Logo
>

Pertamax Naik Akibat Dolar dan Harga Minyak Dunia

Ditulis oleh KabarBursa.com
Pertamax Naik Akibat Dolar dan Harga Minyak Dunia

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - PT Pertamina Patra Niaga telah mengumumkan alasan di balik keputusan mereka untuk kembali menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) nonsubsidi di awal Agustus tahun ini.

    Kenaikan ini sejalan dengan pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS dan lonjakan harga minyak mentah Indonesia atau Indonesian Crude Price (ICP).

    Pada tanggal 2 Agustus, Pertamina resmi menaikkan harga BBM nonsubsidi seperti Pertamax Turbo, Pertamax Green 95, dan Dex Series dengan kenaikan berkisar antara Rp550 hingga Rp1.100 per liter.

    Selanjutnya, pada hari Sabtu, 10 Agustus, harga Pertamax turut dinaikkan menjadi Rp13.700 per liter dari harga sebelumnya Rp12.950.

    Penyesuaian harga BBM nonsubsidi ini, menurut Pjs Corporate Secretary PT Pertamina Patra Niaga, Heppy Wulansari, didasarkan pada tren harga rata-rata publikasi minyak dunia (ICP) serta nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD).

    Meskipun begitu, Heppy menegaskan bahwa penyesuaian harga ini tetap memperhatikan stabilitas ekonomi dan daya beli masyarakat.

    Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) juga telah melakukan penyesuaian harga ICP. Pada Juli lalu, ESDM menetapkan harga minyak patokan Indonesia sebesar USD82 per barel, naik USD2,68 per barel dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar USD79,31 per barel.

    Penyesuaian ini dipicu oleh beberapa faktor, termasuk ketegangan yang terus berlanjut di Timur Tengah, seperti serangan di Laut Merah yang melibatkan kapal-kapal pengangkut minyak Rusia.

    Selain itu, inflasi di Amerika Serikat yang turun menjadi 3 persen pada Juni 2024, turut mempengaruhi dinamika pasar global.

    Di sisi lain, nilai tukar rupiah juga menunjukkan pelemahan sepanjang bulan lalu, bahkan sempat mencapai angka tertinggi di Rp16.400 per USD, meskipun saat ini kembali stabil di bawah Rp16.000 per USD.

    Tren Dolar dan Harga ICP

    Ibrahim Assuaibi, Direktur PT. Laba Forexindo mengatakan Berjangka Rupiah berhasil melanjutkan tren penguatannya pada Kamis, 8 Agustus 2024, dengan kenaikan tajam sebesar 141,5 poin terhadap Dolar AS. Mata uang garuda ini ditutup pada level 15.893 per dolar AS, setelah sebelumnya sempat tergelincir di level 16.035 per dolar AS.

    Di Amerika Serikat, kekhawatiran investor semakin meningkat terhadap kemungkinan resesi ekonomi, diperparah dengan tingkat pengangguran yang tinggi dan inflasi yang enggan mereda.

    Mereka berharap Federal Reserve (The Fed) akan segera menurunkan suku bunga acuan. Bahkan, setelah pertemuan mendadak pekan lalu, Ketua The Fed, Jerome Powell, mengindikasikan kemungkinan penurunan suku bunga pada September 2024, yang diprediksi mencapai hampir 50 basis poin.

    Kondisi ini mendorong investor untuk memposisikan diri pada kemungkinan penurunan suku bunga The Fed.

    Walaupun demikian, peran tradisional dolar AS sebagai aset safe-haven tetap tak bisa diabaikan, terutama jika pasar terus mengalami gejolak atau ketegangan geopolitik di Timur Tengah meningkat.

    Fenomena "Trump Trade" juga berpotensi kembali jika Donald Trump terpilih lagi sebagai Presiden AS, di mana dana cenderung ditempatkan pada aset seperti dolar AS atau Bitcoin yang dipandang diuntungkan oleh kebijakan fiskal yang lebih longgar dan tarif yang lebih tinggi.

    Di Asia, kebijakan Bank of Japan yang dirilis pada Kamis 8 Agustus 2024 mengindikasikan bahwa para pembuat kebijakan di Jepang masih melihat ruang untuk kenaikan suku bunga lebih lanjut, dengan target suku bunga mencapai sekitar 1 persen untuk mencapai tingkat yang dianggap netral bagi perekonomian.

    Di sisi domestik, inflasi Indonesia pada Juli 2024 mencatatkan penurunan, dengan laju inflasi tahunan mencapai 2,13 persen, turun dari 2,51 persen pada bulan sebelumnya. Penurunan ini terutama didorong oleh harga pangan yang melandai seiring panen yang berlimpah dan kebijakan stabilisasi pasokan. Namun, pemerintah tetap waspada terhadap risiko yang dapat memberikan tekanan pada inflasi, terutama gejolak harga pangan akibat tantangan cuaca ekstrem seperti musim kemarau yang bisa memengaruhi stok pangan global dan produksi domestik.

    Pada 11 Agustus 2024, sentimen global terkait harga minyak masih dipengaruhi oleh berbagai faktor yang mendorong harga minyak mentah ke level tertinggi dalam beberapa bulan terakhir. Pasokan yang menyusut dan permintaan yang mencapai rekor tertinggi telah mendorong harga naik sekitar 15 persen sejak awal Juli.

    Kebijakan pengurangan produksi oleh Arab Saudi dan peningkatan konsumsi dari negara-negara seperti China berperan besar dalam lonjakan ini. Meskipun begitu, proyeksi untuk tahun 2024 menunjukkan pertumbuhan permintaan yang melambat, yang mungkin memberikan sedikit kelegaan​.

    Konsumsi minyak China memiliki dampak signifikan pada harga minyak dunia. Sebagai salah satu konsumen energi terbesar di dunia, permintaan minyak yang kuat dari China sering kali mendorong harga minyak mentah ke level lebih tinggi.

    Pada 2024, peningkatan konsumsi minyak di China, terutama didorong oleh pemulihan ekonomi dan peningkatan aktivitas industri, telah berkontribusi pada kenaikan harga minyak global. Kombinasi antara permintaan China dan kebijakan produksi dari negara-negara produsen utama seperti OPEC+ menciptakan fluktuasi harga yang signifikan di pasar minyak dunia. (*)

     

     

    Disclaimer:
    Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    KabarBursa.com

    Redaksi