KABARBURSA.COM - CEO Morgan Stanley, Ted Pick, mengungkapkan pandangannya yang optimistis mengenai pasar saham, serta prospek ekonomi AS yang diperkirakan akan terus menunjukkan kinerja positif pada 2025.
"Konsumen AS masih menjadi motor penggerak utama dunia. Neraca perusahaan di AS, secara keseluruhan, luar biasa. Bahkan, pemerintahan yang baru mulai berbicara mengenai pertumbuhan," ujar Pick dalam wawancara dengan Squawk Box Asia CNBC dari acara puncak Morgan Stanley di Singapura, sebagaimana dikutip dari CNBC International, Senin, 25 November 2024.
Meski mengakui adanya ketidakpastian yang berasal dari kebijakan pemerintah, Pick menyatakan bahwa secara keseluruhan, pelaku pasar tetap bisa bersikap konstruktif dan optimistis.
Menurutnya, Morgan Stanley memperkirakan S&P 500 akan terus mengalami kenaikan, dengan sektor-sektor seperti keuangan dan industri diproyeksikan dapat mencatatkan kinerja baik seiring dengan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan adanya deregulasi yang mungkin terjadi.
Tahun ini, S&P 500 tercatat naik lebih dari 24 persen, sementara Dow Jones Industrial Average melaju 15,13 persen. Meski begitu, Pick mengingatkan bahwa pasar tidak jarang mengalami penurunan, namun momentum positif yang ada tampaknya menunjuk pada tahun 2025 yang lebih cerah.
Mengenai kebijakan Federal Reserve AS, Pick menilai bank sentral telah melakukan pekerjaan yang sangat baik. Ia menambahkan bahwa langkah-langkah yang diambil oleh Fed terbilang hati-hati, sebuah pendekatan yang tepat, sambil menekankan bahwa mereka tidak berniat mengubah arah kebijakan suku bunga.
Ketika ditanya mengenai kekhawatirannya terhadap potensi perang dagang yang baru, khususnya dengan pemerintahan Trump yang akan datang, Pick menjawab dengan tegas, "Risiko terbesar adalah kombinasi faktor geopolitik dan kesalahan kebijakan."
Pemangkasan Suku Bunga
Kepala Investasi Morgan Stanley Wealth Management, Lisa Shalett, menyatakan bahwa Federal Reserve Amerika Serikat (AS) diperkirakan akan melanjutkan pemangkasan suku bunga pada bulan November. Namun, ia menegaskan bahwa para pembuat kebijakan akan bersikap hati-hati mengingat inflasi tidak mendingin dengan cepat.
“The Fed berfokus pada pasar tenaga kerja yang menunjukkan tanda-tanda campur aduk. Mereka tidak lagi menargetkan inflasi 2 persen dan telah mengabaikannya,” ujar Lisa Shalett, seperti dikutip dari Reuters dikutip di Jakarta pada Rabu, 16 Oktober 2024.
Minggu lalu, sebagian besar pembuat kebijakan The Fed memberikan sinyal positif untuk melakukan lebih banyak pemangkasan suku bunga dalam beberapa bulan ke depan. Namun, Presiden The Fed Atlanta, Raphael Bostic, menyatakan bahwa mungkin diperlukan untuk tidak mengambil langkah pada bulan November.
“Pasar ekuitas mungkin belum menyadarinya, tetapi pasar obligasi tampaknya mulai menguat dalam jangka panjang karena ekspektasi inflasi yang lebih tinggi telah didiskontokan,” tambah Shalett.
Data minggu lalu menunjukkan bahwa harga konsumen AS mengalami kenaikan sedikit lebih tinggi dari yang diperkirakan pada bulan September, sementara harga produsen tetap tidak berubah. Saat ini, para pedagang memiliki kemungkinan 89 persen untuk penurunan suku bunga sebesar 25 basis poin pada pertemuan kebijakan The Fed yang akan berlangsung pada 6-7 November.
Meskipun demikian, ini mengabaikan ekspektasi untuk penurunan setengah poin setelah laporan ketenagakerjaan September yang mengejutkan dan data ekonomi positif lainnya.
Shalett juga tidak mengharapkan hasil yang jelas pada 5 November, yang merupakan hari pemilihan Presiden AS, mengingat ketatnya persaingan yang ada. Jajak pendapat minggu lalu menunjukkan bahwa Wakil Presiden Demokrat Kamala Harris dan mantan Presiden Republik Donald Trump bersaing ketat di tujuh negara bagian yang menjadi medan pertempuran.
“Kami telah mendorong klien untuk berinvestasi dalam aset riil, termasuk emas, komoditas, real estat, dan aset infrastruktur energi,” tutup Shalett.(*)