KABARBURSA.COM – Pasar tenaga kerja Amerika Serikat diperkirakan kembali melemah pada Juni. Laporan yang akan dirilis oleh Departemen Tenaga Kerja AS pada Kamis mendatang disebut-sebut akan menunjukkan kenaikan tingkat pengangguran menjadi 4,3 persen—angka tertinggi dalam tiga setengah tahun terakhir.
Para ekonom yang disurvei Reuters memperkirakan perlambatan ini tak lepas dari ketidakpastian ekonomi yang dipicu kebijakan Presiden Donald Trump. Dari kebijakan tarif impor yang agresif, pemangkasan anggaran, hingga deportasi besar-besaran migran, semua disebut ikut menekan keyakinan dunia usaha.
“Ini masa yang sangat tidak pasti,” kata Martha Gimbel dari Budget Lab Universitas Yale, diku. “Sulit bagi orang untuk mengambil keputusan saat ini.”
Peningkatan jumlah pengangguran terjadi di tengah harapan bahwa The Fed bakal kembali menurunkan suku bunga acuannya pada Juli. Namun laporan ketenagakerjaan bulan ini diprediksi tetap mencatatkan kenaikan upah yang solid, membuat peluang pemangkasan bunga jadi meredup.
Dari sisi penciptaan lapangan kerja, nonfarm payrolls (NFP) diperkirakan bertambah sekitar 110.000 posisi pada Juni, melambat dari angka 139.000 bulan sebelumnya. Rata-rata pertumbuhan tiga bulanan tercatat 135.000 pekerjaan, dan proyeksi kali ini berada di bawah angka itu. Sebagian analis bahkan menduga angkanya bisa serendah 50.000.
Sementara itu, rerata upah per jam diperkirakan naik 0,3 persen dari bulan sebelumnya, mempertahankan kenaikan tahunan di angka 3,9 persen. Angka-angka ini akan menjadi perhatian pasar, termasuk revisi data April dan Mei yang tahun ini cenderung direvisi ke bawah.
Sebagian analis meyakini perlambatan pasar kerja ini lebih disebabkan oleh lesunya perekrutan ketimbang gelombang pemutusan hubungan kerja. Para pemberi kerja, yang sempat kesulitan mencari tenaga kerja usai pandemi, cenderung masih menahan pegawai yang ada.(*)