Logo
>

Saham Perusahaan Berorientasi Ekspor Produk Kreatif di Indonesia

Ekonomi kreatif Indonesia makin menonjol sebagai motor ekspor nasional. Artikel ini membahas saham perusahaan yang mengekspor produk kreatif seperti fesyen, kriya, furnitur, hingga konten digital, lengkap dengan emiten BEI dan strategi investasinya.

Ditulis oleh Moh. Alpin Pulungan
Saham Perusahaan Berorientasi Ekspor Produk Kreatif di Indonesia
Daftar saham ekspor produk kreatif, mulai dari fesyen, kriya, hingga konten digital. Potensi cuan jangka panjang dari emiten BEI yang menembus pasar global. Ilustrasi gambar dibuat oleh AI untuk KabarBursa.com.

KABARBURSA.COM – Kain tenun dari Sumba bisa bertengger di butik Tokyo. Lagu ciptaan anak Medan bisa masuk chart Spotify Korea. Boneka kayu dari Jepara menghiasi rumah-rumah minimalis di Los Angeles. Ini bukan sekadar cerita Instagram. Ini adalah narasi ekspor—dan di baliknya, ada peluang investasi yang jarang disadari, yakni investasi saham di perusahaan yang berorientasi ekspor produk kreatif.

Investor pasar modal Indonesia selama ini terlalu terpaku pada tambang dan bank. Padahal, ekonomi masa depan kita sedang dipahat pelan-pelan lewat desain, lagu, konten digital, dan produk seni. Sektor ekonomi kreatif bukan hanya panggung seniman, tapi juga ladang cuan bagi investor yang cermat. Apalagi ketika produk kreatif itu sudah tembus pasar ekspor.

Dalam artikel pilar ini, KabarBursa akan membedah tentang apa itu saham ekspor produk kreatif, siapa saja pemainnya di Bursa Efek Indonesia, serta bagaimana peluang jangka panjangnya. Karena kalau dunia sudah melirik ekspor ekonomi kreatif Indonesia, maka wajar jika investor lokal tak mau ketinggalan.

Potensi Produk Kreatif di Pasar Ekspor

Ekonomi kreatif tidak lagi berdiri di pinggir panggung ekonomi nasional. Kini ia tampil sebagai aktor utama yang mendorong pertumbuhan ekspor dan menyumbang tenaga besar bagi struktur PDB Indonesia. Sektor ini bergerak senyap tapi pasti—dan bila dicermati dengan saksama, ia menyimpan peluang investasi yang belum banyak disadari: saham perusahaan berorientasi ekspor produk kreatif.

Dalam lanskap ekspor nasional, tren positif terus menguat. Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa selama tahun 2024, ekspor nonmigas Indonesia mencapai USD 204,21 miliar (sekitar Rp 3.346 triliun dengan kurs Rp16.400). Kinerja ini naik secara tahunan dan menandakan ketahanan sektor industri pengolahan dan kreatif terhadap tekanan global.

Lalu memasuki 2025, momentum ini tak surut. Hingga April 2025, ekspor nonmigas telah mencapai USD 82,56 miliar (sekitar Rp 1.353 triliun), meningkat 7,68 persen dibanding periode yang sama tahun lalu. Bahkan di bulan April saja, ekspor nonmigas mencapai USD 19,57 miliar atau sekitar Rp 321 triliun, dengan kontribusi besar dari sektor industri pengolahan yang menyumbang lebih dari USD 15,95 miliar. Singkatnya, ekspor kita masih ngebut, dan mesin kreatif di dalamnya ikut mendorong gas.

Di tengah lonjakan itu, ekonomi kreatif tampil sebagai bintang baru. Berdasarkan data resmi Kemenparekraf, ekspor ekonomi kreatif Indonesia pada semester I tahun 2024 tercatat mencapai USD 12,36 miliar (setara Rp 202,4 triliun)—naik 4,46 persen dibanding tahun sebelumnya. Angka ini sudah menyentuh hampir separuh dari target tahunan yang dipatok sebesar USD27,53 miliar (setara Rp451 triliun). Artinya, optimisme terhadap pencapaian target ekspor tahunan cukup beralasan, mengingat tren ekspor masih mendaki hingga pertengahan tahun.

