Logo
>

Suku Bungga Tinggi, Pasar Ritel Australia Amblas

Ditulis oleh KabarBursa.com
Suku Bungga Tinggi, Pasar Ritel Australia Amblas

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Penjualan ritel di Australia terhenti pada bulan Juli, tertekan oleh suku bunga tinggi yang memaksa rumah tangga menahan diri dari pengeluaran yang tidak mendesak.

    Data dari Biro Statistik Australia yang dirilis pada Jumat menunjukkan bahwa penjualan ritel tidak mengalami perubahan dari bulan sebelumnya, berlawanan dengan ekspektasi para ekonom yang memperkirakan kenaikan sebesar 0,3 persen. Hasil ini mengakhiri tren pertumbuhan penjualan yang telah berlangsung selama tiga bulan terakhir.

    Bank Sentral Australia (RBA) telah mempertahankan suku bunga acuan pada level 4,35 persen—tingkat tertinggi dalam 12 tahun terakhir—selama sembilan bulan berturut-turut dalam upaya mengekang inflasi. Namun, prospek pengeluaran rumah tangga masih menjadi variabel ketidakpastian utama.

    Konsumsi rumah tangga menyumbang lebih dari separuh produk domestik bruto (PDB) Australia, sehingga stagnasi ini memberikan dampak signifikan pada perekonomian nasional.

    Ben Dorber, kepala statistik ritel ABS, menjelaskan bahwa tingginya penjualan ritel pada dua bulan sebelumnya dipengaruhi oleh aktivitas diskon pertengahan tahun. “Australia Barat tetap menjadi yang terdepan di antara negara bagian dan teritori, mencatat peningkatan selama tujuh bulan berturut-turut,” ujarnya dalam pernyataan tertulis.

    Australia Barat, sebagai pusat ekonomi sumber daya alam negara ini, terus menikmati keuntungan besar dari harga komoditas yang tetap tinggi.

    Pertemuan RBA selanjutnya dijadwalkan pada 23-24 September, dengan ekspektasi para ekonom dan pasar bahwa suku bunga tidak akan berubah. Namun, pasar uang kini memprediksi kemungkinan 70 persen penurunan suku bunga pada Desember, menurun dari perkiraan sebelumnya yang lebih optimis. Ini mencerminkan kuatnya inflasi yang bertahan serta sikap RBA yang semakin tegas.

    Sementara itu, penjualan ritel di Australia pada bulan Maret mengalami penurunan yang tidak terduga, memicu kekhawatiran di tengah rumah tangga yang sudah bergulat dengan prospek lonjakan biaya pinjaman yang berkepanjangan. Dampaknya, nilai mata uang Australia ikut tergerus.

    Data dari Biro Statistik Australia yang dirilis pada Selasa 30 Maret 2024 menunjukkan bahwa penjualan turun 0,4 persen dibandingkan bulan sebelumnya, berlawanan dengan perkiraan kenaikan sebesar 0,2 persen. Angka ini mengikuti revisi kenaikan tipis sebesar 0,2 persen yang tercatat pada bulan Februari.

    Dolar Australia melemah 0,2 persen, sementara imbal hasil obligasi pemerintah tiga tahun yang sangat peka terhadap perubahan kebijakan, terus mengalami penurunan. Pasar uang kini memperkirakan peluang kenaikan suku bunga pada bulan November hanya 40 persen, turun dari hampir 60 persen pada Senin.

    Laporan ini muncul seminggu setelah inflasi yang lebih tinggi dari perkiraan pada kuartal pertama 2024 membuat para pelaku pasar merevisi ekspektasi dari penurunan suku bunga menjadi kenaikan suku bunga. Para ekonom pun menyesuaikan proyeksi mereka, dengan pelonggaran diperkirakan baru akan dimulai pada bulan November.

    Gareth Aird dari Commonwealth Bank of Australia dalam catatan risetnya pada Selasa menyatakan bahwa ia kini memperkirakan siklus pelonggaran moneter akan berlangsung lebih lama dan lebih hati-hati.

    Reserve Bank of Australia (RBA) akan mengadakan pertemuan berikutnya pada 6-7 Mei, di mana bank sentral kemungkinan besar akan mempertahankan suku bunga acuan pada level tertinggi dalam 12 tahun, yaitu 4,35 persen.

    Pada saat yang sama, mereka juga akan merilis pembaruan perkiraan ekonomi triwulanan. Beberapa ekonom menduga dewan RBA mungkin akan kembali ke kebijakan pengetatan, mengingat data ketenagakerjaan terbaru untuk Maret menunjukkan pasar tenaga kerja masih sangat ketat.

    Penjualan ritel ini bisa menjadi faktor penting dalam pengambilan kebijakan, mengingat konsumsi menyumbang lebih dari separuh produk domestik bruto (PDB) Australia. RBA telah berkali-kali menekankan bahwa prospek belanja rumah tangga tetap menjadi elemen ketidakpastian utama.

    Gubernur Michele Bullock berharap dapat mengarahkan ekonomi menuju soft landing, dengan menaikkan biaya pinjaman sebesar 4,25 persen poin antara Mei 2022 dan November 2023. Ketahanan rumah tangga terhadap beban biaya pinjaman yang lebih tinggi adalah kunci dari optimismenya.

    Secara tahunan, penjualan ritel naik 0,8 persen, jauh lebih lambat dibandingkan laju 4-5 persen yang tercatat pada awal tahun 2023, ketika kenaikan suku bunga dan tekanan biaya hidup lainnya mulai menekan pengeluaran rumah tangga.

    Laporan ritel Jumat ini juga mengungkapkan, penurunan terbesar terjadi pada sektor pakaian, alas kaki, dan aksesori pribadi, yang turun 0,5 persen, diikuti oleh department store yang turun 0,4 persen, serta kafe, restoran, dan makanan siap saji. Satu-satunya sektor yang mencatat kenaikan pada Juli adalah ritel makanan, yang naik tipis 0,2 persen. (*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    KabarBursa.com

    Redaksi