Logo
>

Pengusaha Angkutan Bilang Regulasi Logistik Jokowi Terbaik

Ditulis oleh Citra Dara Vresti Trisna
Pengusaha Angkutan Bilang Regulasi Logistik Jokowi Terbaik

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM – Senior Consultant Supply Chain Indonesia Sugi Purnoto menilai kebijakan Presiden Joko Widodo (Jokowi) di bidang logistik jauh lebih baik jika dibandingkan dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).

    “Kalau dibandingkan dengan SBY, Bu Mega, Gus Dur, Pak Harto, kondisi sekarang is the best. Karena dari beberapa presiden kita sebelumnya tidak terlalu care dengan logistik,” kata Sugi saat dihubungi Kabar Bursa, Kamis, 22 Agustus 2024.

    Alasan kepedulian presiden sebelumnya, kata Sugi, tidak sebesar sekarang karena jumlah truk tidak sebanyak sekarang. Selain itu, jumlah penduduk juga bertambah dua kali lipat sementara wilayahnya tidak bertambah besar sehingga membuat permasalahan logistik saat ini lebih kompleks ketimbang dulu.

    Menurutnya, jumlah infrastruktur yang dibangun oleh SBY tidak sebanyak sekarang sehingga kurang berdampak dari sisi logistik. Selama 10 tahun memimpin, hanya ada satu pertambahan infrastuktur jalan, yakni tol Bogor. Bahkan, kebijakan menurunkan harga BBM di era SBY, kata Sugi, tidak begitu berpengaruh.

    “Industri logistik lebih senang jika BBM naik karena kesempatan menaikkan harga ke pemilik barang. Karena harga spare part, oli dan semua kebutuhan kendaraan naik. Begitu harga BBM turun, (harga) komponen itu tidak ikut turun,” jelas Sugi.

    Biaya Tol Mahal

    Pembangunan infrastruktur tol yang massif tersebut, hanya mengurangi kepadatan namun tidak aplikatif karena harga tol maha. Investasi tol mahal dan tarifnya juga mahal sehingga tidak ada truk yang lewat jalan tol.

    “Tol di Pelabuhan Tanjung Priok menuju Cibitung itu truk yang lewat di sana bisa dihitung dengan jari karena mahalnya tiga kali lipat dibandingkan dengan Tol JORR (Jakarta Outer Ring Road),” ujarnya.

    Tol lain yang tidak laku adalah Cibitung-Cimanggis. Biaya sekali jalan di tol tersebut juga lebih mahal tiga kali lipat. Tol ini hanya dipakai perusahaan logistik jika terjadi kemacetan parah di Tol JORR dan Cikunir. Jika kondisi jalan sedang lancar, tol tersebut tidak akan digunakan.

    Mantan Wakil Ketua II DPP Asosiasi Pengusaha Truk Indonesia ini menyebut selama ini tol di era Jokowi hanya mengurangi kepadatan tapi tidak diminati pengusaha angkutan karena harganya yang mahal.

    Ia mengungkapkan, pengusaha angkutan dari Jakarta ke Surabaya selalu melalui Cikokol, kemudian keluar Tol Cikampek-Cikopo dan lanjut menggunakan Pantura. Setelah itu baru melewati Palimanan-Kanci dan kembali ke Pantura.

    “Keluar Kanci lewat Pantura lagi terus nanti sampai Gresik baru masuk tol. Sebab tol untuk jenis golongan tiga itu Rp1,8 juta satu kali jalan dan itu tidak ada yang bayar. Jadi mereka (pengusaha angkutan) akan menggunakan Jakarta-Cikampek itu hanya 100 ribu dan Palimanan itu juga Rp100 ribu dan tol Gresik itu juga murah,” jelasnya.

    PR untuk Prabowo-Gibran

    Sugi menuturkan, untuk memperlancar arus barang di industri logistik, Prabowo dan Gibran yang menggantikan Jokowi harus meneruskan membangun infrastruktur yang dapat dimanfaatkan pengusaha angkutan.

    “Saya minta tolong dibuatkan jalur ring road dari Pati sampai Gresik atau minimal Tuban. Urgensinya adalah dari jalur Pantura sampai Pati itu sangat macet karena jalan kecil, pinggir laut dan banyak pasar,” kata Sugi.

    Sementara untuk rencana pembangunan tol dari Semarang-Demak dan Demak-Kudus akan diabaikan oleh pengusaha angkutan karena harganya yang tidak terjangkau. Pengguna tol ini, kata Sugi, lagi-lagi angkutan penumpang dan mobil pribadi.

    Karena, biaya untuk melintasi tol dibebankan kepada penumpang. Sedangkan untuk angkutan barang, biaya tol tidak dapat dibebankan kepada pemilik barang karena kenaikan harga angkut hanya dapat terjadi ketika ada kenaikan BBM. Selama ini, biaya bahan bakar masih menjadi yang terbesar di angkutan barang.

    Selain membuat infrastruktur yang terjangkau, Sugi berpesan agar pengganti Jokowi dapat menyelesaikan masalah keterbatasan solar bersubsidi. Adapun solusi yang ditawarkan adalah menghapus solar bersubsidi. Jika stok solar bersubsidi memang terbatas, ia meminta menaikkan harga solar dari Rp6.800 menjadi Rp10.000.

    Ia juga meminta pemerintah segera menaikkan dari B30 menjadi B50. Menurutnya, saat ini harusnya pemerintah menaikkan menjadi B35 dan pada awal tahun 2025 menjadi B40 dan naik lagi menjadi B50.

    “Jadi lebih baik seperti itu angkutan logistik lancar dan normal dan ada kepastian untuk pemilik barang untuk kita cas, dari Rp6.800 ke Rp10.000 sehingga naiknya 30 persen yang penting ketersediannya melimpah. Ini yang memakai adalah industri logistik,” pungkasnya.(*)

    Disclaimer:
    Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Citra Dara Vresti Trisna

    Vestibulum sagittis feugiat mauris, in fringilla diam eleifend nec. Vivamus luctus erat elit, at facilisis purus dictum nec. Nulla non nulla eget erat iaculis pretium. Curabitur nec rutrum felis, eget auctor erat. In pulvinar tortor finibus magna consequat, id ornare arcu tincidunt. Proin interdum augue vitae nibh ornare, molestie dignissim est sagittis. Donec ullamcorper ipsum et congue luctus. Etiam malesuada eleifend ullamcorper. Sed ac nulla magna. Sed leo nisl, fermentum id augue non, accumsan rhoncus arcu. Sed scelerisque odio ut lacus sodales varius sit amet sit amet nibh. Nunc iaculis mattis fringilla. Donec in efficitur mauris, a congue felis.