Kontribusi terbesar masih berasal dari tiga subsektor utama: fesyen (USD 6,76 miliar), kriya (USD 4,76 miliar), dan kuliner (USD 0,83 miliar). Sisanya datang dari subsektor penerbitan, animasi, hingga game—yang pertumbuhannya tidak selalu tertangkap dalam neraca dagang tradisional, tapi mulai memberi pengaruh secara ekonomi dan budaya.

Nilai tambah ekonomi kreatif juga terus meningkat. Hingga kuartal I 2024 saja, nilai tambah sektor ini sudah mencapai Rp 749,6 triliun, atau sekitar 55 persen dari target tahunan Rp 1.347 triliun. Dengan kata lain, dalam waktu tiga bulan, lebih dari separuh target sudah terpenuhi—sebuah sinyal bahwa kontribusi ekonomi kreatif terhadap PDB kini semakin konkret.

Apa artinya semua ini bagi investor?

Artinya, ekspor produk kreatif bukan lagi cerita pinggiran. Ia adalah bagian penting dari struktur ekspor Indonesia yang terus berkembang. Dan di balik geliat ini, berdiri perusahaan-perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia. Perusahaan yang mengekspor tenun ke Jepang, furnitur ke Eropa, fashion muslim ke Timur Tengah, dan animasi ke Korea Selatan. Dan semuanya bisa dimiliki lewat pembelian saham.

Saham perusahaan berorientasi ekspor produk kreatif menjanjikan lebih dari sekadar pertumbuhan pendapatan. Ia menawarkan margin tinggi, resiliensi terhadap gejolak global, dan daya tahan berbasis ide serta budaya, bukan semata-mata komoditas mentah yang mudah terombang-ambing harga internasional.

Apa Itu Produk Kreatif dan Siapa yang Ekspor?

Ekonomi kreatif bukan lagi anak tiri dalam pembangunan nasional. Sektor ini telah menjadi salah satu penggerak utama perekonomian berbasis ide dan budaya. Bukan sekadar memproduksi karya seni atau konten hiburan, tetapi menjadi penopang serius dalam rantai ekspor nonmigas Indonesia. Dan inilah alasan mengapa saham perusahaan berorientasi ekspor produk kreatif kian relevan untuk disorot oleh investor.

Menurut BPS dan Bappenas, ekonomi kreatif didefinisikan sebagai “aktivitas ekonomi yang berasal dari pemanfaatan kreativitas, keterampilan, serta bakat individu untuk menciptakan kesejahteraan dan lapangan pekerjaan melalui penciptaan dan pemanfaatan daya kreasi dan daya cipta individu.” Definisi ini menekankan bahwa nilai ekonomi tidak lagi hanya berasal dari sumber daya alam, tetapi juga dari sumber daya ide dan intelektual.

Masih mengacu pada klasifikasi BPS, ada 16 subsektor ekonomi kreatif yang telah ditetapkan, yaitu: arsitektur, desain interior, desain komunikasi visual, desain produk, fesyen, film animasi dan video, fotografi, kriya, kuliner, musik, penerbitan, periklanan, seni pertunjukan, seni rupa, televisi dan radio, serta aplikasi dan permainan interaktif. Dari 16 subsektor ini, beberapa telah terbukti mampu mencetak kinerja ekspor yang signifikan.

1. Subsektor Kreatif yang Tembus Pasar Ekspor

Tiga subsektor unggulan yang menjadi tulang punggung ekspor kreatif Indonesia adalah fesyen, kriya, dan kuliner.

Pada semester I 2024, berdasarkan data resmi Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, subsektor fesyen mencatat nilai ekspor sebesar USD 6,767 miliar (sekitar Rp 111 triliun). Di posisi kedua, subsektor kriya—yang mencakup kerajinan tangan seperti rotan, ukiran, dan tekstil dekoratif—menyumbang ekspor sebesar USD 4,756 miliar (setara Rp 78 triliun). Kuliner menyusul dengan nilai ekspor USD 0,83 miliar (sekitar Rp 13,6 triliun).

