KABARBURSA.COM – Bank Indonesia mencatat jumlah uang yang beredar di masyarakat atau M2 pada April 2025 tumbuh sebesar 5,2 persen secara tahunan atau mencapai Rp9.390 triliun. Pertumbuhan ini ditopang oleh kenaikan uang beredar sempit (M1) yang tumbuh 6 persen dan uang kuasi yang naik 2,4 persen.
Di saat yang sama, BI juga resmi menurunkan suku bunga acuan BI Rate menjadi 5,50 persen, sebagai upaya mendorong pertumbuhan ekonomi nasional di tengah tekanan global dan likuiditas yang longgar.
"Setelah pada bulan sebelumnya tumbuh sebesar 6,1 persen (yoy) sehingga tercatat Rp9.390,0 triliun," ujar Direktur Eksekutif BI, Ramdan Denny Prakoso, dalam keterangan tertulis yang dikutip Sabtu, 24 Mei 2025.
Ramdan mengatakan perkembangan M2 pada April 2025 terutama dipengaruhi oleh perkembangan penyaluran kredit dan tagihan bersih kepada Pemerintah Pusat. Adapun di sisi lain, kata Ramdan, penyaluran kredit pada April 2025 tumbuh sebesar 8,5 persen (yoy), setelah pada bulan sebelumnya tumbuh sebesar 8,7 persen (yoy).
Ia menambahkan, tagihan bersih kepada pemerintah pusat terkontraksi sebesar 21,0 persen (yoy), setelah pada bulan sebelumnya terkontraksi sebesar 8,7 persen (yoy). "Sementara itu, aktiva luar negeri bersih tumbuh sebesar 3,6 persen (yoy), setelah pada Maret 2025 tumbuh sebesar 6,0 persen (yoy)," kata Ramdan.
BI sebelumnya resmi menurunkan suku bunga acuan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI Rate) sebesar 25 basis poin menjadi 5,50 persen. Kebijakan ini diambil sebagai bentuk respons terhadap proyeksi inflasi yang dinilai rendah dan tetap terkendali, sekaligus mendorong laju pertumbuhan ekonomi secara berkelanjutan di tengah tekanan dinamika global dan domestik.
Dalam konferensi pers usai Rapat Dewan Gubernur (RDG) tiga hari lalu, Gubernur BI, Perry Warjiyo, menjelaskan penurunan suku bunga tersebut sejalan dengan sasaran inflasi nasional yang berada dalam kisaran 2,5 persen plus minus 1 persen. Menurutnya, langkah ini juga diambil untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah agar tetap sejalan dengan kondisi fundamental ekonomi Indonesia.
Dalam RDG yang berlangsung pada 20 dan 21 Mei 2025 itu, Dewan Gubernur sepakat untuk menurunkan BI Rate menjadi 5,50 persen. Bersamaan dengan itu, suku bunga deposit facility dipangkas menjadi 4,75 persen dan lending facility ikut disesuaikan turun ke level 6,25 persen. Seluruh kebijakan tersebut diumumkan secara langsung melalui siaran resmi kanal YouTube Bank Indonesia.
Operasi moneter pro-market juga terus dioptimalkan guna mendukung efektivitas transmisi kebijakan moneter melalui kecukupan likuiditas di pasar uang.
Perry memaparkan sejumlah data pemerkuat yakni hingga 19 Mei 2025, posisi Instrumen Sertifikat Bank Indonesia Reverse Repo (SRBI) tercatat sebesar Rp869,67 triliun, turun dari Rp923,53 triliun pada awal Januari 2025. Hal ini menandakan upaya ekspansi likuiditas kebijakan moneter yang berjalan dengan baik.
Selain itu, instrumen Surat Berharga Bank Indonesia (SVBI) dan Surat Utang Berharga Bank Indonesia (SUVBI) masing-masing tercatat Rp1,97 miliar dan Rp306 juta per 19 Mei 2025.
“Implementasi dealer utama dan primary dealer yang dimulai Mei 2024 semakin meningkatkan transaksi SRBI di pasar sekunder dan repurchase agreement antar pelaku pasar sehingga memperkuat likuiditas pasar uang dan pasar valuta asing,” ujarnya.
Dukungan kebijakan moneter juga terlihat dari pembelian Surat Berharga Negara (SBN) oleh BI sebesar Rp96,41 triliun hingga 20 Mei 2025. Dari jumlah tersebut, Rp64,99 triliun berasal dari pasar sekunder dan Rp31,42 triliun dari pasar primer, termasuk surat berharga syariah. Hal ini menunjukkan sinergi yang erat antara kebijakan moneter dan fiskal pemerintah untuk menjaga stabilitas keuangan.(*)