Logo
>

The Fed Tahan Laju Pemangkasan Suku Bunga, Biaya Pinjaman Masih Berat

Ditulis oleh Moh. Alpin Pulungan
The Fed Tahan Laju Pemangkasan Suku Bunga, Biaya Pinjaman Masih Berat

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Masyarakat Amerika yang berharap suku bunga pinjaman turun, mulai dari kredit rumah, kartu kredit, hingga kredit kendaraan, tampaknya harus menahan kecewa. Dalam pertemuan pekan ini, bank sentral AS, The Federal Reserve (The Fed), diperkirakan akan memperlambat laju pemangkasan suku bunga untuk tahun depan.

    Pada Rabu nanti, The Fed diprediksi akan menurunkan suku bunga acuannya sebesar 0,25 poin menjadi sekitar 4,3 persen, turun satu poin penuh dari puncaknya pada Juli 2023, yang sempat menjadi rekor tertinggi dalam empat dekade.

    Penurunan ini menjadi langkah lanjutan setelah pemangkasan 0,5 poin pada September lalu dan 0,25 poin di bulan sebelumnya. Namun, meskipun inflasi telah turun jauh dari puncak 9,1 persen di pertengahan 2022, angka tersebut masih membandel di atas target 2 persen The Fed.

    “Kita berada di titik transisi di mana The Fed kemungkinan akan memangkas suku bunga dengan tempo lebih lambat,” ujar David Wilcox, ekonom Bloomberg Economics dan mantan pejabat senior The Fed, dikutip dari Apnews di Jakarta, Selasa, 17 Desember 2024.

    Kinerja ekonomi AS ternyata lebih solid dari yang diperkirakan sebelumnya, sementara tekanan inflasi terbukti lebih persisten. Ditambah lagi, kebijakan Presiden terpilih Donald Trump menambah ketidakpastian, mulai dari rencana tarif impor yang lebih tinggi hingga kebijakan deportasi massal yang menurut sebagian ekonom bisa memicu percepatan inflasi.

    “Pertumbuhan ekonomi lebih kuat dari ekspektasi, sementara inflasi sedikit lebih tinggi,” kata Jerome Powell, Ketua The Fed.

    Menurut Powell, kondisi ini memungkinkan The Fed lebih berhati-hati dalam menurunkan suku bunga untuk menghindari pemicu pertumbuhan yang berlebihan.

    Proyeksi: Lebih Sedikit Pemangkasan Suku Bunga di 2025

    Para pejabat The Fed akan merilis proyeksi kuartalan mereka pada Rabu besok, termasuk perkiraan suku bunga, pertumbuhan ekonomi, inflasi, dan pengangguran dalam tiga tahun ke depan. Jika pada September lalu mereka memperkirakan empat kali pemangkasan suku bunga di 2025, kini ekonom memprediksi hanya dua hingga tiga kali pemangkasan. Bahkan, Wall Street lebih pesimistis dan memperkirakan hanya dua kali pemangkasan sepanjang tahun depan.

    Bagi rumah tangga dan bisnis, kabar ini berarti suku bunga pinjaman, khususnya KPR, akan tetap jauh lebih tinggi dibandingkan sebelum lonjakan inflasi tiga tahun lalu.

    Beberapa ekonom bahkan mempertanyakan apakah pemangkasan suku bunga kali ini benar-benar diperlukan. Inflasi inti (di luar makanan dan energi) masih bertahan di sekitar 2,8 persen sejak Maret, lebih tinggi dari perkiraan sebelumnya di angka 2,4 persen. Dengan demikian, The Fed sudah memangkas suku bunga lebih agresif daripada yang diperkirakan, meski inflasi masih bertahan di level yang cukup tinggi.

    Rencana kebijakan ekonomi Trump, seperti pemotongan pajak korporasi dan tarif impor, semakin memperumit proyeksi suku bunga. Menurut Tara Sinclair, ekonom dari George Washington University, ketidakpastian ini bisa memaksa The Fed untuk lebih lambat dalam memangkas suku bunga.

