Logo
>

Survei HSBC 2025 Ungkap Tren AI dan Digitalisasi di Dunia Finansial

Digitalisasi dan AI bantu perusahaan tingkatkan efisiensi keuangan, tapi keamanan siber masih jadi tantangan utama bagi korporasi Indonesia.

Ditulis oleh Harun Rasyid
Survei HSBC 2025 Ungkap Tren AI dan Digitalisasi di Dunia Finansial
Survei HSBC: AI mampu dongkrak efisiensi dan akurasi keuangan dalam bisnis. Foto: Harun/KabarBursa.com

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM – Di tengah ketidakpastian ekonomi global, hasil survei terbaru HSBC Redefining Treasury in Asia Pacific: Voices of Treasury 2025 menunjukkan semakin pentingnya teknologi AI (Artificial Intelligence).

    Menurut survei HSBC tersebut, semakin vitalnya AI beserta teknologi otomatisasi lantaran dapat meningkatkan produktivitas, termasuk dalam hal efisiensi dan akurasi manajemen keuangan perusahaan di Indonesia.

    Para manajer keuangan (treasurer) menilai penerapan teknologi digital, terutama AI, mampu membantu perusahaan memperkirakan arus kas dengan lebih presisi, mengoptimalkan transaksi lindung nilai (hedging), dan mengantisipasi volatilitas nilai tukar serta suku bunga.

    Namun, di balik potensi tersebut, muncul kekhawatiran besar terhadap risiko keamanan siber. Survei mengungkap, 48 persen treasurer di Indonesia menempatkan keamanan data sebagai hambatan utama dalam penerapan teknologi keuangan berbasis AI.

    Hasil survei di Indonesia ini menunjukkan angka yang tertinggi di antara tujuh negara Asia Pasifik lainnya.

    “Para manajer keuangan perusahaan kini memiliki peran strategis dalam pengambilan keputusan bisnis. Manfaat dari manajemen treasuri yang efisien dan tangkas, didukung oleh informasi yang andal dan cepat, akan mendukung keunggulan treasuri di masa depan,” ujar Manoj Dugar, Head of Global Payments Solutions, Asia ex Greater China, HSBC lewat siaran virtual kepada media di Gedung HSBC Indonesia, Jakarta, Kamis 16 Oktober 2025.

    AI dan Digitalisasi, Kunci Efisiensi Baru Dunia Keuangan

    Selain itu, survei HSBC juga menemukan hanya 8 persen treasurer yang menilai AI sangat berguna saat ini. Namun, dalam tiga tahun ke depan, 1 dari 2 persen di antaranya memperkirakan AI akan menjadi alat strategis untuk mempercepat proses pengambilan keputusan keuangan dan mendeteksi risiko transaksi lebih dini.

    AI juga dinilai berpotensi mengurangi biaya operasional keuangan, mendeteksi penipuan (fraud detection), dan mengenali pola transaksi abnormal secara otomatis.

    Temuan ini menunjukkan pergeseran paradigma manajemen keuangan korporasi yang dari sekadar pengelolaan kas konvensional menuju real-time treasury berbasis data. Sehingga temuan tersebut memungkinkan perusahaan mengambil keputusan lebih cepat di tengah dinamika pasar yang fluktuatif.

    Dalam survei yang melibatkan delapan negara di Asia Pasifik, termasuk Indonesia, Singapura, Malaysia, Thailand, Hong Kong, Tiongkok, Australia, dan Selandia Baru, para treasurer sepakat bahwa pengelolaan keuangan di tengah volatilitas nilai tukar dan suku bunga menjadi prioritas utama selama 12 bulan ke depan.

    Sementara itu, ekspansi bisnis ke pasar baru justru menempati posisi terendah, mencerminkan kehati-hatian perusahaan menghadapi ketidakpastian geopolitik dan perlambatan ekonomi global.

    Sebanyak 60 persen responden menyebut volatilitas pasar dan perlambatan ekonomi sebagai risiko terbesar yang perlu diantisipasi dalam setahun mendatang.

    Digitalisasi Pembayaran Jadi Solusi Real-Time Treasury

    Dalam konteks ini, digitalisasi sistem pembayaran menjadi fondasi utama bagi perusahaan yang ingin membangun real-time treasury, di mana seluruh arus kas, posisi dana, dan eksposur valuta asing bisa dimonitor secara real time di seluruh entitas usaha.

