Logo
>

Peringkat ESG Global Emiten Teknologi, Siapa yang Terbaik?

Ditulis oleh KabarBursa.com
Peringkat ESG Global Emiten Teknologi, Siapa yang Terbaik?

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Morningstar Sustainalytics baru saja merilis hasil terbaru peringkat environmental, social, and governance (ESG) untuk perusahaan teknologi.

    Dikutip dari hasil riset Morningstar, Jumat, 6 September 2024, PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) termasuk salah satu yang mendapat penilaian baik. Selain GOTO, Sea Ltd dan Grab Holdings Ltd juga masuk dalam daftar.

    Berdasarkan pemeringkatan Morningstar Sustainalytics, ESG Risk Rating GOTO berada dalam kategori risiko rendah (low risk) dengan skor 17. Sementara itu, Grab dan Sea dikategorikan berisiko menengah (medium risk) dengan skor masing-masing 23,9 dan 22,9.

    Data terbaru dari Morningstar Sustainalytics, yang dipublikasikan pada Agustus 2024, menilai ESG Risk Rating berdasarkan seberapa besar risiko ekonomi perusahaan akibat faktor lingkungan, sosial, dan tata kelola.

    Evaluasi ini mencakup paparan terhadap isu-isu material ESG dan bagaimana perusahaan mengelolanya. Skor keseluruhan mencerminkan total risiko ESG yang belum terkelola.

    Morningstar Sustainalytics mengkategorikan risiko ESG ke dalam lima tingkatan, yaitu negligible (0-10), low (10-20), medium (20-30), high (30-40), dan severe (lebih dari 40).

    Dalam industri teknologi, GoTo berada di peringkat ke-195 dari 1.095 perusahaan di dunia yang dinilai, sementara Sea dan Grab masing-masing berada di peringkat ke-619 dan ke-732.

    GoTo dinilai sebagai perusahaan ‘Inti’ oleh Morningstar dan memperoleh status risiko rendah berkat pengelolaan yang baik terhadap 30 indikator manajemen.

    Peringkat ESG kini semakin penting bagi bank dan investor karena praktik ESG yang kuat sering kali dikaitkan dengan kinerja keuangan yang lebih baik dalam jangka panjang.

    Bank menggunakan peringkat ini sebagai bagian dari analisis risiko klien, sementara investor memanfaatkannya untuk mengelola risiko ESG dan meningkatkan kinerja portofolio jangka panjang.

    Untuk diketahui, ESG adalah konsep yang mengedepankan kegiatan pembangunan, investasi maupun bisnis yang berkelanjutan sesuai dengan tiga kriteria tersebut yaitu lingkungan, sosial serta tata kelola.

    Emiten yang Terapkan ESG, Kinerja Sahamnya Bagus

    Bursa Efek Indonesia (BEI) membeberkan emiten-emiten tingkat global memiliki kinerja saham yang oke setelah menerapkan environment, social, and good governance (ESG).

    Hal tersebut disampaikan langsung oleh Direktur Pengembangan BEI Jeffrey Hendrik. Dia mengatakan sebanyak 80 persen emiten memiliki kinerja yang bagus selama menjalankan ESG.

    “Bahkan untuk tingkat global 80 persen emiten-emiten  yang menjalankan ESG dengan baik, kinerja sahamnya juga menjadi baik,” ujarnya dalam acara ‘Promoting Sustainable Investment In Indonesia Capital Market’ di Jakarta, Selasa, 20 Agustus 2024.

    Menurut Jeffrey, hal tersebut didukung karena konsen dari investor global saat ini yang senilai ada ratusan miliar USD bahkan triliunan USD hanya akan diinvestasikan dalam instrumen yang konsen terhadap ESG.

    Lebih lanjut Jeffrey memandang, perusahaan harus melihat ESG dari sudut dan perspektif yang berbeda. Kata dia, banyak selama ini  mungkin melihat ESG adalah soal beban.

    “Saat ini pandangan global terhadap ESG tidak lagi melihat ESG adalah soal menjadi beban, tetapi ESG sudah menjadi bagian integral dari strategi bisnis secara keseluruhan,” ungkapnya.

    “Hal ini didukung oleh data yang menunjukkan 88 persen perusahaan yang menjalankan ESG dengan baik performa operasionalnya juga membaik,” tambah dia.

    Sebelumnya, Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Indonesia, menyebut bahwa penerapan ESG menjadi upaya semua pihak untuk mendorong net zero emission. Meski begitu, menurut catatan KADIN, implementasi prinsip ESG di Indonesia masih sangat minim kalangan pelaku usaha dalam negeri.

