KABARBURSA.COM - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dibuka lesu pada Selasa 7 Oktober 2025. Tekanan datang dari kabar politik luar negeri: Sanae Takaichi resmi terpilih sebagai perdana menteri perempuan pertama Jepang, memantik reaksi pasar yang berhati-hati.
Berdasarkan data Bloomberg pukul 09.10 WIB di pasar spot, rupiah terpantau melemah 13 poin (0,08 persen) ke posisi Rp16.596 per dolar AS. Sementara itu, indeks dolar justru naik tipis 0,09 persen menjadi 98,19. Sehari sebelumnya, Senin 6 Oktober 2025, rupiah sudah menutup sesi dengan pelemahan 20 poin di level Rp16.583.
Menurut pengamat mata uang Ibrahim Assuaibi, sentimen negatif terhadap rupiah hari ini terutama dipicu oleh terpilihnya Takaichi yang dikenal berpandangan dovish dalam kebijakan fiskal. Ia diperkirakan akan menentang pengetatan moneter lanjutan oleh Bank of Japan (BOJ), memicu potensi pelemahan yen dan berimbas ke mata uang Asia lainnya.
“Untuk perdagangan Selasa, rupiah bergerak fluktuatif, namun tetap ditutup melemah di kisaran Rp16.580–Rp16.530,” ujar Ibrahim dalam keterangan tertulis di Jakarta.
Faktor eksternal lainnya datang dari drama politik di Washington. Proses shutdown pemerintahan AS masih berlarut-larut setelah para senator gagal meloloskan rancangan anggaran untuk membuka kembali operasional federal untuk keempat kalinya. Ketidakpastian fiskal ini turut menambah tekanan bagi aset berisiko, termasuk rupiah.
Ketegangan Global Meningkat
Sementara itu, ketegangan geopolitik di Timur Tengah dan Eropa Timur juga masih membayangi arah rupiah. Di Mesir, delegasi Israel dan Hamas dijadwalkan bertemu di Sharm el-Sheikh guna membahas negosiasi tidak langsung terkait penyanderaan, penarikan pasukan, serta masa depan pemerintahan Palestina.
Di Eropa, Ukraina semakin gencar menyerang infrastruktur energi Rusia, menambah volatilitas di pasar global dan memperkuat sentimen risk-off.
Tekanan dari Dalam Negeri
Dari sisi domestik, pelemahan rupiah turut dipengaruhi oleh lambannya realisasi belanja kementerian/lembaga (K/L) pada tahun anggaran 2025. Data Kementerian Keuangan menunjukkan perlambatan penyerapan APBN 2025, meski pemerintah tetap optimistis capaian belanja akan meningkat di akhir tahun.
“Tren realisasi belanja K/L sejauh ini sudah menunjukkan progres positif,” ungkap Ibrahim. Kemenkeu mencatat terdapat 12 K/L besar yang telah melaporkan progres realisasi belanja mencapai 80 persen, meski tidak dirinci kementerian mana saja yang dimaksud.
Pasar kini menanti langkah lanjutan pemerintah dan dinamika global yang bisa menentukan arah rupiah ke depan — antara harapan stabilitas dan bayang-bayang ketidakpastian.(*)