Selain itu, subsektor seperti film, animasi, musik, game, dan penerbitan juga mulai menunjukkan performa yang menjanjikan. Nilainya mungkin belum sebesar fesyen atau kriya, tapi potensi pertumbuhannya sangat besar. Produk digital ini menjelma jadi komoditas ekspor berbasis IP (intellectual property) yang bisa menjangkau pasar global tanpa batas geografis. Artinya, ekspor tidak lagi terbatas pada barang fisik, tapi juga konten dan pengalaman.

2. Negara Tujuan Utama Ekspor Produk Kreatif

Menurut data Kemenparekraf, negara-negara tujuan utama ekspor produk ekonomi kreatif Indonesia per semester I 2024 adalah:

  1. Amerika Serikat – pasar terbesar, menyerap berbagai produk fesyen, kriya, dan konten digital buatan Indonesia.
  2. Swiss – dikenal sebagai pasar kriya kelas atas dan produk etnik berkualitas tinggi.
  3. Jepang – menaruh apresiasi tinggi pada keaslian dan craftsmanship produk-produk Indonesia.
  4. Hong Kong – pusat distribusi Asia Timur untuk barang-barang kreatif premium.
  5. India – pasar yang berkembang pesat untuk fashion muslim dan produk kriya.


Selain itu, negara-negara seperti Malaysia, Thailand, Uni Emirat Arab, Arab Saudi, dan Turki juga terus didorong sebagai pasar ekspor kreatif strategis melalui program “Akselerasi Ekspor Kreasi Indonesia (ASIK)” yang digagas KNEKS bersama Kemenparekraf dan Kementerian Perdagangan.

Daftar Emiten Saham di BEI yang Terkait Ekspor Produk Kreatif

Produk kreatif bukan cuma digerakkan oleh seniman, perajin, atau desainer. Di balik geliat ekspor kain, furnitur, hingga konten digital, ada perusahaan yang sudah melantai di bursa. Artinya, ekspor ide dan budaya bukan cuma milik UMKM atau pameran, tapi juga bisa dibeli sahamnya. Berikut adalah saham perusahaan berorientasi ekspor produk kreatif yang layak dicermati di Bursa Efek Indonesia.

Fesyen dan Tekstil Premium

1. PBRX (PT Pan Brothers Tbk)

Pan Brothers adalah salah satu eksportir tekstil terbesar di Indonesia. Perusahaan ini memproduksi pakaian jadi untuk merek global dan mengekspornya ke berbagai negara, termasuk Amerika Serikat, Eropa, Australia, dan Selandia Baru. Dalam laporan kuartalannya, lebih dari 90 persen pendapatan PBRX berasal dari ekspor. Artinya, ini adalah emiten murni ekspor kreatif berbasis manufaktur fesyen. Mereka tidak sekadar jualan benang, tapi menghasilkan produk bernilai tambah tinggi.

2. ERAA (PT Erajaya Swasembada Tbk)

Erajaya dikenal sebagai distributor gadget dan lifestyle digital, namun jejaringnya meluas lintas negara. ERAA punya entitas usaha di Malaysia dan Singapura, dan mendistribusikan produk merek global seperti Apple, Samsung, hingga DJI.

Meskipun bukan produsen, Erajaya adalah bagian dari ekosistem ekonomi kreatif digital. Mereka menjual dan mendistribusikan produk teknologi kreatif yang terhubung dengan gaya hidup dan konten. Dalam konteks ekspor, ERAA menjadi pintu keluar masuk produk kreatif digital Indonesia ke Asia Tenggara.

3. ZONE (PT Mega Perintis Tbk)

ZONE mengelola berbagai brand fesyen lokal seperti Manzone, Minimal, dan Wood. Perusahaan ini menargetkan ekspansi ke luar negeri, terutama Asia Tenggara dan Timur Tengah. Pada kuartal I 2025, ZONE mencatat pertumbuhan penjualan sebesar 25,8 persen secara tahunan.

