KABARBURSA.COM – Presiden Amerika Serikat Donald Trump memutuskan meninggalkan Konferensi Tingkat Tinggi G7 di Kanada lebih awal dari jadwal. Langkah itu diambil di tengah memanasnya konflik Iran dan Israel, yang menurut Gedung Putih memerlukan perhatian langsung dari Washington. Trump batal mengikuti sejumlah pertemuan penting terkait isu perdagangan dan keamanan global, termasuk yang menyangkut tarif dan ketegangan dagang multilateral.
“Saya harus kembali. Kalian mungkin lihat apa yang saya lihat,” kata Trump kepada wartawan sebelum bertolak, dikutip dari The Wall Street Journal di Jakarta, Selasa, 17 Juni 2025. “Saya ingin bisa tetap tinggal sampai besok, tapi mereka mengerti.”
Menurut juru bicara Gedung Putih, Karoline Leavitt, Trump kembali ke Washington pada Senin malam waktu setempat. Fokus utamanya kini bukan lagi perang tarif, tapi krisis di Timur Tengah yang kian mendidih. Bahkan, sebelumnya di Truth Social, Trump sempat mengimbau warga Teheran untuk segera mengungsi. Ia juga menyindir Iran yang dianggap melewatkan kesempatan meneken kesepakatan nuklir yang tengah dinegosiasikan pemerintahannya.
Padahal, pada hari kedua G7 itu, para pemimpin dari Jepang, Uni Eropa, Kanada, dan Meksiko berharap bisa melobi Trump untuk melonggarkan sebagian beban tarif. Mereka menyiapkan berbagai imbal balik, mulai dari peningkatan anggaran militer, sikap lebih keras terhadap China, dan pelonggaran hambatan dagang bagi perusahaan Amerika.
Rencana itu buyar.
Trump juga dijadwalkan bertemu Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky pada Selasa. Namun dengan kepergiannya yang mendadak, pertemuan itu besar kemungkinan batal.
Pertemuan puncak tahunan G7 sebenarnya dimulai dengan standar protokol diplomatik seperti biasa—rapat bilateral, jabat tangan, dan senyum formal di depan kamera. Dalam pertemuan pertamanya dengan Perdana Menteri Kanada Mark Carney, Trump menyampaikan bahwa mereka masih berselisih soal pendekatan tarif.
“Kita akan lihat apakah bisa menemukan titik tengah hari ini,” ujar Trump. “Saya punya konsep tarif, Mark punya konsep lain, yang katanya disukai sebagian orang.”
Carney menyebut pertemuan itu “fantastis”, meski para pejabat mengakui belum ada titik temu soal kebijakan tarif. Keduanya sepakat untuk kembali bertemu setelah KTT selesai.
“Kami punya presiden yang sangat yakin pada pendekatannya soal tarif untuk mencapai tujuan kebijakan tertentu,” kata Duta Besar Kanada untuk AS, Kirsten Hillman. “Tapi kami juga sangat yakin bahwa menerapkan tarif ke Kanada justru kontraproduktif bagi tujuan itu sendiri.”
Keduanya sepakat untuk berupaya mencapai kesepakatan dalam 30 hari ke depan. Pemerintahan Trump menargetkan penyelesaian puluhan kesepakatan dagang hingga tenggat 9 Juli, tapi sejauh ini baru berhasil menyegel kesepakatan parsial dengan Inggris dan semacam gencatan dagang dengan China.
Negosiasi dengan negara lain masih mandek. Tarik-ulur terbesar tetap seputar tarif mobil, baja, dan aluminium—komoditas yang menyulut perang dagang sejak masa jabatan pertama Trump. Kanada yang merupakan pemasok baja dan aluminium asing terbesar ke AS tentu paling getol mendesak pencabutan tarif.
Namun sumber di pemerintahan menyebut tim Trump tidak merasa terlalu tertekan untuk segera menuntaskan kesepakatan bilateral dengan Kanada dan Meksiko. Alasannya, ketiganya sudah terikat dalam perjanjian United States–Mexico–Canada Agreement (USMCA) yang baru akan ditinjau ulang pada 2026—perjanjian warisan dari periode pertama kepresidenan Trump.
Carney dan timnya berharap bisa menggunakan momentum G7 untuk membuka jalur pembicaraan lebih awal soal perjanjian 2020 yang hampir kedaluwarsa. Namun, hingga KTT berlangsung, tak ada rencana pertemuan trilateral antara AS, Kanada, dan Meksiko. Hanya Menteri Perdagangan Kanada, Dominic LeBlanc, yang dijadwalkan bertemu Menteri Ekonomi Meksiko.
Ketidakhadiran Trump Buyarkan Agenda Dagang Meksiko
Langkah cepat Donald Trump meninggalkan KTT G7 juga berdampak ke banyak agenda di luar lingkar inti negara-negara maju. Salah satu yang paling terpukul adalah Presiden Meksiko, Claudia Sheinbaum. Diundang langsung oleh Perdana Menteri Kanada, Mark Carney, Sheinbaum seharusnya tiba di Alberta pada Senin untuk mendorong pembicaraan dagang dengan Amerika Serikat—yang kini berantakan sebelum sempat dimulai.
Trump pergi dan dengan itu hilanglah kesempatan berharga sejumlah pemimpin non-G7 untuk berbicara langsung. Selain Meksiko, Carney juga mengundang India, Australia, Afrika Selatan, Brasil, Korea Selatan, dan Ukraina. Tapi tanpa figur sentral dari Washington, sesi temu muka berubah jadi ruang tunggu.
Bagi Meksiko, ini bukan sekadar kehilangan momen seremonial. Delegasi dagangnya dalam beberapa pekan terakhir rajin mondar-mandir ke Washington. Mereka bertemu pejabat Gedung Putih dan para bos industri baja untuk menyampaikan satu pesan: tarif terhadap baja dan aluminium Meksiko seharusnya tidak relevan karena AS justru mencetak surplus perdagangan dari komoditas itu dengan Meksiko—berbeda dengan negara lain.
Di sisi lain, pembicaraan antara Amerika Serikat dan Uni Eropa juga berjalan, meski tersendat. Menurut sumber yang mengetahui prosesnya, jarak pandang kedua kubu masih jauh. Washington disebut ingin konsesi sepihak dari Eropa sebagai syarat pelonggaran sejumlah tarif yang diberlakukan (atau bahkan hanya diancamkan) oleh Trump.
Presiden Komisi Eropa, Ursula von der Leyen, sempat bertemu langsung dengan Trump di sela forum. Keduanya membahas berbagai hal, mulai dari konflik Ukraina hingga soal dagang. Dalam unggahannya di media sosial, von der Leyen menyebut keduanya telah menginstruksikan tim masing-masing untuk mempercepat upaya menuju “kesepakatan yang adil dan layak.”
“Ayo kita selesaikan,” tulisnya.(*)