Logo
>

Perang Israel-Iran Tekan Saham, Dolar AS Menguat

Ketegangan Israel-Iran membuat indeks global merosot dan dolar AS menguat. Harga minyak naik 11 persen dalam sepekan, emas dan platinum juga terdorong.

Ditulis oleh Syahrianto
Perang Israel-Iran Tekan Saham, Dolar AS Menguat
Layar pantau saham di main hall Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Rabu, 21 Maret 2025. (Foto: KabarBursa/Abbas Sandji)

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM – Pasar global kembali bergejolak pada Kamis, 20 Juni 2025, saat konflik udara antara Israel dan Iran memasuki babak baru. Harga minyak mentah melonjak 11 persen dalam sepekan terakhir, memicu kekhawatiran akan gangguan suplai energi dan inflasi global.

    Indeks STOXX 600 Eropa turun 0,6 persen, memperpanjang penurunan selama tiga hari berturut-turut. Jika tren ini berlanjut, pekan ini akan menjadi koreksi mingguan terbesar sejak April. Sementara itu, indeks berjangka S&P 500 AS anjlok hampir 1 persen.

    Investor bersikap defensif menyikapi spekulasi kemungkinan campur tangan Amerika Serikat dalam konflik Timur Tengah. Presiden Donald Trump menyatakan, “Saya mungkin akan melakukannya, mungkin juga tidak,” saat ditanya apakah AS akan ikut serta dalam serangan terhadap Iran.

    Kyle Rodda, analis pasar keuangan senior di Capital.com, mengatakan, “Spekulasi bahwa AS akan terlibat secara langsung sangat membuat pasar gelisah. Ini bisa memicu retaliasi dari Iran dan meningkatkan risiko konflik regional yang lebih luas.”

    Di tengah ketidakpastian geopolitik, harga minyak Brent naik 2 persen ke level USD78 per barel pada Kamis, mendekati harga tertingginya sejak Januari. Sementara itu, emas diperdagangkan di kisaran USD3.365 per ons, sedikit turun dibanding hari sebelumnya.

    Dolar AS menguat secara luas. Euro melemah 0,2 persen ke posisi USD1,1462, sementara dolar Australia dan Selandia Baru masing-masing terkoreksi sekitar 1 persen. Lonjakan permintaan terhadap aset safe haven menunjukkan meningkatnya kecemasan pasar.

    Dari sisi kebijakan moneter, bank sentral di berbagai negara membuat keputusan berbeda. The Fed mempertahankan suku bunga pada Rabu malam dan tetap memproyeksikan dua kali pemangkasan tahun ini. Ketua The Fed Jerome Powell menegaskan bahwa inflasi akan tetap “signifikan” akibat tarif tinggi yang diberlakukan pemerintahan Trump.

    Analis dari MUFG mencatat, “The Fed meremehkan pelemahan ekonomi yang sudah muncul sebelum gejolak tarif, terutama di pasar tenaga kerja yang sudah lama menunjukkan tanda-tanda keretakan.”

    Sementara itu, Bank of England juga mempertahankan suku bunga. Namun, kekhawatiran terhadap ketidakpastian kebijakan dagang membuat pound sterling turun. Norges Bank mengejutkan pasar dengan memangkas suku bunga seperempat poin, sementara Swiss National Bank menurunkan suku bunga ke nol.

    Di pasar komoditas lain, platinum melonjak mendekati USD1.300 per ons, tertinggi dalam 11 tahun terakhir. Analis menilai lonjakan ini sebagai respons konsumen mencari alternatif emas yang lebih terjangkau.

    Ketidakpastian geopolitik yang belum mereda dan kebijakan suku bunga yang bervariasi membuat pasar keuangan dunia bergerak hati-hati menjelang akhir pekan. Sebagian besar pelaku pasar menanti sikap final Amerika Serikat dalam konflik Israel-Iran yang terus memanas. (*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Syahrianto

    Jurnalis ekonomi yang telah berkarier sejak 2019 dan memperoleh sertifikasi Wartawan Muda dari Dewan Pers pada 2021. Sejak 2024, mulai memfokuskan diri sebagai jurnalis pasar modal.

    Saat ini, bertanggung jawab atas rubrik "Market Hari Ini" di Kabarbursa.com, menyajikan laporan terkini, analisis berbasis data, serta insight tentang pergerakan pasar saham di Indonesia.

    Dengan lebih dari satu tahun secara khusus meliput dan menganalisis isu-isu pasar modal, secara konsisten menghasilkan tulisan premium (premium content) yang menawarkan perspektif kedua (second opinion) strategis bagi investor.

    Sebagai seorang jurnalis yang berkomitmen pada akurasi, transparansi, dan kualitas informasi, saya terus mengedepankan standar tinggi dalam jurnalisme ekonomi dan pasar modal.