Dengan positioning sebagai brand fesyen laki-laki premium dan visi go international, ZONE bisa menjadi salah satu emiten gaya hidup yang mendorong produk kreatif Indonesia ke luar negeri.

Kerajinan, Dekorasi, dan Furnitur

1. WOOD (PT Integra Indocabinet Tbk)

Kalau kamu cari furnitur Jepara rasa Wall Street, WOOD adalah jawabannya. Perusahaan ini mengekspor furnitur ke berbagai ritel besar dunia seperti Costco, IKEA, dan Target. Pasar utamanya adalah Amerika Serikat dan Eropa.

Produk-produk WOOD mengusung konsep berkelanjutan dengan sertifikasi FSC yang membuatnya punya daya saing tinggi di pasar global. WOOD adalah contoh nyata emiten kerajinan dan furnitur yang mengandalkan ekspor sebagai tulang punggung bisnis.

2. KAYU (PT Darmi Bersaudara Tbk)

Emiten ini mungkin tak sepopuler PBRX atau ERAA, tapi jangan salah—merek mereka, Darbe Wood, rutin mengekspor produk kayu olahan seperti decking, flooring, dan produk interior ke India, Korea Selatan, Australia, dan sebagian Eropa.

Pada 2019 saja, ekspor mereka mencapai 233 meter kubik dalam sekali pengapalan, setara 11 kontainer. Meskipun volume dan nilai sahamnya belum seimpresif pemain besar, model bisnis KAYU berbasis ekspor furnitur kayu kreatif sangat cocok dalam kategori ini.

Animasi, Game, dan Konten Digital

1. MCAS (PT M Cash Integrasi Tbk)

MCAS bukan pengembang game, tapi infrastrukturnya menyentuh ekosistem digital: dari voucher game, aplikasi, hingga layanan hiburan digital lainnya. Mereka mengembangkan kios pintar, sistem distribusi konten digital, dan menjembatani kebutuhan pengguna dengan produk kreatif berbasis digital. Meski tidak mengekspor secara langsung, MCAS adalah bagian dari infrastruktur ekspor konten digital Indonesia—menjadi penghubung antara kreator dan pasar.

2. MSIN (PT MNC Digital Entertainment Tbk)

MSIN saat ini fokus pada produksi dan distribusi konten digital, mulai dari drama, animasi, film pendek, hingga hak siar olahraga dan hiburan. Pendapatan dari platform OTT seperti Vision+ dan RCTI+ meningkat tajam: sektor OTT mencetak Rp418,8 miliar di 2024, tumbuh 41 persen dari tahun sebelumnya. Meskipun jejak e-sport-nya kini tidak sekuat 2021, MSIN tetap menjadi kekuatan utama dalam ekspor konten kreatif berbasis digital karena konten mereka bisa dikonsumsi lintas negara lewat platform daring.

Tips Investasi Saham di Sektor Kreatif dan Ekspor

Berinvestasi di sektor kreatif itu seperti menanam pohon beringin dari bibit kecil—ia tidak langsung rimbun, tapi begitu tumbuh, ia bisa menaungi banyak hal: ekonomi, budaya, bahkan portofolio. Tapi tentu saja, strategi tanam modalnya harus pas. Apalagi ketika kita bicara tentang saham perusahaan berorientasi ekspor produk kreatif, yang punya dinamika berbeda dari sektor konvensional seperti tambang atau perbankan.

Berikut ini beberapa tips yang bisa dipakai investor ritel maupun institusional agar lebih jeli saat membidik sektor kreatif dan ekspor:

1. Tentukan Gaya: Investasi Jangka Panjang atau Trading Momentum?

Saham sektor kreatif cenderung cocok untuk gaya investasi jangka panjang. Kenapa? Karena pertumbuhan di sektor ini seringkali ditopang oleh pembangunan brand, ekspansi pasar luar negeri, hingga pemanfaatan kekayaan intelektual (IP)—semua itu butuh waktu.

