KABARBURSA.COM - Produksi batu bara China meningkat 2,8 persen pada Agustus dibandingkan tahun sebelumnya. Dilansir dari Reuters, Sabtu, 14 September 2024, data Biro Statistik Nasional China menunjukkan kenaikan ini didorong oleh peningkatan pembangkit listrik tenaga uap dan permintaan yang kuat dari industri kimia.
Sebagai produsen batu bara terbesar di dunia, China berhasil menambang 396,55 juta ton batu bara pada bulan lalu. Angka ini juga lebih tinggi dibandingkan dengan produksi bulan Juli yang mencapai 390,37 juta ton.
Peningkatan produksi ini terjadi di tengah gelombang panas yang melanda China, menjadikan Juli sebagai bulan terpanas yang pernah tercatat, dan berlanjut hingga Agustus. Kondisi ini meningkatkan permintaan listrik karena rumah dan bisnis menyalakan pendingin ruangan.
Penurunan produksi tenaga air juga berkontribusi pada peningkatan pembangkit listrik tenaga uap di China. Pada bulan lalu, pembangkit listrik tenaga uap, yang sebagian besar berbasis batu bara, naik 3,7 persen dibandingkan tahun sebelumnya, mencapai 614,9 miliar kilowatt-jam (kWh). Meski produksi tenaga air juga naik 10,7 persen, namun pertumbuhannya lebih moderat dibandingkan dengan lonjakan 36,2 persen pada Juli.
Selain sektor pembangkit listrik, permintaan dari industri pengolahan batu bara menjadi bahan kimia juga tetap kuat. Meski demikian, total produksi batu bara sepanjang Januari hingga Agustus tercatat turun 0,3 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, menjadi 3,05 miliar ton. Penurunan ini sebagian disebabkan oleh pembatasan produksi akibat inspeksi keamanan di awal tahun.
Kenaikan produksi ini menunjukkan bagaimana China terus mengandalkan batu bara untuk memenuhi kebutuhan energinya, meskipun di tengah tekanan global untuk beralih ke sumber energi yang lebih ramah lingkungan.
Kurangi 79,5 Persen Pembangunan PLTU Batu Bara
Tiongkok dikabarkan mengurangi jumlah izin pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Batu Bara hingga 79,5 persen di tahun 2024. Adapun hal itu terungkap berdasarkan studi yang dilakukan Greenpeace East Asia beberpa waktu lalu.
Dalam studinya, Greenpeace meninjau dokumen persetujuan proyek pembangunan PLTU untuk mengidentifikasi 14 proyek yang telah ditargetkan pemerintah Tiongkok dalam enam bulan pertama tahun 2024, dengan kapasitas gabungan sebesar 10,34 GW, penurunan 79,5 persen dari total persetujuan dalam 50,4 GW yang disetujui di semester pertama 2023.
Salah satu tren yang dinilai Greenpeace mengkhawatirkan yakni 71,4 persen dari persetujuan baru tahun 2024 adalah fasilitas PLTU batubara dengan kapasitas pembangkitan di atas 660 megawatt (MW), melanjutkan tren yang pada tahun 2023, yakni sebesar 70,73 persen proyek baru pada tahun 2023 berada di atas 1 GW.
Pimpinan Greenpeace East Asia, Gao Yuhe, menuturkan Tiongkok sejauh ini berangsur mengurangi penggunaan batubara sejak tahun 2024. Hal itu dilakukan seiring dengan perluasan pemanfaatan tenaga angin dan surya yang terus dilakukan Tiongkok.
“Sejak tahun 2022, kami melihat tren yang mengkhawatirkan dari peningkatan persetujuan batu bara meskipun pertumbuhan energi terbarukan seharusnya menggantikan batu bara. Kita sekarang mungkin melihat titik balik. Satu pertanyaan tetap ada di sini. Apakah provinsi-provinsi Tiongkok memperlambat persetujuan batubara karena mereka telah menyetujui begitu banyak proyek batubara selama periode rencana lima tahun ini? Atau apakah ini napas terakhir tenaga batu bara dalam transisi energi yang telah membuat batubara menjadi semakin tidak praktis?” kata Gao dalam keterangan tertulis, Minggu 25 Agustus 2024, lalu.
Diketahui, Mayoritas persetujuan batubara baru tahun 2024 berasal dari beberapa provinsi, termasuk 2 GW di Anhui, 2 GW di Jiangxi, dan 1,32 GW di Xinjiang. Selama tiga tahun berturut-turut, Anhui terus memberikan persetujuan batubara baru yang ekstensif, dengan menyetujui 19,18 GW dari Januari 2022 hingga Juni 2024.
“Fasilitas-fasilitas ini cukup besar. Fasilitas batubara tidak dapat dinyalakan dan dimatikan dengan cepat. Dan fasilitas-fasilitas besar khususnya tidak efisien dalam hal waktu, uang, atau total emisi. Hal ini agak bertentangan dengan tujuan penggunaan fasilitas-fasilitas ini untuk mendukung periode permintaan energi puncak. Kami melihat tren positif dalam penurunan persetujuan baru. Namun persetujuan baru itu sendiri cukup memprihatinkan,” kata Gao.
Pada paruh pertama tahun 2024, total kapasitas batu bara Tiongkok sebesar 11,7 terawatt (TW), atau 11.700 GW, untuk pertama kalinya dilampaui oleh kapasitas tenaga angin dan matahari, yang pada akhir Juni mencapai 11,8 TW.
Kapasitas gabungan tenaga angin dan matahari pada akhir paruh pertama tahun 2024 mencapai 38,41 persen dari total kapasitas pembangkitan, sedangkan batu bara mencapai 38,08 persen.
Dari semua kapasitas baru yang tersambung ke jaringan listrik selama enam bulan pertama tahun 2024, tenaga angin dan matahari mencapai 84,2 persen dari semua kapasitas baru yang tersambung.(*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.