Logo
>

Saham Industri Seret FTSE usai Deal Dagang AS-UE

Indeks FTSE 100 dan FTSE 250 ditutup melemah karena tekanan dari saham sektor industri, di tengah reaksi pasar terhadap kesepakatan dagang AS-Uni Eropa dan data ekonomi Inggris.

Ditulis oleh Syahrianto
Saham Industri Seret FTSE usai Deal Dagang AS-UE
Ilustrasi: Layar menampilkan FTSE 100 di saham Inggris. (Foto: Wikimedia Commons)

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM – Indeks saham utama di London ditutup melemah pada perdagangan Senin, 28 Juli 2025, terbebani pelemahan saham-saham sektor industri, sementara para investor masih mencerna isi kesepakatan dagang antara Amerika Serikat dan Uni Eropa serta sejumlah data ekonomi penting.

    Seperti dikutip dari Reuters, indeks unggulan FTSE 100 turun 0,4 persen setelah sempat mencatat penguatan di awal sesi. Indeks FTSE 250 yang lebih berfokus pada emiten domestik Inggris, juga melemah lebih dalam sebesar 0,8 persen.

    Kesepakatan dagang antara AS dan Uni Eropa yang diumumkan pada Minggu menjadi salah satu fokus utama pasar. Kesepakatan tersebut menetapkan tarif impor sebesar 15 persen untuk sebagian besar produk Uni Eropa, dengan syarat tambahan bahwa blok Eropa akan menginvestasikan sekitar USD 600 miliar ke dalam ekonomi Amerika Serikat. 

    Namun, sejumlah ibu kota negara Eropa mengeluhkan bahwa kesepakatan itu terlalu menguntungkan pihak Washington.

    Sementara itu, data ekonomi Inggris menunjukkan bahwa penurunan penjualan ritel terus berlanjut untuk bulan ke-10 berturut-turut pada Juli. Meskipun masih tertekan oleh kenaikan harga barang, laju penurunannya lebih lambat dibandingkan bulan sebelumnya.

    Dari sisi geopolitik global, Amerika Serikat dan Tiongkok kembali menggelar pertemuan tingkat tinggi di Stockholm pada hari yang sama. Tujuan pertemuan adalah untuk mencari jalan keluar dari konflik dagang berkepanjangan antara dua kekuatan ekonomi terbesar dunia, dengan harapan memperpanjang masa gencatan senjata selama tiga bulan ke depan.

    Secara sektoral, indeks subsektor industri mengalami pelemahan terdalam dengan penurunan 1,6 persen. Saham RS Group anjlok hingga 3,1 persen, menjadi salah satu penyumbang tekanan terbesar. Sektor tambang logam mulia dan logam industri juga ikut turun, masing-masing sebesar hampir 1 persen dan 0,9 persen, seiring melemahnya harga emas dan logam global.

    Di sisi lain, sektor energi justru menguat 1,2 persen seiring kenaikan harga minyak dunia. Saham raksasa energi BP mencatat penguatan tertinggi dalam indeks FTSE 100 dengan lonjakan sebesar 2,2 persen.

    Dari sisi korporasi, saham Ocean Wilsons Holdings merosot lebih dari 14 persen setelah perusahaan investasi asal Inggris tersebut menyepakati penggabungan saham dengan Hansa Investment, yang akan membentuk entitas investasi terdiversifikasi senilai £900 juta atau sekitar USD 1,21 miliar.

    Sementara itu, Bank of England (BoE) diperkirakan akan segera memperlambat laju pengurangan portofolio obligasi pemerintah senilai £558 miliar atau setara USD 754 miliar. Para ekonom berharap BoE memberikan kejelasan dalam waktu dekat mengenai strategi jangka panjang terkait kepemilikan aset tersebut.

    Saat ini, pelaku pasar memperkirakan peluang sebesar 86,5 persen untuk pemangkasan suku bunga sebesar 25 basis poin oleh BoE pada 7 Agustus mendatang, berdasarkan data dari LSEG. (*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Syahrianto

    Jurnalis ekonomi yang telah berkarier sejak 2019 dan memperoleh sertifikasi Wartawan Muda dari Dewan Pers pada 2021. Sejak 2024, mulai memfokuskan diri sebagai jurnalis pasar modal.

    Saat ini, bertanggung jawab atas rubrik "Market Hari Ini" di Kabarbursa.com, menyajikan laporan terkini, analisis berbasis data, serta insight tentang pergerakan pasar saham di Indonesia.

    Dengan lebih dari satu tahun secara khusus meliput dan menganalisis isu-isu pasar modal, secara konsisten menghasilkan tulisan premium (premium content) yang menawarkan perspektif kedua (second opinion) strategis bagi investor.

    Sebagai seorang jurnalis yang berkomitmen pada akurasi, transparansi, dan kualitas informasi, saya terus mengedepankan standar tinggi dalam jurnalisme ekonomi dan pasar modal.