Logo
>

Penjualan Tesla Melorot di 2024, Cybertruck Gagal jadi Bintang

Ditulis oleh Moh. Alpin Pulungan
Penjualan Tesla Melorot di 2024, Cybertruck Gagal jadi Bintang

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Untuk pertama kalinya, Tesla mencatat penurunan pengiriman kendaraan listrik tahunan pada 2024, meskipun telah menawarkan berbagai insentif menarik menjelang akhir tahun. Insentif tersebut termasuk pembiayaan tanpa bunga dan pengisian daya cepat gratis untuk merayu konsumen, tetapi hasilnya masih di bawah ekspektasi. Ternyata, kombinasi suku bunga tinggi, subsidi Eropa yang dikurangi, serta persaingan ketat dengan BYD asal China membuat konsumen lebih berhati-hati.

    Dilansir dari Reuters di Jakarta, Jumat, 3 Januari 2024, penurunan ini membuat saham Tesla turun 6 persen. Menurut analis Morningstar, Seth Goldstein, penurunan pengiriman ini menekan potensi pertumbuhan Tesla.

    “Terutama pada layanan tambahan seperti perangkat lunak mengemudi otonom, jaringan pengisian daya, dan asuransi,” kata Goldstein. Ia menambahkan, saat ini kendaraan Tesla mulai mendekati titik kejenuhan di pasar.

    Elon Musk mencoba berputar haluan dengan fokus ke pengembangan bisnis taksi otonom sebagai strategi baru untuk meningkatkan valuasi Tesla. Namun, teknologi mengemudi otomatis Tesla masih dalam tahap pengembangan dan diperkirakan butuh waktu bertahun-tahun sebelum siap dipasarkan.

    Setelah mendukung kampanye Donald Trump dengan sumbangan jutaan dolar, Musk berharap regulasi federal perihal kendaraan otonom lebih dipermudah di bawah pemerintahan baru. Selama ini, regulasi otonom di AS berbeda-beda di tiap negara bagian, yang menurut Musk sangat merepotkan.

    Meski begitu, Tesla masih menghadapi banyak hambatan, seperti investigasi dari regulator keselamatan lalu lintas AS dan Departemen Kehakiman perihal teknologi autopilot dan Full Self-Driving mereka.

    Cybertruck, yang sempat bikin heboh karena desain futuristiknya, ternyata menunjukkan tanda-tanda permintaan yang lemah. Tesla belum merilis angka resmi pengiriman Cybertruck, namun sepanjang kuartal keempat 2024, Tesla mengirimkan total 495.570 kendaraan, sedikit di bawah ekspektasi 503.269 unit menurut survei LSEG.

    Dari jumlah tersebut, 471.930 unit adalah Model 3 dan Model Y, sementara 23.640 unit berasal dari Model S, Model X, dan Cybertruck.

    Sepanjang 2024, total pengiriman Tesla mencapai 1,79 juta unit—turun 1,1 persen dibanding tahun sebelumnya dan di bawah proyeksi 1,806 juta unit. Meski begitu, angka ini masih lebih tinggi dari BYD yang mencatat penjualan 1,76 juta unit kendaraan listrik murni, meskipun pertumbuhan BYD mencapai 12,1 persen berkat strategi harga yang kompetitif dan penetrasi agresif ke pasar Asia-Eropa.

    [caption id="attachment_110071" align="alignnone" width="1979"] Tesla catat penurunan pertama dalam pengiriman kendaraan listrik tahunan. Sumber: Laporan Tesla diolah KabarBursa.com.[/caption]

    Berbeda dari tren global, Tesla mencatat penjualan rekor di China, dengan lebih dari 657.000 unit terjual, naik 8,8 persen dari 2023. Potongan harga yang ditawarkan berhasil menggoda konsumen di pasar mobil terbesar dunia itu.

    Sementara itu, di Eropa, Tesla menghadapi persaingan ketat. Pendaftaran kendaraan Tesla di Eropa pada Oktober 2024 turun 24 persen karena Volkswagen Group, lewat SUV listrik Skoda Enyaq, berhasil menggeser Model Y sebagai kendaraan listrik terlaris di kawasan tersebut.

    Tim ekonomi Trump dikabarkan tengah mempertimbangkan penghapusan insentif pajak sebesar USD7.500 untuk pembelian kendaraan listrik konsumen. Kebijakan ini dikhawatirkan memperlambat peralihan ke kendaraan listrik di AS. Namun, Manajer Portofolio Senior di Globalt Investments, Thomas Martin, menyebut hal menarik dari data penjualan Tesla, "Meskipun ada kemungkinan insentif pajak dihapus pada 2025, tidak ada percepatan pembelian. Itu cukup mengherankan."

