjakan inflasi seperti yang terjadi pada 1980-an.
Dalam pernyataannya di Simposium Ekonomi Jackson Hole, Jerome Powell, Ketua The Fed, menegaskan bahwa penyesuaian kebijakan moneter akan bergantung pada data ekonomi yang masuk, dengan fokus menjaga stabilitas harga dan pasar tenaga kerja yang kuat.
Di sisi lain, pemotongan suku bunga sebesar 50 basis poin dipandang sebagai langkah yang lebih drastis. Pemangkasan ini akan mengirimkan pesan bahwa ada masalah serius dalam perekonomian yang memerlukan tindakan cepat dari The Fed. Dalam konteks ini, pemotongan suku bunga yang besar bisa memicu kekhawatiran di pasar bahwa ekonomi mungkin sedang menuju resesi yang lebih dalam.
Jika The Fed mengambil langkah ini, reaksi pasar bisa sangat negatif. Meskipun pemotongan suku bunga pada dasarnya dimaksudkan untuk merangsang pertumbuhan ekonomi, pemangkasan sebesar 50 basis poin justru bisa menimbulkan ketidakpastian dan volatilitas lebih lanjut di pasar saham.
Sementara The Fed memotong suku bunga sebesar 25 basis poin, reaksi pasar kemungkinan akan netral atau sedikit positif, karena langkah ini dianggap sebagai tindakan pencegahan untuk menjaga stabilitas ekonomi. Sebaliknya, pemangkasan sebesar 50 basis poin bisa memicu reaksi negatif, dengan risiko penurunan harga saham yang lebih dalam, mengingat bulan September sudah dimulai dengan sentimen yang kurang baik.
Ke depan, pasar berjangka memperkirakan total pemotongan suku bunga sebesar 250 basis poin hingga akhir 2025. Ini menandakan adanya kekhawatiran terhadap potensi resesi, meskipun sebagian besar investor tetap berharap pada skenario soft landing.
Keputusan The Fed pada 18 September akan menjadi momen penting bagi pasar. Pemangkasan suku bunga sebesar 25 basis poin adalah skenario yang paling mungkin terjadi, yang diharapkan dapat menenangkan pasar.
Namun, jika The Fed mengambil langkah yang lebih agresif dengan memangkas 50 basis poin, hal ini bisa memperburuk sentimen dan meningkatkan risiko penurunan harga saham lebih lanjut. Yang pasti adalah, The Fed kemungkinan akan mengikuti langkah bank sentral lainnya dalam mulai melonggarkan kebijakan moneternya.
Bagaimana Memenuhi Skenario Soft Landing?
“Pertanyaannya sekarang adalah apakah penurunan ini bisa terjadi cukup cepat untuk membantu mencapai soft landing yang diinginkan semua orang,” kata Gennadiy Goldberg, Kepala Strategi Suku Bunga AS di TD Securities.
Banyak ekonom berharap Fed akan mengumumkan pemotongan suku bunga sebesar setengah poin minggu ini, karena menurut mereka seharusnya Fed sudah mulai menurunkan suku bunga sejak pertemuan bulan Juli lalu. Traders di Wall Street pada hari Jumat juga memperkirakan Fed akan melakukan setidaknya dua pemotongan suku bunga setengah poin sebelum akhir tahun, berdasarkan harga pasar berjangka.
Namun, Goldberg memperingatkan bahwa ada risiko jika Fed memotong suku bunga setengah poin minggu ini. Hal ini bisa menimbulkan kekhawatiran di pasar bahwa pembuat kebijakan Fed lebih khawatir terhadap kondisi ekonomi daripada yang sebenarnya terjadi.
“Pasar mungkin akan berpikir ada sesuatu yang salah, dan Fed melihat tanda-tanda buruk yang akan segera terjadi,” kata Goldberg.
Ini juga bisa memicu ekspektasi pemotongan suku bunga setengah poin lagi, padahal Fed mungkin tidak berencana melakukannya. (*)