Logo
>

Subholding Upstream Pertamina Paling Cuan saat Kilang Tertekan

Pertamina andalkan lini hulu sebagai sumber margin tertinggi 2024. Produksi migas tembus 1 juta BOEPD, di tengah tekanan margin kilang yang menyusut.

Ditulis oleh Dian Finka
Subholding Upstream Pertamina Paling Cuan saat Kilang Tertekan
Direktur Strategi, Portofolio, dan Pengembangan Usaha PT Pertamina (Persero), A. Salyadi Dariah Saputra, memaparkan capaian kinerja perusahaan sepanjang 2024 dalam konferensi pers di Graha Pertamina, Jakarta, Jumat, 13 Juni 2025. Dalam laporan tersebut, subholding Upstream menjadi kontributor margin tertinggi, sementara unit Kilang dan Energi Baru menunjukkan pertumbuhan selektif di tengah tekanan pasar global. Foto: KabarBursa/Dian Finka.

KABARBURSA.COM – Di tengah margin kilang yang makin mepet dan crack spread yang makin tercekik, kinerja PT Pertamina (Persero)  selama 2024 justru tampil bertahan lewat lini hulu. Unit upstream mencetak margin tertinggi, sementara unit kilang masih harus berjibaku dengan efisiensi dan inventori.

Crack spread sangat tertekan. Namun, kita mampu mempertahankan kinerja operasional yang solid dengan terus menjalankan inisiatif strategis,” kata Direktur Strategi, Portofolio, dan Pengembangan Usaha Pertamina, A. Salyadi Dariah Saputra, Jumat, 13 Juni 2025, di Graha Pertamina Jakarta.

Menurut Salyadi, subholding upstream mencatatkan margin laba tertinggi dibanding unit lain di Pertamina, mencapai 20,9 persen. Produksi migas pun menembus 1,045 juta barrel oil equivalent per hari yang berasal dari lapangan domestik dan internasional.

“Untuk domestik, Pertamina menyumbang 69 persen dari produksi minyak nasional dan 37 persen untuk gas,” ujar Salyadi.

Pencapaian itu didorong oleh pengeboran agresif, antara lain lewat 22 sumur eksplorasi, 821 sumur pengembangan, dan 981 sumur perawatan. Reserve Replacement Ratio (RRR) mencapai 117 persen, sementara cadangan migas Pertamina disebut bisa bertahan hingga 7,2 tahun ke depan.

Anak Usaha Pertamina Tancap Gas, Energi Baru Ikut Tumbuh

Subholding Commercial & Trading yang digawangi Pertamina Patraniaga mencatat lonjakan penjualan nasional tertinggi sepanjang sejarah perusahaan. Volume distribusi mencapai 105 juta kiloliter, tumbuh 6 persen dibanding 2023. Pangsa pasar retail BBM jenis umum (JBU) tetap dominan di angka 96,1 persen, menjangkau lebih dari 15 ribu titik BBM dan 250 ribu titik LPG di seluruh Indonesia.

Distribusi produk subsidi juga semakin transparan. Seluruh penyaluran biosolar dan LPG 3 kilogram kini telah terdigitalisasi. Sementara Pertalite mencatat progres digitalisasi hingga 99,9 persen lewat Program Subsidi Tepat.

Kinerja stabil juga tercatat di Subholding Gas. Volume niaga gas menyentuh 312 juta MMBTU dan transmisi gas naik 6 persen menjadi 565 BSK. Pangsa pasar gas bumi bertahan di angka 91 persen, didukung distribusi pipa strategis yang membentang dari Grissik hingga Batam.

Di sektor pelayaran, Subholding Shipping memperbaiki efisiensi logistik. Volume kargo yang diangkut mencapai 161 juta kilometer dengan daya angkut kapal (DWT) meningkat signifikan menjadi 7,7 juta ton—tumbuh 24 persen secara tahunan.

“Ini tidak lepas dari penambahan 10 unit tanker besar. Total armada kini 228 kapal, baik milik maupun sewa. Proporsi revenue non-captive juga naik menjadi 19 persen,” kata Salyadi.

Unit pembangkit dan energi terbarukan juga tak ketinggalan. Subholding Power & New Renewable Energy (PNRE) mencatat pertumbuhan produksi listrik hingga 8.475 GWh sepanjang 2024, naik 55 persen dari tahun sebelumnya. Lonjakan ini sebagian besar ditopang beroperasinya Jawa 1 Power dengan kapasitas 1.760 MW.

PNRE juga memperluas ekspansi ke luar negeri dengan masuk ke pasar Guatemala dan memperkuat pengembangan PLTS dalam negeri lewat kerja sama strategis dengan berbagai mitra, baik nasional maupun global. “Kami sadar tantangan tidak ringan. Tapi langkah konsolidasi, efisiensi, dan adaptasi strategis di semua lini membuat Pertamina tetap tumbuh di tengah gejolak pasar global,” jelas Salyadi.

Langkah konsolidatif di seluruh subholding Pertamina mencerminkan upaya menjaga ketahanan energi nasional, sekaligus membaca ulang arah bisnis di tengah tekanan geopolitik dan transisi energi. Menurut Salyadi, arah sudah ditetapkan, eksekusi tinggal memastikan Pertamina tak kehilangan momen untuk tumbuh lebih lincah.(*)

Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

Gabung Sekarang

Jurnalis

Dian Finka

Bergabung di Kabar Bursa sejak 2024, sering menulis pemberitaan mengenai isu-isu ekonomi.