KABABRBUSA.COM - Lembaga pemeringkat internasional Standard & Poor’s Global Ratings (S&P) kembali mempertahankan peringkat kredit Indonesia pada level BBB dengan outlook stabil. Keputusan ini mencerminkan keyakinan pasar terhadap ketahanan ekonomi nasional, disiplin fiskal yang berkelanjutan, serta kemampuan pemerintah dalam mengelola utang dan menjaga stabilitas makroekonomi.
Dalam keterangannya, Kementerian Keuangan menyebutkan bahwa penilaian S&P ini menjadi bukti pengakuan terhadap kebijakan fiskal Indonesia yang kredibel dan konsisten, terutama di tengah ketidakpastian global yang masih berlangsung.
“S&P memproyeksikan defisit fiskal Indonesia akan tetap berada di bawah 3% dari PDB selama tiga tahun ke depan,” tulis Kemenkeu dalam rilis resminya, Rabu 30 Juli 2025
Lembaga pemeringkat tersebut juga menyampaikan proyeksi optimistis terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia, yang diperkirakan tetap berada di kisaran 5% per tahun dalam beberapa tahun mendatang. Permintaan domestik masih menjadi motor utama pertumbuhan, ditopang oleh daya beli masyarakat dan berbagai kebijakan penguatan ekonomi nasional.
S&P turut mencatat peningkatan pendapatan per kapita Indonesia yang diperkirakan mencapai USD 5.000 pada 2025, menandai kenaikan kesejahteraan secara makro dan menunjukkan peningkatan kapasitas ekonomi domestik.
Salah satu faktor yang dinilai positif oleh S&P adalah inovasi pembiayaan pembangunan, termasuk pembentukan Sovereign Wealth Fund (SWF) Danantara yang berperan dalam mendorong investasi pada proyek strategis nasional.
“S&P juga mencatat langkah Pemerintah dalam menyediakan makan bergizi gratis dan pembangunan tiga juta rumah sebagai upaya yang mendukung peningkatan daya beli masyarakat, kualitas hidup, dan pertumbuhan ekonomi,” tulis Kemenkeu lebih lanjut.
Kebijakan Hilirisasi Dorong Ketahanan Eksternal
Di sisi eksternal, S&P menilai bahwa Indonesia tetap berada dalam posisi stabil, terutama berkat kebijakan hilirisasi industri berbasis komoditas yang terus digalakkan oleh pemerintah. Investasi di sektor hilir seperti smelter nikel dan pabrik baterai kendaraan listrik menjadi modal penting untuk menjaga kinerja neraca transaksi berjalan dalam menghadapi gejolak global.
S&P menambahkan bahwa peluang peningkatan rating bisa terbuka jika Indonesia berhasil memperkuat ketahanan eksternal secara lebih signifikan melalui ekspansi sektor hilirisasi dan peningkatan nilai tambah ekspor.
Kementerian Keuangan juga menegaskan bahwa pemerintah, bersama Bank Indonesia, akan terus bersikap antisipatif terhadap berbagai dinamika global dan risiko eksternal yang muncul.
“Prioritas Pemerintah tetap diarahkan pada pengendalian inflasi, menjaga daya beli masyarakat, serta mempertahankan momentum pemulihan ekonomi nasional yang solid,” ujar Kemenkeu.(*)