    Gairah Mobil Listrik di 2024

    [caption id="attachment_79747" align="alignnone" width="2264"] Pengunjung memperhatikan Mobil Listrik BYD yang di pamerkan di Kota Kasablanka (Kokas), Rabu, 28 Agustus 2024. Foto: KabarBursa/Abbas Sandji[/caption]

    Meski Tesla mengalami penurunan pengiriman, secara keseluruhan kendaraan listrik tetap menunjukkan dominasinya di pasar global dengan pertumbuhan yang memecahkan rekor di berbagai wilayah. Pasar kendaraan listrik (EV) global terus melaju pesat hingga November 2024 dengan pertumbuhan 25 persen.

    Menurut laporan Rho Motion, seperti dikutip AP, sekitar 15,2 juta unit EV terjual di seluruh dunia. International Energy Agency (IEA) bahkan memprediksi satu dari lima mobil baru yang terjual sepanjang tahun ini adalah EV—dan mayoritas pembeli datang dari China.

    China tetap jadi episentrum lonjakan penjualan EV, dengan pertumbuhan 40 persen yang menghasilkan angka penjualan masif berkat populasi yang besar. Di belahan dunia lain, Meksiko mencatat kenaikan spektakuler lima kali lipat dibanding tahun lalu, didorong oleh model-model terjangkau dari BYD.

    Di Eropa, Inggris masih menunjukkan tren positif dengan kenaikan sekitar 17 persen, meski Prancis dan Jerman justru mengalami penurunan. Turki tampil mengejutkan dengan lonjakan hampir 50 persen, berkat Tesla yang mulai masuk pasar pada 2023 dan Togg, merek lokal yang turut unjuk gigi. Sementara itu, Norwegia tetap tak tergoyahkan sebagai “raja EV,” dengan 90 persen penjualan mobil barunya sudah beralih ke listrik.

    Tesla Masih Di Puncak, Tapi Persaingan Memanas

    [caption id="attachment_108845" align="alignnone" width="1200"] Tesla Model Y dipamerkan di pameran Everything Electric di pusat pameran dan konvensi internasional ExCeL London di London, Inggris, 28 Maret 2024. Foto: REUTERS/Peter Cziborra[/caption]

    Tak perlu bertanya-tanya, Tesla masih memimpin pasar global EV. Model Y menjadi mobil listrik terlaris, diikuti oleh Model 3. SUV Model Y dibanderol hampir USD45.000 (sekitar Rp700 juta), sedangkan Model 3 dijual sekitar USD42.000 (sekitar Rp655 juta). Insentif pajak sebesar USD7.500 di Amerika Serikat membuat harga kedua model ini makin menarik bagi konsumen.

    Meski begitu, dominasi Tesla mulai mendapat tantangan serius. Hingga Oktober 2024, Tesla memegang 17 persen pangsa pasar global dan 49 persen pangsa pasar di AS. Namun, raksasa otomotif seperti GM, Ford, dan Honda mulai menawarkan model EV yang lebih murah dan compact dengan kualitas yang bersaing.

    Namun, Tesla belum kehilangan pamor sebagai perusahaan otomotif dengan valuasi tertinggi di dunia. Nilai pasarnya mencapai USD1,4 triliun (sekitar Rp21 ribu triliun), menunjukkan meski persaingan semakin ketat, Tesla masih jauh dari kata tamat.(*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Moh. Alpin Pulungan

    Asisten Redaktur KabarBursa.com. Jurnalis yang telah berkecimpung di dunia media sejak 2020. Pengalamannya mencakup peliputan isu-isu politik di DPR RI, dinamika hukum dan kriminal di Polda Metro Jaya, hingga kebijakan ekonomi di berbagai instansi pemerintah. Pernah bekerja di sejumlah media nasional dan turut terlibat dalam liputan khusus Ada TNI di Program Makan Bergizi Gratis Prabowo Subianto di Desk Ekonomi Majalah Tempo.

    Lulusan Sarjana Hukum Universitas Pamulang. Memiliki minat mendalam pada isu Energi Baru Terbarukan dan aktif dalam diskusi komunitas saham Mikirduit. Selain itu, ia juga merupakan alumni Jurnalisme Sastrawi Yayasan Pantau (2022).