Logo
>

S&P Cetak Rekor, Wall Street ditutup Cerah

Wall Street ceria, S&P 500 cetak rekor baru jelang laporan Nvidia, pasar uji reli saham AI di tengah valuasi tinggi dan ekspektasi pemangkasan suku bunga.

Ditulis oleh Yunila Wati
S&P Cetak Rekor, Wall Street ditutup Cerah
Ilustrasi: Suasana dalam New York Stock Exchange atau Wall Street. (Foto: Wikimedia Commons)

KABARBURSA.COM - Wall Street kembali ditutup cerah pada perdagangan Rabu waktu New York, dengan S&P 500 mencetak rekor penutupan baru sekaligus memperlihatkan bahwa reli berbasis teknologi, khususnya kecerdasan buatan, masih menjadi motor penggerak pasar. 

Indeks berbasis luas itu naik 0,24 persen menjadi 6.481,40, menembus rekor sebelumnya yang tercatat pada pertengahan Agustus. 

Kenaikan serupa terjadi di dua indeks utama lainnya, dengan Nasdaq Composite menguat 0,21 persen ke 21.590,14 dan Dow Jones Industrial Average naik 0,32 persen ke 45.565,23. 

Dari 11 sektor dalam S&P 500, delapan berakhir menghijau, dipimpin oleh sektor energi yang melesat 1,15 persen dan disusul teknologi informasi yang ikut menguat 0,48 persen.

Saham Nvidia menjadi episentrum perhatian. Perusahaan dengan kapitalisasi terbesar di dunia itu bergerak fluktuatif sebelum akhirnya ditutup melemah tipis 0,1 persen, tepat sehari sebelum laporan keuangannya dirilis. 

Laporan tersebut dianggap krusial karena bobot Nvidia dalam S&P 500 mencapai hampir delapan persen, sehingga kinerjanya secara langsung memengaruhi jutaan investor Amerika yang menaruh dana pada reksa dana indeks untuk tabungan pensiun mereka. 

Ekspektasi besar membuat pasar opsi memperkirakan pergerakan Nvidia bisa mencapai enam persen ke atas atau ke bawah setelah laporan keluar.

Kinerja saham teknologi lain beragam. Microsoft naik hampir satu persen, memberikan dukungan bagi sektor teknologi, sementara Meta tergelincir mendekati satu persen. Alphabet dan Amazon, yang juga menjadi pelanggan utama chip Nvidia, ikut menjadi sorotan. 

Valuasi pasar yang sudah tinggi menimbulkan kegelisahan tersendiri, karena S&P 500 kini diperdagangkan di atas 22 kali ekspektasi laba, price-to-earnings ratio tertinggi dalam empat tahun terakhir. 

Kekhawatiran potensi bubble semakin kuat setelah CEO OpenAI, Sam Altman, pekan lalu mengingatkan adanya risiko gelembung AI yang bisa menguji daya tahan reli.

Di luar sektor teknologi, pergerakan saham individu menunjukkan dinamika tajam. MongoDB melonjak 38 persen setelah perusahaan menaikkan proyeksi laba tahunannya, sementara J.M. Smucker terpuruk 4,4 persen lantaran laba kuartal pertamanya jauh di bawah perkiraan analis. 

Di Dow Jones, Salesforce menjadi penopang terbesar dengan kenaikan 2,63 persen, diikuti UnitedHealth yang naik 1,15 persen. Sebaliknya, Merck merosot lebih dari satu persen, Nike melemah 0,72 persen, dan Amgen turun 0,56 persen. 

Chevron juga ikut terkoreksi 1,19 persen meski sektor energi secara keseluruhan masih memimpin penguatan.

Dalam S&P 500, Albemarle tampil menonjol dengan kenaikan 7,54 persen, CarMax menguat 4,02 persen, dan Wynn Resorts naik 3,49 persen. Namun, sisi sebaliknya terlihat pada Paramount Skydance yang jatuh 6,44 persen, SBA Communications turun 4,89 persen, dan Smucker ikut anjlok 4,44 persen. 

Sementara itu, di Nasdaq, saham-saham berkapitalisasi kecil mengalami pergerakan ekstrem. Pitanium Ltd meroket hingga 64,48 persen, Sharps Technology naik 52,52 persen, dan Skyline Builders menanjak lebih dari 50 persen. Namun, Raytech Holding ambruk hampir 59 persen, Next Technology merosot 40,49 persen, dan Super X AI Technology terjun 31,67 persen.

Pasar Masih Menanti Pemangkasan Suku Bunga

Di sisi makroekonomi, pasar masih menaruh harapan pada bank sentral. Presiden The Fed New York John Williams menyatakan suku bunga kemungkinan akan turun di masa mendatang, meski keputusan final tetap akan menunggu data ekonomi terbaru. 

Pernyataan itu memperkuat ekspektasi pasar bahwa The Fed akan memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin pada pertemuan 16–17 September mendatang. Harapan terhadap stimulus moneter ini menjadi salah satu penopang optimisme di pasar.

Namun, faktor politik menambah ketidakpastian. Presiden Donald Trump berupaya memecat Gubernur The Fed Lisa Cook, sebuah langkah yang dinilai kontroversial dan berpotensi menimbulkan pertarungan hukum. 

Jika berhasil, Trump berpeluang menunjuk pengganti yang lebih sejalan dengan arah kebijakan fiskalnya, yang memicu kekhawatiran atas independensi bank sentral. 

Situasi ini menambah lapisan risiko bagi investor yang sudah gelisah oleh valuasi tinggi dan ketergantungan besar pada saham-saham teknologi.

Secara keseluruhan, perdagangan Wall Street hari itu mencerminkan euforia sekaligus kehati-hatian. Optimisme investor didorong ekspektasi pemangkasan suku bunga, kinerja positif sejumlah emiten, serta antusiasme terhadap teknologi AI. 

Namun, kekhawatiran tentang valuasi yang kian mahal, risiko bubble, serta ketidakpastian politik menahan laju reli agar tidak terlalu liar.

Volume perdagangan yang lebih tipis dari rata-rata, dengan hanya 14 miliar saham berpindah tangan dibandingkan rerata 16,9 miliar, menegaskan bahwa sebagian besar investor masih memilih menunggu kejelasan dari laporan Nvidia sebelum melakukan langkah besar berikutnya. 

Wall Street kini berada di persimpangan penting, apakah reli berbasis AI akan menemukan pijakan baru atau justru kehilangan momentumnya.(*)

Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

Gabung Sekarang

Jurnalis

Yunila Wati

Telah berkarier sebagai jurnalis sejak 2002 dan telah aktif menulis tentang politik, olahraga, hiburan, serta makro ekonomi. Berkarier lebih dari satu dekade di dunia jurnalistik dengan beragam media, mulai dari media umum hingga media yang mengkhususkan pada sektor perempuan, keluarga dan anak.

Saat ini, sudah lebih dari 1000 naskah ditulis mengenai saham, emiten, dan ekonomi makro lainnya.

Tercatat pula sebagai Wartawan Utama sejak 2022, melalui Uji Kompetensi Wartawan yang diinisiasi oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), dengan nomor 914-PWI/WU/DP/XII/2022/08/06/79