Misalnya, WOOD saat mulai ekspor ke AS butuh waktu bertahun-tahun membangun reputasi hingga akhirnya dipercaya oleh ritel besar seperti Costco dan IKEA.

Namun, bukan berarti tidak bisa ditradingkan. Saham seperti MSIN atau MCAS kadang punya momen teknikal karena sentimen publikasi IP baru, rilis game, atau kerja sama strategis digital. Di sinilah peran trading momentum bisa dimaksimalkan—asal tetap disiplin cut loss dan punya target teknikal yang jelas.

2. Telusuri Laporan Tahunan, RUPS, dan Kebijakan Ekspor

Jangan hanya menilai emiten dari grafik harga atau rumor komunitas. Kalau kamu serius ingin masuk ke sektor ini, baca laporan tahunan perusahaan. Di sana bisa terlihat komposisi pendapatan ekspor, negara tujuan, porsi produk kreatif dalam portofolio bisnis, hingga strategi jangka panjang.

Contoh: laporan tahunan PBRX dan WOOD memuat detail nilai ekspor dan kontrak dengan buyer global. Di sisi lain, MSIN merinci strategi monetisasi IP dan pertumbuhan pengguna OTT dalam konteks ekspansi internasional.

Jangan lewatkan juga Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Banyak informasi strategis justru diungkap dalam forum ini, seperti rencana ekspor, perluasan pasar, atau transformasi model bisnis digital.

Terakhir, cermati kebijakan pemerintah soal ekspor, mulai dari tarif bea keluar, insentif ekspor UMKM, hingga kerja sama dagang bilateral. Semua ini bisa berpengaruh terhadap margin perusahaan kreatif yang mengandalkan pasar luar negeri.

3. Manfaatkan Insight dari BEI, IDX Channel, dan Data Ekspor BPS

Bursa Efek Indonesia (BEI) dan IDX Channel rutin merilis insight sektoral yang berguna untuk menilai arah dan potensi saham kreatif. Misalnya, dalam forum Creative Economy Outlook, BEI pernah menampilkan roadmap industri kreatif dalam ekosistem pasar modal.

Kamu juga bisa mengintip data ekspor resmi dari BPS sebagai indikator makro. Misalnya, jika data ekspor kriya dan fesyen sedang naik, ada peluang PBRX atau ZONE akan mendapat tailwind. Begitu juga bila ekspor furnitur ke AS meningkat, kamu bisa mulai pantau akumulasi broker di saham WOOD.

Dengan menggabungkan insight data makro dan laporan emiten, kamu akan punya pandangan lebih utuh—tidak hanya sekadar ikut arus atau rekomendasi influencer saham.

Sektor kreatif dan ekspor itu seksi, tapi juga kompleks. Ia butuh kesabaran, riset, dan pemahaman konteks. Tapi begitu kamu tahu celahnya—produk apa yang ekspor stabil, pasar mana yang menyerap konsisten, dan emiten mana yang punya IP kuat—saham di sektor ini bisa jadi bintang portofolio kamu yang paling underrated.

Ingat, ekspor ide dan estetika itu nilainya bisa jauh melebihi ekspor batu bara. Tapi kamu harus jadi investor yang tahu cara menghitungnya.(*)

Disclaimer:
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.

Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

Gabung Sekarang

Jurnalis

Moh. Alpin Pulungan

Asisten Redaktur KabarBursa.com. Jurnalis yang telah berkecimpung di dunia media sejak 2020. Pengalamannya mencakup peliputan isu-isu politik di DPR RI, dinamika hukum dan kriminal di Polda Metro Jaya, hingga kebijakan ekonomi di berbagai instansi pemerintah. Pernah bekerja di sejumlah media nasional dan turut terlibat dalam liputan khusus Ada TNI di Program Makan Bergizi Gratis Prabowo Subianto di Desk Ekonomi Majalah Tempo.

Lulusan Sarjana Hukum Universitas Pamulang. Memiliki minat mendalam pada isu Energi Baru Terbarukan dan aktif dalam diskusi komunitas saham Mikirduit. Selain itu, ia juga merupakan alumni Jurnalisme Sastrawi Yayasan Pantau (2022).