KABARBURSA.COM – Bursa saham Asia ditutup bervariasi pada Rabu, 28 Mei 2025, seiring meningkatnya kehati-hatian pelaku pasar menjelang laporan keuangan Nvidia dan kabar terbaru dari Washington soal kebijakan tarif impor.
Investor masih mencerna dinamika yang terjadi setelah Presiden AS Donald Trump kembali memperpanjang tenggat waktu pemberlakuan tarif 50 persen atas barang impor dari Uni Eropa, kali ini hingga 9 Juli.
Indeks MSCI untuk saham Asia Pasifik di luar Jepang sempat menguat di awal sesi, namun kemudian berbalik melemah 0,15 persen. Kecemasan terhadap arah kebijakan perdagangan AS yang kerap berubah-ubah membuat investor memilih menahan langkah.
Antusiasme yang sempat muncul awal pekan karena ditundanya penerapan tarif AS terhadap Uni Eropa kini mulai memudar, digantikan oleh sikap waspada.
Dari sisi korporasi, Nvidia menjadi pusat perhatian pasar global. Saham perusahaan semikonduktor asal AS ini melonjak lebih dari 4 persen pada perdagangan Selasa, 27 Mei 2025, didorong optimisme bahwa laporan keuangannya akan kembali mencatatkan hasil yang di atas ekspektasi.
Perusahaan ini merupakan anggota terakhir dari kelompok “Magnificent 7” yang merilis kinerja kuartalan dalam periode ini.
Kepala riset di Pepperstone Chris Weston, menilai Nvidia berpeluang besar mengungguli ekspektasi analis, baik dari sisi penjualan maupun margin keuntungan.
“Jika hasil Nvidia sesuai harapan atau bahkan lebih baik, kita bisa melihat reli lanjutan di pasar global,” kat Weston.
Berdasarkan estimasi LSEG, pendapatan Nvidia diprediksi melonjak 66,2 persen menjadi USD43,28 miliar untuk kuartal pertama.
Indeks Nikkei 225 Tidak Bergerak
Di sisi indeks kawasan, bursa Jepang nyaris tidak bergerak. Indeks Nikkei 225 dan Topix sama-sama stagnan, ditutup di posisi 37.722 dan 2.769. Bursa China juga bergerak lesu.
Shanghai Composite turun 0,02 persen, Shenzhen Component melemah 0,26 persen, dan CSI300 terkoreksi tipis 0,08 persen ke 3.836.
Kinerja Hang Seng Hong Kong lebih tertekan, turun 0,63 persen ke level 23.234, sementara indeks Kospi Korea Selatan mencatat kenaikan signifikan 1,25 persen ke 2.670, terdorong saham teknologi yang mencerminkan optimisme pasar terhadap prospek industri chip.
Bursa Taiwan menguat 0,10 persen ke 21.357, sedangkan ASX200 Australia turun 0,13 persen ke 8.396.
Pergerakan mata uang Asia juga menunjukkan pola campuran. Yen Jepang menguat 0,15 persen terhadap dolar AS ke posisi 144,11, mencerminkan minat investor terhadap aset aman. Dolar Singapura dan dolar Australia masing-masing menguat 0,06 persen dan 0,03 persen.
Namun sejumlah mata uang lain mengalami tekanan. Rupiah melemah 0,06 persen ke Rp16.296 per dolar AS, sementara rupee India turun 0,05 persen ke 85,3887.
Yuan Tiongkok justru menguat 0,06 persen ke 7,1908, sementara ringgit Malaysia dan baht Thailand masing-masing terapresiasi 0,17 persen dan 0,27 persen.
Sejauh ini, pasar Asia menunjukkan ketegangan yang mencerminkan ketidakpastian global. Dengan laporan Nvidia yang akan dirilis dalam hitungan jam dan dinamika tarif AS-Uni Eropa yang belum jelas ujungnya, pelaku pasar tampaknya memilih untuk bersikap konservatif terlebih dahulu.
Sentimen berikutnya akan sangat bergantung pada hasil keuangan Nvidia dan arah kebijakan perdagangan dari Washington.(*)