KABARBURSA.COM - Mata uang rupiah ditutup melemah 9 poin ke level Rp16.589 pada perdagangan Jumat, 17 Oktober 2025.
Analis mata uang, Ibrahim Assuabi mengatakan pelemahan rupiah hari ini tidak lepas karena sentimen dari The Fed. Ia menyebut Para pedagang memperkirakan kemungkinan kuat pemangkasan suku bunga The Fed pada bulan Oktober karena data ekonomi terus menunjukkan penurunan inflasi dan perlambatan pertumbuhan.
"Ketua The Fed, Jerome Powell, awal pekan ini mengadopsi nada yang lebih dovish, mengisyaratkan risiko penurunan di pasar tenaga kerja dan mengisyaratkan bahwa bank sentral akan tetap bergantung pada data dan melanjutkan kebijakan berdasarkan "pertemuan demi pertemua," ujar dia dalam keterangannya.
Dukungan untuk pelonggaran moneter semakin meningkat di dalam The Fed. Ibrahim bilang, Gubernur Christopher Waller turut mendukung pemangkasan suku bunga sebesar 25 bps pada bulan Oktober, dengan alasan tanda-tanda pelemahan yang terus berlanjut di pasar tenaga kerja.
"Sementara itu, Gubernur The Fed yang baru diangkat, Stephen Miran, telah mendukung jalur pelonggaran yang lebih agresif," katanya.
Selain itu, lanjut Ibrahim, investor tetap waspada terhadap memburuknya ketegangan perdagangan Amerika Serikat (AS)-China.
Hal ini dikarenakan Presiden AS, Donald Trump telah mengumumkan rencana untuk mengenakan tarif tambahan 100 persen pada semua impor dari China mulai bulan depan sebagai tanggapan atas pembatasan Beijing terhadap pengiriman logam tanah jarang.
"Sementara itu, penutupan pemerintah AS, yang kini memasuki minggu ketiga, terus membebani kepercayaan, mengganggu rilis data ekonomi, dan meningkatkan kekhawatiran tentang pertumbuhan jangka pendek. BI Sebut Kegiatan Dunia Usaha Terjaga di Kuartal III 2025," terangnya.
Adapun untuk perdagangan pekan depan tapatnya Senin, 20 Oktober 2025, Ibarhim memperkirakan mata uang rupiah fluktuatif namun ditutup melemah di rentang Rp16.580-Rp16.630.