KABARBURSA.COM – Kinerja perdagangan luar negeri Indonesia kembali menunjukkan tren positif. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan barang pada Mei 2025 mengalami surplus sebesar USD4,30 miliar.
Ini bukan sekadar pencapaian bulanan biasa. Dengan capaian tersebut, Indonesia resmi membukukan rekor surplus selama 61 bulan berturut-turut, atau lima tahun penuh sejak Mei 2020.
Surplus kali ini didorong kuat oleh sektor nonmigas yang mencatat angka USD5,83 miliar. Komoditas unggulan seperti lemak dan minyak nabati (termasuk sawit), bahan bakar mineral, serta besi dan baja masih menjadi tulang punggung ekspor nasional.
Ketiga komoditas tersebut terus mencetak permintaan tinggi di pasar global, sekaligus menjaga neraca dagang tetap hijau meski kondisi ekonomi global belum sepenuhnya stabil.
Secara kumulatif, dari Januari hingga Mei 2025, Indonesia mencatat surplus perdagangan senilai USD15,38 miliar. Jumlah ini lebih tinggi dari periode yang sama tahun lalu yang berada di angka USD13,06 miliar.
Kenaikan ini menandai penguatan fondasi perdagangan luar negeri Indonesia, yang semakin banyak ditopang oleh ekspor produk bernilai tambah.
Ekspor Nasional Sentuh USD111,98
Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Pudji Ismartini, menyebut pertumbuhan ini tak lepas dari kenaikan ekspor nasional yang menyentuh USD111,98 miliar sepanjang lima bulan pertama tahun ini. Jumlah itu meningkat 6,98 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Dari total itu, ekspor nonmigas mendominasi dengan nilai USD106,06 miliar atau tumbuh 8,22 persen secara tahunan. Sebaliknya, ekspor migas justru turun 11,26 persen ke angka USD5,92 miliar.
Yang menarik, sektor industri pengolahan menjadi motor utama di balik pertumbuhan ekspor. Produk-produk seperti minyak kelapa sawit, logam dasar bukan besi, bahan kimia dasar organik dari hasil pertanian, hingga semikonduktor dan komponen elektronik mencatat lonjakan signifikan.
“Kinerja industri pengolahan menunjukkan arah yang baik dan mendorong pertumbuhan ekspor nonmigas secara keseluruhan,” ujar Pudji dalam konferensi pers di Jakarta, Selasa, 1 Juli 2025.
Untuk bulan Mei saja, ekspor tercatat sebesar USD24,61 miliar atau tumbuh 9,68 persen dibandingkan Mei 2024. Lagi-lagi, ekspor nonmigas jadi penopang dengan nilai USD23,50 miliar, meningkat 11,80 persen dibandingkan bulan yang sama tahun sebelumnya.
Di sisi impor, Indonesia juga mencatat kenaikan. Impor sepanjang Januari–Mei 2025 mencapai USD96,60 miliar atau naik 5,45 persen secara tahunan. Namun peningkatan ini sebagian besar berasal dari barang-barang modal yang kontribusinya mencapai 3,08 persen.
Artinya, pertumbuhan impor tidak didorong oleh konsumsi semata, melainkan kebutuhan produksi dan investasi, sebuah sinyal yang justru dianggap positif oleh pelaku pasar.
Khusus pada Mei 2025, nilai impor mencapai USD20,31 miliar, naik 4,14 persen dibandingkan Mei tahun lalu. Impor nonmigas menjadi pendorong utama dengan nilai USD17,67 miliar atau tumbuh 5,44 persen.
Pudji menjelaskan bahwa lonjakan ini sejalan dengan peningkatan aktivitas industri dan permesinan yang membutuhkan bahan baku dan komponen dari luar negeri.
Secara keseluruhan, kinerja perdagangan Indonesia pada paruh pertama 2025 menunjukkan ketahanan yang kuat.
Ekspor yang masih tumbuh, terutama dari sektor pengolahan dan manufaktur, serta impor yang terjaga untuk mendukung aktivitas produktif, memberi gambaran bahwa ekonomi nasional tetap berdenyut sehat meski tekanan global belum sepenuhnya mereda.
Konsistensi surplus selama lima tahun terakhir menjadi sinyal bahwa struktur perdagangan Indonesia mulai bertransformasi ke arah yang lebih berkelanjutan. Tantangan tetap ada, tapi landasan untuk menjaga stabilitas dan pertumbuhan semakin kokoh.(*)