    “Kami memahami bahwa prioritas utama perusahaan saat ini adalah untuk terus tumbuh di tengah ketidakpastian ekonomi global. Sebagai transactional banking terkemuka, HSBC membantu nasabah Indonesia mendigitalisasi sistem pembayaran mereka untuk mengatasi kompleksitas pembayaran lintas batas,”
    jelas Anne Suhandojo, Head of Global Payments Solutions, HSBC Indonesia.

    Anne menjelaskan, solusi HSBC meliputi otomatisasi pembayaran domestik dan lintas negara dengan dukungan sistem konversi mata uang ke lebih dari 130 jenis valuta asing. Langkah ini membantu perusahaan meminimalkan risiko kurs dan meningkatkan efisiensi transaksi global.

    Salah satu nasabah HSBC, yakni perusahaan pelayaran asal Indonesia dengan 12 anak usaha di Asia, berhasil memangkas proses manual pengelolaan kas lintas negara. Melalui integrasi sistem pembayaran dan cash management HSBC, visibilitas kas kini dapat dipantau secara real time dan terpusat.

    Dengan meningkatnya adopsi digitalisasi pembayaran dan AI, perusahaan di Indonesia kini memiliki peluang besar untuk memperkuat daya saing di tengah dinamika global.

    Transformasi menuju manajemen keuangan real-time diyakini akan menjadi fondasi utama dalam menciptakan efisiensi, transparansi, dan ketahanan bisnis jangka panjang.

    Ekonom HSBC: Ekonomi Goyah Akibat Program MBG

    Beberapa waktu lalu, Chief India and Indonesia Economist HSBC Global Research, Pranjul Bhandari sempat menyatakan bahwa program makan bergizi gratis (MBG) dapat mendorong pertumbuhan ekonomi.

    Meski begitu, ia tak menampik tantangan utama program MBG yang dibesut Presiden Prabowo Subianto itu bakal terus berkutat dengan besaran biaya.

    Pranjul mengatakan, tantangan terbesar program MBG adalah soal besarnya anggaran yang digelontorkan.

    Dalam Nota Keuangan RAPBN 2025, tercatat alokasi anggaran MBG sebesar Rp71 triliun atau setara dengan 0,29 persen dari PDB. Penggunaan dana tersebut untuk pengadaan bahan pangan, distribusi, serta operasional lembaga yang bertanggung jawab atas pelaksanaan program tersebut.

    "Sehingga menyebabkan ketidakstabilan makro ekonomi, saya pikir kita bisa mendapatkan manfaat dari kedua sisi,” kata Pranjul dalam acara Media Briefing HSBC: Indonesia & Asia (Investment & Economic) Outlook 2025, Kamis 9 Januari 2025.

    Pranjul mencontohkan skema makan bergizi di India. Program yang juga diperuntukkan bagi anak-anak sekolah itu menurut Pranjul dibuat dengan skema khusus sehingga membuat biaya tidak membengkak. “Cara pelaksanaannya adalah dengan membuatnya sangat lokal,” kata dia.

    Pranjul menjelaskan setiap siswa menerima makanan yang dibuat dari hasil panen lokal sesuai dengan apa yang tersedia di musim tersebut. “Ini berhasil menekan biaya secara signifikan namun meningkatkan kehadiran di sekolah serta berbagai pencapaian pendidikan,” katanya.

    Ia meyakini jika program MBG dilakukan secara bijaksana, skema tersebut bisa sangat positif dalam jangka menengah untuk pertumbuhan ekonomi.

    Pemerintah memutuskan memangkas anggaran Program MBG dari Rp15.000 menjadi Rp10.000 per porsi per hari karena keterbatasan anggaran. Namun, kebijakan ini diperkirakan akan memunculkan tantangan baru di masa mendatang.

    Program MBG dirancang untuk dilaksanakan secara bertahap di seluruh jenjang pendidikan, mulai dari prasekolah hingga SMA atau sederajat di berbagai wilayah Indonesia. Implementasi program mencakup penyediaan makanan bergizi dan susu gratis di sekolah dan pesantren, serta bantuan gizi bagi balita dan ibu menyusui yang berisiko anak stunting.