    "Lebih mudah bagi The Fed untuk menunda pemangkasan dibandingkan harus menaikkan suku bunga lagi di tengah situasi politik yang sensitif,” kata Tara.

    Tanda-Tanda Ekonomi Tetap Kuat

    Pada kuartal III 2024, ekonomi AS tumbuh solid di angka 2,8 persen secara tahunan, menunjukkan daya tahan ekonomi yang kuat. Sementara itu, data penjualan ritel November yang akan dirilis Selasa diperkirakan mencerminkan permintaan konsumen yang masih sehat.

    “Tidak ada tanda-tanda pelemahan ekonomi secara keseluruhan,” kata David Beckworth, peneliti senior di Mercatus Center, George Mason University. Menurutnya, dengan kondisi saat ini, alasan untuk memotong suku bunga belum cukup kuat.

    Dengan semua perkembangan ini, The Fed tampaknya akan memilih langkah lebih hati-hati dan mempertahankan suku bunga di level yang lebih tinggi lebih lama. Bagi konsumen dan pelaku usaha, ini berarti biaya pinjaman tetap akan berat, setidaknya hingga tahun depan.

    Bank Sentral Swiss Duluan Pangkas Suku Bunga

    Sementara The Fed memilih untuk berhati-hati dalam memangkas suku bunga, langkah berbeda diambil oleh bank sentral di Eropa. Swiss National Bank (SNB) justru memutuskan untuk memangkas suku bunga acuan secara agresif.

    Pada Kamis, 12 Desember 2024, SNB memangkas suku bunga acuan sebesar 50 basis poin. Penurunan ini menjadi yang terbesar dalam hampir 10 tahun terakhir. Langkah ini diambil untuk mengantisipasi pemotongan serupa oleh bank sentral lainnya dan membatasi penguatan franc Swiss.

    SNB menurunkan suku bunga kebijakan dari 1,0 persen menjadi 0,5 persen, level terendah sejak November 2022. Meskipun pasar telah memprediksi langkah ini, lebih dari 85 persen ekonom dalam survei Reuterssebelumnya memperkirakan penurunan yang lebih kecil, yakni 25 basis poin.

    Keputusan ini membuat franc Swiss melemah. Euro naik hampir 0,7 persen terhadap franc Swiss menjadi 0,9339 franc, sementara dolar AS naik 0,4 persen menjadi 0,8883 franc. Saham Swiss menguat dan mendorong indeks utama Zurich naik 0,45 persen pada hari itu.

    Penurunan suku bunga ini merupakan yang terbesar sejak Januari 2015, ketika SNB secara tiba-tiba mengakhiri kebijakan nilai tukar minimum terhadap euro. “Dengan pelonggaran kebijakan moneter hari ini, kami mengantisipasi tekanan inflasi yang lebih rendah,” kata Ketua SNB yang baru, Martin Schlegel, dalam konferensi pers, dikutip dari Reuters di Jakarta.(*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Moh. Alpin Pulungan

    Asisten Redaktur KabarBursa.com. Jurnalis yang telah berkecimpung di dunia media sejak 2020. Pengalamannya mencakup peliputan isu-isu politik di DPR RI, dinamika hukum dan kriminal di Polda Metro Jaya, hingga kebijakan ekonomi di berbagai instansi pemerintah. Pernah bekerja di sejumlah media nasional dan turut terlibat dalam liputan khusus Ada TNI di Program Makan Bergizi Gratis Prabowo Subianto di Desk Ekonomi Majalah Tempo.

    Lulusan Sarjana Hukum Universitas Pamulang. Memiliki minat mendalam pada isu Energi Baru Terbarukan dan aktif dalam diskusi komunitas saham Mikirduit. Selain itu, ia juga merupakan alumni Jurnalisme Sastrawi Yayasan Pantau (2022).