    Wakil Ketua Umum Koordinator Bidang Kemaritiman, Investasi, dan Luar Negeri Kadin Indonesia, Shinta Widjaja Kamdani, menyebut perlu adanya penegasan terkait prinsip ESG lantaran banyak pelaku usaha yang belum mengerti.

    Padahal, kata Shinta, adopsi prinsip investasi keberlanjutan sangat mendesak di tengah era perubaan iklim yang semakin nyata. Berdasarkan laporan World Economic Forum, tutur Shinta, ESG menjadi indikator fundamental yang dipertimbangkan investor.

    “Karena itu perusahaan mau tidak mau perlu beradaptasi cepat di tengah tuntutan untuk mengedepatkan transparansi dan pengungkapan ESG. Khususnya bagi perusahaan-perusahaan yang dianggap sebagai market leader atau memiliki share pasar yang dominan,” kata Shinta dalam acara bertajuk Road to SAFE 2024: Strengthening ESG Implementation in Indonesia’s Business Sector, di BEI, Jakarta, Senin, 22 Juli 2024.

    Di Indonesia sendiri, kata Shinta, adopsi ESG menunjukan progress yang cukup positif seiring dengan dukungan pemerintah dan lembaga keuangan lainnya. Meski tak spesifik menyebut presentasi, dia meyakini prinsip ESG yang diadopsi sektor bisnis terus mengalami peningkatan jumlah.

    Hal itu dinilai sejalan dengan regulasi ​Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 51/POJK. 03/2017 tentang Penerapan Keuangan Berkelanjutan bagi Lembaga Jasa Keuangan, Emiten, dan Perusahaan Publik. Shinta menilai, regulasi tersebut mendorong para pelaku usaha membuat laporan keberlanjutan yang mencakup aspek ESG sebagai upaya mendorong penguatan implementasinya di tanah air.

    Berdasarkan riset dari The Economist Intelligence Unit tentang pembiayaan keberlanjutan, kata Shinta, tercatat sebanyak 161 investor dan 154 emiten di seluruh Asia-Pasifik, serta 68 persen investor dan 63 persen emiten investasi, dan pembiayaan keberlanjutan mencatat kinerja lebih baik daripada investasi tradisional yang setara.

    Sementara di bursa nasional, Shinta menyebut ESG bukti memiliki kaitan terhadap return yang lebih tinggi. Bahkan, kata dia, dana keberlanjutan memiliki performa yang lebih tanggu jika dibandingkan conventional funds.

    “Oleh karena itu, implementasi ESG yang efektif tidak hanya meningkatkan cipta dan nilai perusahaan, tetapi juga memberikan keuntungan financial yang signifikan. Tidak hanya bagi investor, ESG juga menjadi penting bagi perusahaan khususnya dalam keputusan investasi yang berkolerasi dengan pengembangan bisnis yang akan dibuktikan perusahaan bagaimana operational dapat dijalankan,” jelasnya.

    ESG juga dinilai berkontribusi besar bagi keberlangsungan kinerja perusahaan kerena sifatnya yang jangka panjang. Menurut Shinta, prinsip ESG berguna bagi pembangunan masa depan yang berkelanjutan dan kesejahteraan mengingat pengaruhnya terhadap keputusan investasi.

    “ESG dapat berpengaruh kinerja investasi di dalam perusahaan sehingga membantu meningkatkan kinerja keberlanjutan, manajemen kemudahan, dan kebijakan risiko pengembalian,” jelasnya.

    Meski memuat banyak manfaat bagi keberlanjutan perusahaan, Shinta tak memungkiri banyaknya kendala yang dihadapi pelaku usaha dalam menerapkan prinsip ESG. Sebagai contoh, tutur dia, kesadaran dan pemahaman ESG dan serta keterbasasan sumber daya serta infrastruktur budaya bisnis yang masih fokus pada tujuan jangka pendek.

    Di sisi lain, prinsip ESG juga membutuhkan biaya dan sumber daya tambahan seperti pelatihan karyawan, pengembangan sistem, hingga audit. Dalam hal ini, Shinta menyebut UMKM bisa terbebani mengingat biaya dan sumber dayanya yang terbatas.

    “Sehingga upaya untuk meningkatkan pemahaman dan mendorong penerapan ESG perlu dilakukan secara komprehensif dengan melibatkan berbagai pihak,” jelasnya.

    Sejalan dengan prinsip keberlanjutan, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) juga telah menerbitkan Peraturan OJK (POJK) Nomor 18 Tahun 2023 tentang Penerbitan dan Persyaratan Efek Bersifat Utang dan Sukuk Berlandaskan Keberlanjutan. (*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    KabarBursa.com

    Redaksi