    Selain memperbaiki asupan gizi anak-anak, program ini juga diharapkan menjadi penggerak perekonomian nasional. Pemerintah memproyeksikan program MBG dapat menyerap hingga 820 ribu tenaga kerja dan berkontribusi menambah 0,10 persen pertumbuhan ekonomi di 2025, serta mendukung target pertumbuhan ekonomi sebesar 5,2 persen.

    Turunnya jumlah anggaran MBG per porsi sempat menuai kritikan Ketua Umum Partai Demokrat Indonesia Perjuangan, Megawati Soekarnoputri. Ia mengkritik alokasi Rp10 ribu per porsi yang ditetapkan pemerintah tak masuk akal.

    “Sepuluh ribu rupiah. Apa cukup? Apalagi sekarang harga kebutuhan pokok terus naik,” ujarnya dalam acara peluncuran dan diskusi buku Pilpres 2024: Antara Hukum, Etika, dan Pertimbangan Psikologis di Jakarta, Kamis, 12 Desember 2024.

    Megawati mendesak Prabowo meninjau kembali alokasi anggaran per porsi dalam program tersebut. Pasalnya, ia ragu besaran anggaran per  porsi itu mampu memenuhi kebutuhan masyarakat secara memadai. “Maaf ya, Mas Prabowo. Saya harus memberikan kritik,” ujarnya.

    Pengamat pertanian dari CORE, Eliza Mardian, mengatakan anggaran Rp10.000 per porsi sebenarnya cukup jika hanya berfokus pada komposisi menu makanan. Namun, angka tersebut belum mencakup biaya lain, seperti distribusi, perawatan dapur, serta kebutuhan operasional pendukung lainnya.

    Eliza menambahkan, anggaran Rp10.000 akan sulit diterapkan di dapur sentral, bahkan jika melibatkan UMKM lokal. Pasalnya, biaya tersebut belum termasuk layanan pengantaran dan pengelolaan bahan baku yang menjadi bagian penting dalam rantai produksi.

    “Dengan harga Rp10.000 per porsi, kreasi menu yang disukai anak dan memenuhi gizi seimbang ini akan semakin terbatas. Dapur makin pusing kombinasi sayuran dan buahnya,” kata Eliza saat dihubungi KabarBursa.com, Minggu, 1 Desember 2024.

    Eliza mencurigai adanya potensi pemborosan dalam pelaksanaan program MBG. Berdasarkan hasil evaluasi di lapangan, ia sering menemukan anak-anak yang kurang menyukai susu sapi dengan rasa original.

    “Akhirnya susu banyak yang tidak diminum dan diberikan ke temennya yang mau menampung susu tersebut. Jangan sampai niat mulia pemerintah ingin meningkatkan gizi tidak tercapai karena hal hal tersebut. Ini terjadi pemborosan anggaran saja jadinya,” ungkap Eliza.

    Agar program MBG lebih tepat sasaran dan menu yang disajikan dapat diterima dengan baik, Eliza mengusulkan pemerintah untuk merumuskan ulang menu pemenuhan gizi. Langkah ini tidak hanya untuk menekan anggaran, tapi juga menghadirkan variasi menu yang sesuai selera anak-anak.

    “Jangan sampai demi menekan biaya semurah mungkin, dapur menjadi sulit berkreasi menyajikan menu yang disukai anak dan tetap memenuhi standar gizi,” tutupnya.

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Harun Rasyid

    Vestibulum sagittis feugiat mauris, in fringilla diam eleifend nec. Vivamus luctus erat elit, at facilisis purus dictum nec. Nulla non nulla eget erat iaculis pretium. Curabitur nec rutrum felis, eget auctor erat. In pulvinar tortor finibus magna consequat, id ornare arcu tincidunt. Proin interdum augue vitae nibh ornare, molestie dignissim est sagittis. Donec ullamcorper ipsum et congue luctus. Etiam malesuada eleifend ullamcorper. Sed ac nulla magna. Sed leo nisl, fermentum id augue non, accumsan rhoncus arcu. Sed scelerisque odio ut lacus sodales varius sit amet sit amet nibh. Nunc iaculis mattis fringilla. Donec in efficitur mauris, a congue felis.