KABARBURSA.COM - Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan bahwa harga gabah dan beras di tingkat petani, penggilingan, grosir, dan eceran menunjukkan pergerakan yang bervariasi pada Desember 2024.
Harga gabah kering panen tercatat meningkat sebesar 0,87 persen secara bulanan (mtm). Meski meningkat secara bulanan, harga gabah kering turun sebesar -5,47 persen secara tahunan (yoy).
Begitu juga dengan harga gabah kering giling juga naik secara bulanan sebesar 0,71 persen (mtm), namun secara tahunan merosot sebesar 8,90 persen yoy.
“Kenaikan harga gabah kering panen dan gabah kering giling menjadi salah satu faktor yang memengaruhi dinamika harga pangan pada akhir tahun ini,” kata Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, Pudji Ismartini, di Jakarta, Kamis, 2 Januari 2025.
Sementara itu, harga beras di penggilingan pada Desember 2024 tercatat naik sebesar 0,89 persen mtm dan secara tahunan turun sebesar 3,63 persen yoy.
Pudji mengungkapkan, inflasi beras juga tercatat terjadi di tingkat grosir dan eceran. Pada tingkat grosir, inflasi beras tercatat sebesar 0,24 persen mtm dan 0,20 persen yoy, sementara di tingkat eceran inflasi tercatat lebih tinggi, yakni 0,25 persen mtm dan 2,58 persen yoy.
“Perlu dicatat bahwa harga beras yang kami sampaikan di sini mencakup rata-rata harga beras dengan berbagai kualitas yang ada di seluruh wilayah Indonesia,” tambah Pudji.
Luas Panen Menurun
Namun, di balik pergerakan harga yang signifikan secara bulanan, BPS mencatat adanya penurunan dalam luas panen padi di 2024. Puncak musim kemarau yang terjadi pada Juli hingga Agustus 2024 berdampak pada produksi tanaman pangan, termasuk padi.
Selain itu, terjadi pergeseran puncak panen dari bulan Maret 2023 ke April 2024. Pudji memprakirakan, penurunan luas panen pada sebesar 1,54 persen dibandingkan dengan tahun lalu.
“Penurunan luas panen padi ini dipengaruhi oleh musim kemarau yang lebih panjang, serta perubahan pola curah hujan yang mempengaruhi hasil pertanian,” pungkas Pudji.
Emas dan SKM Picu Inflasi
Sepanjang tahun 2024, inflasi didominasi oleh komponen inti, dengan emas perhiasan menjadi kontributor utama inflasi bulanan secara konsisten sepanjang tahun.
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), emas perhiasan dan sigaret kretek mesin (SKM) masing-masing tercatat sebanyak 11 kali sebagai penyumbang utama inflasi bulanan.
Pada Desember 2024, inflasi bulan ke bulan (mtm) tercatat sebesar 0,44 persen, sedangkan inflasi tahunan (yoy) mencapai 1,57 persen. Meskipun angka inflasi tahunan 2024 lebih rendah dibandingkan dengan tahun 2023, kenaikan tetap didorong oleh komoditas utama seperti makanan, minuman, dan tembakau.
“Secara tahunan, inflasi tahun 2024 lebih rendah dari tahun 2023,” ungkap Pudji.
Untuk rincian inflasi Desember 2024, kelompok makanan, minuman, dan tembakau menjadi kontributor terbesar dengan andil inflasi sebesar 0,38 persen. Komoditas yang mendominasi kelompok ini meliputi telur ayam ras, cabai merah, cabai rawit, minyak goreng, dan bawang merah.
Secara tahunan, kelompok yang sama juga menjadi penyumbang utama inflasi dengan kontribusi sebesar 0,55 persen. Komoditas seperti sigaret kretek mesin (SKM), minyak goreng, beras, kopi bubuk, dan bawang merah menjadi faktor dominan.
“Untuk komponen tahunan, penyumbang utama inflasi Desember 2024 secara yoy adalah kelompok makanan, minuman, dan tembakau dengan andil inflasi 0,55 persen,” jelas Pudji.
Komoditas penyumbang inflasi sepanjang 2024 adalah sebagai berikut:
• Emas Perhiasan: 11 kali (0,35 persen)
• Sigaret Kretek Mesin (SKM): 11 kali (0,13 persen)
• Minyak Goreng: 6 kali (0,11 persen)
• Beras: 6 kali (0,10 persen)
• Kopi Bubuk: 7 kali (0,10 persen)
• Bawang Merah: 7 kali (0,08 persen)
• Daging Ayam Ras: 7 kali (0,06 persen)
• Ikan Segar: 7 kali (0,06 persen)
• Bawang Putih: 6 kali (0,06 persen)
• Nasi dengan Lauk: 4 kali (0,06 persen)
• Telur Ayam Ras: 5 kali (0,05 persen)
• Sigaret Kretek Tangan (SKT): 1 kali (0,04 persen)
• Sigaret Putih Mesin (SPM): 1 kali (0,04 persen)
• Biaya Sewa Rumah: 2 kali (0,04 persen)
• Biaya Kuliah Perguruan Tinggi: 2 kali (0,03 persen)
Inflasi Desember 2024 Naik
Seperti diberitakan sebelumnya, BPS juga mencatat inflasi pada Desember 2024 mencapai 0,44 persen secara bulanan (month-to-month/mtm). Inflasi ini disebabkan oleh peningkatan permintaan barang dan jasa menjelang perayaan Natal dan Tahun Baru (Nataru).
Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa Pudji Ismartini mengatakan, kenaikan ini mendorong Indeks Harga Konsumen (IHK) dari 106,33 pada November 2024 menjadi 106,80 di Desember 2024.
“Pada Desember 2024 terjadi inflasi sebesar 0,44 persen secara bulanan atau terjadi kenaikan indeks harga konsumen dari 106,33 pada November 2024 menjadi 106,80 pada Desember 2024,” ujar Pudji.
Secara tahunan (year-on-year/yoy), inflasi pada Desember 2024 tercatat sebesar 1,57 persen. Pudji menjelaskan bahwa angka inflasi tahunan tersebut sejalan dengan inflasi tahun kalender (year-to-date/ytd) karena menggunakan pembanding yang sama, yakni Desember tahun sebelumnya.
“Secara tahun kalender atau year-to-date terjadi inflasi sebesar 1,57 persen. Pada Desember year-on-year atau year-to-date akan sama karena pembandingnya sama, yakni Desember tahun lalu,” tambahnya.
Pudji menekankan bahwa inflasi bulanan pada Desember 2024 lebih tinggi dibandingkan November 2024 serta Desember 2023.
“Inflasi bulanan pada Desember 2024 lebih tinggi daripada November 2024 dan Desember 2023,” ungkapnya.
Kelompok yang memberikan kontribusi terbesar terhadap inflasi bulanan Desember 2024 adalah kelompok makanan, minuman, dan tembakau dengan inflasi sebesar 1,33 persen. Kelompok ini memberikan andil inflasi sebesar 0,38 persen.
“Kelompok penyumbang inflasi bulanan terbesar adalah kelompok makanan, minuman, dan tembakau dengan inflasi sebesar 1,33 persen dan memberi andil inflasi sebesar 0,38 persen,” jelas Pudji.