Logo
>

Pengusaha Soroti Tantangan Danantara di Tengah Ketegangan Global

Ditulis oleh Ayyubi Kholid
Pengusaha Soroti Tantangan Danantara di Tengah Ketegangan Global

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM – Ketegangan perang dagang yang sudah berlangsung antara Amerika Serikat dengan China menjadi sorotan utama di panggung global saat ini. Tidak hanya Amerika yang terdampak, negara tetangga seperti Kanada dan Meksiko juga merasakan imbasnya.

    Ketua Bidang Ekonomi Partai NasDem, Millie Lukito mempertanyakan bagaimana Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (Danantara) akan memposisikan dirinya dalam menghadapi tantangan global dan internal yang semakin kompleks.

    Menurut Millie, meskipun Danantara dipersiapkan sebagai alat pembiayaan ekonomi Indonesia, tantangan global, seperti perang dagang yang semakin memanas, semakin mempertegas pentingnya kesiapan Indonesia dalam menghadapi ketidakpastian ekonomi internasional. Millie mengingatkan bahwa Indonesia juga harus menyelesaikan masalah internal yang belum terjawab, yang jika tidak ditangani dengan tepat dapat menghambat potensi Danantara.

    “Kami ingin mempertanyakan juga bagaimana Danantara ini memposisikan dirinya menghadapi semua tantangan ini, mengingat tantangan kita yang internal saja masih sangat banyak,” ujar Millie dalam diskusi virtual, Kamis 6 Februari 2025.

    Melihat kompleksitas tantangan ini, Millie mengajukan beberapa rekomendasi agar Danantara dapat beroperasi secara lebih optimal. Ia menekankan pentingnya Dewan Independen yang profesional untuk memastikan bahwa Danantara dapat memperoleh kredibilitas global yang diperlukan. Hal ini sangat krusial, terutama pada fase awal, mengingat Danantara harus segera membangun reputasi yang kuat di mata dunia internasional.

    "Yang diperlukan dari Danantara pada fase pertama ini adalah kredibilitas global. Dan itu kredibilitas global harus dibangun dengan segera," tambahnya.

    Selain itu, Millie juga mengingatkan pentingnya transparansi dalam investasi dan kepatuhan terhadap standar investasi internasional, sebagai langkah untuk membangun kredibilitas dan kepercayaan investor global terhadap Danantara. Ia menilai bahwa untuk mencapai keberhasilan, Danantara harus memiliki manajemen yang jelas dan pemisahan yang tegas antara kepentingan negara dan politik.

    “Harus ada pemisahan yang jelas. Ada manajemen yang jelas antara keinginan negara kita untuk mengontrol dan kemudian of letting go. Dan apakah kita bisa mengontrol dan let go kepentingan politik yang seringkali suka tercampur aduk di Indonesia ini,” ujar Millie.

    Selain itu, Millie juga menyampaikan bahwa dialog publik yang lebih intensif antara pemerintah, sektor swasta, dan pengusaha tentang Danantara sangat diperlukan untuk meningkatkan pemahaman dan kolaborasi. Menurutnya, Indonesia perlu memperkuat komunikasi terkait Danantara agar dapat dipahami secara luas, termasuk oleh masyarakat umum.

    "Menurut kami sangat sedikit dialog publik di ruang publik, dan juga swasta, dan juga pengusaha soal Danantara ini. Sehingga tidak banyak pemahaman yang kita tahu," jelas Millie.

    Millie mengibaratkan komunikasi terkait investasi seperti Danantara dengan model yang berhasil di Singapura. Di sana, keberhasilan Temasek sebagai entitas investasi dapat dilihat dari sejauh mana masyarakat, bahkan sopir taksi, memahami dan mengenal lembaga tersebut.

    “Kadang-kadang saya suka tanya, sorry, taxi driver, have you ever heard of Temasek? Mereka selalu bilang yes. Jadi itulah hebatnya Singapura, mereka bisa mengkomunikasikan superholding atau investasi ini dengan sampai down to the taxi driver,” tandas Millie.

    Alternatif Pengambilan Utang

    Ketua Komisi Indonesia-Kanada KADIN periode 2017 Millie Lukito, memberikan pandangannya mengenai disahkannya Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (Danantara).

    Menurut Millie, meskipun Danantara dipersiapkan sebagai alternatif atau alat pembiayaan untuk pembangunan ekonomi Indonesia, para pengusaha, khususnya yang tergabung dalam Kamar Dagang dan Industri (KADIN), merasa ada beberapa kekhawatiran yang perlu diperhatikan.

    Millie menyampaikan, Indonesia seharusnya tidak hanya melihat Danantara sebagai alternatif untuk memperoleh utang, mengingat selama ini pembiayaan ekonomi Indonesia sangat bergantung pada utang.

    “Kami, dari KADIN atau pengusaha, merasa bahwa Indonesia ini jangan-jangan hanya melihat Danantara sebagai alternatif pengambilan utang. Karena, selama ini kita mengetahui salah satu pendanaan ekonomi Indonesia adalah dari hutang. Dan kalau kita tidak terlalu siap dalam hal ini, jangan-jangan nanti Danantara menjadi tidak optimal,” kata Millie dalam diskusi yang digelar secara virtual, Rabu 5 Februari 2025.

    Perempuan yang juga menjabat sebagai Ketua Bidang Ekonomi Partai NasDem untuk periode 2022-2024 ini melihat besarnya potensi aset Indonesia yang mencapai sekitar Rp9.000 triliun, yang jika tidak dikelola dengan baik, potensi tersebut tidak akan memberikan dampak maksimal bagi perekonomian Indonesia. 

    “Walaupun kita mempunyai aset sebesar Rp9.000 triliun, namun apabila tidak secara global dimulainya dari awal, itu akan tidak menjadi optimal bagi ekonomi Indonesia,” tambahnya.

    Lalu, apa sebenarnya peran Indonesia Investment Authority (INA) yang sudah ada sebelumnya? Tidak hanya itu, ia juga mempertanyakan apakah Danantara hanya merupakan “baju baru” dari pemerintah, atau apakah ada strategi yang jelas agar tidak ada tumpang tindih antara Danantara dan lembaga-lembaga investasi lainnya? 

    “Pertanyaan ini penting, karena kita mempunyai authority investasi. Tapi, sekarang ada Danantara. Apakah Danantara ini merupakan baju baru karena pemerintahan yang baru, atau bagaimana nanti supaya ada strategi yang tidak tumpang tindih antara badan dan lembaga negara ini,” ujar dia.

    Selain itu, Millie juga mengingatkan akan pentingnya kredibilitas Danantara di mata investor institusional global, yang memiliki standar seleksi yang sangat ketat. Ia mencatat, seringkali Indonesia mengganti aturan yang dapat menurunkan kepercayaan investor terhadap Danantara. 

    “Menurut kami sangat penting adalah investor institusional global, mereka sistem seleksinya sangat-sangat ketat sekali. Jadi mereka itu tidak seperti perusahaan biasa, company biasa, yang mungkin sistem due diligence-nya itu simple,” ujar dia.

    “Mereka itu sangat-sangat detail sekali. Dan seperti yang sama-sama tadi kita ketahui, di Indonesia ini sangat sering sekali mengganti aturan. Dan ini akan menurunkan kredibilitas dari Danantara di mata global,” lanjutnya.(*)

    Disclaimer:
    Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Ayyubi Kholid

    Bergabung di Kabar Bursa sejak 2024, sering menulis pemberitaan mengenai isu-isu ekonomi.