KABARBURSA.COM - Amerika Serikat mungkin memberi kelonggaran sementara untuk tarif impor dari Kanada dan Meksiko minggu lalu, tapi nasib tarif baja dan aluminium tampaknya tidak akan seberuntung itu. Mulai Rabu pekan ini, tarif yang lebih ketat akan mulai berlaku, meski berbagai negara dan industri sudah habis-habisan melobi agar pengecualian tetap diberikan.
Sejak awal, tim Trump sudah menegaskan tidak ada pengecualian untuk tarif 25 persen pada baja dan aluminium. Diskusi internal di pemerintahan maupun pembicaraan dengan kelompok industri dan serikat pekerja mengindikasikan sikap ini tidak akan berubah dalam waktu dekat.
“Saya sudah melihat sendiri bagaimana Trump menerapkan tarif baja dan aluminium sebelumnya, jadi saya tidak melihat alasan mengapa kali ini tidak akan terjadi,” ujar Senator Bill Hagerty dari Partai Republik, sekutu dekat Trump yang pernah menjadi duta besar AS untuk Jepang, dikutip dari WSJ di Jakarta, Selasa, 11 Maret 2025.
Kebijakan baru ini akan memperketat celah hukum yang selama ini memungkinkan beberapa negara lolos dari tarif. Trump pertama kali memberlakukan tarif 25 persen untuk baja dan 10 persen untuk aluminium pada 2018. Kala itu, AS masih bersedia bernegosiasi dan memberikan pengecualian bagi sekutu, seperti Argentina, Australia, Brasil, Kanada, Meksiko, Jepang, Korea Selatan, Ukraina, Uni Eropa, dan Inggris. Sejumlah perusahaan juga berhasil mendapatkan dispensasi untuk produk tertentu.
Namun, bulan lalu, Trump mengumumkan perubahan besar, yakni tarif aluminium naik dari 10 persen menjadi 25 persen, efektif per 12 Maret. Lebih dari itu, ia memerintahkan Menteri Perdagangan untuk mencabut semua pengecualian yang ada dan melarang pemberian dispensasi baru. Cakupan barang yang terkena tarif pun diperluas.
Negara-negara yang selama ini mendapat pengecualian langsung bergerak. Jepang, Australia, dan Uni Eropa aktif melobi AS agar mempertahankan kebijakan lama, sementara Meksiko bahkan mengirim delegasi khusus ke Washington untuk bernegosiasi. Kanada juga terus berdiskusi dengan tim Trump, berharap setidaknya ada kelonggaran untuk perdagangan baja dan aluminium mereka.
Sektor industri tak mau kalah. Perusahaan otomotif dan raksasa logam seperti Alcoa ikut berusaha mencari celah agar tidak terkena tarif baru. CEO Alcoa, perusahaan berbasis di Pittsburgh yang punya operasi di Kanada, Australia, dan Islandia, memperingatkan kebijakan ini bisa mengancam 100 ribu lapangan kerja di AS yang bergantung pada pasokan aluminium dari luar negeri, terutama Kanada, karena produksi dalam negeri belum bisa memenuhi kebutuhan.
Secara terbuka, Gedung Putih tetap kukuh. Dalam proklamasi resminya, mereka menegaskan bahwa pengecualian tarif justru menciptakan celah bagi baja buatan China masuk ke AS tanpa bea impor.
Kelompok advokasi perdagangan proteksionis yang dekat dengan Gedung Putih, seperti Coalition for a Prosperous America, menilai kebijakan tarif Trump pada periode pertama gagal mencapai efektivitas penuh karena banyaknya pengecualian. Para produsen baja dan aluminium AS sependapat. Mereka mendorong laporan tersebut ke Gedung Putih dan meningkatkan tekanan publik agar Trump tak tergoda memberi kelonggaran lagi.
Pekan lalu, delapan CEO perusahaan baja AS, termasuk U.S. Steel dan Cleveland Cliffs, menulis surat kepada Trump. Mereka meminta agar tidak ada pengecualian atau dispensasi baru dan mendesak presiden untuk tetap “berdiri teguh demi kepentingan baja Amerika.”
Tarif ini akan diberlakukan berdasarkan Section 232 dari Trade Expansion Act 1962 yang memungkinkan AS mengenakan bea masuk terhadap barang-barang yang dianggap penting bagi keamanan nasional. Penerapan langsung akan dilakukan tanpa investigasi baru, cukup mengacu pada penyelidikan yang pernah dilakukan Trump di periode pertamanya.
Trump Bisa Saja Keras, tapi Celah Pengecualian Masih Ada
Tarif baru ini kabarnya bakal lebih luas cakupannya, bukan cuma baja dan aluminium mentah, tapi juga produk yang mengandung kedua logam tersebut. Artinya, semakin banyak barang yang bakal terdampak, mulai dari suku cadang otomotif, peralatan konstruksi, hingga berbagai produk industri berbasis logam. Harga barang-barang berbahan baja dan aluminium di AS bisa melambung gara-gara kebijakan ini.
Tapi, meski pemerintah AS ngotot tidak akan memberi pengecualian, Trump tetap menyisakan sedikit ruang untuk kelonggaran. Awal Februari lalu, setelah berbicara dengan Perdana Menteri Australia Anthony Albanese, Trump sempat bilang akan mempertimbangkan pengecualian untuk Australia. Namun, orang-orang yang terlibat dalam perencanaan kebijakan menyebut kemungkinan ini sekarang sangat kecil.
Sikap inkonsisten Trump soal tarif juga bikin banyak pihak di Kongres skeptis. Contohnya, pekan lalu, AS baru saja menerapkan tarif untuk Kanada dan Meksiko, tapi dua hari kemudian langsung mencabutnya untuk barang-barang yang sesuai dengan perjanjian dagang Amerika Utara.
“Gedung Putih sudah menunjukkan bahwa mereka bisa fleksibel dalam urusan tarif,” kata Senator Josh Hawley dari Partai Republik. “Jadi, bukan tidak mungkin nanti ada proses pengecualian. Saya juga belum tahu pasti, kita lihat saja nanti.”(*)