KABARBURSA.COM - Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau Wall Street mampu mencatatkan rekor penutupan perdagangan pada Senin, 23 September 2024. Dua indeks utama yakni Dow Jones Industrial Average dan S&P 500, mencapai level tertinggi sepanjang sejarahnya.
Seperti dikutip dari Reuters, Dow Jones Industrial Average mencatat kenaikan 61,29 poin atau sebesar 0,15 persen menjadi 42.124,65, sedangkan S&P 500 ditutup menguat 16,02 poin atau 0,28 persen menjadi sebesar 5.718,57. Di sisi lain, Nasdaq Composite naik 25,95 poin atau sebanyak 0,14 persen hingga menyentuh 17.974,27.
Pemicu kenaikan ini masih sama yakni sentimen positif terhadap pasar saham AS setelah Federal Reserve atau The Fed memangkas suku bunga acuannya, Fed Funds Rate (FFR) sebesar 50 basis points (bps). Ini adalah pemangkasan pertama dalam empat tahun terakhir, meskipun sempat hampir terjadi volatilitas setelah pengumuman, namun pergerakan saham tetap positif di hari-hari berikutnya.
Lebih lanjut, investor mencerna data ekonomi Amerika Serikat (AS) terbaru, termasuk aktivitas manufaktur PMI AS untuk Agustus yang mencapai titik terendah dalam 15 bulan.
Para traders akan waspada terhadap data ekonomi AS yang bisa mengurangi harapan untuk soft landing perekonomian. Data klaim pengangguran mingguan pada Kamis, 26 September 2024 akan memberikan gambaran lebih lanjut tentang kondisi ekonomi dan pasar tenaga kerja.
Kepala Strategi Pasar di Corpay Karl Schamotta mengatakan, investor telah bekerja dengan asumsi bahwa pelunakan di pasar tenaga kerja menjadi pendorong kebijakan The Fed, dan memberikan perhatian besar pada perubahan kecil dalam laporan non-farm payrolls.
Namun, mungkin saja asumsi itu salah. "Jika benar, peta volatilitas pasar bisa berubah," sambung Schamotta.
Pembukaan Perdagangan Wall Street
Pada pembukaan perdagangan Senin, 23 September 2024, indeks utama Wall Street bergerak lebih tinggi dalam perdagangan yang relatif fluktuatif.
Para investor tampak fokus pada komentar dari pembuat kebijakan, The Fed, dan data aktivitas manufaktur setelah keputusan bank sentral untuk memulai pelonggaran kebijakan moneter.
Dow Jones Industrial Average naik 8,63 poin atau 0,01 persen menjadi 42.068,84, S&P 500 naik 11,07 poin atau 0,19 persen menjadi 5.713,62, dan Nasdaq Composite naik 46,64 poin atau 0,27 persen menjadi 17.995,97.
Delapan dari 11 sektor S&P 500 diperdagangkan lebih tinggi, dengan saham energi memimpin kenaikan sebesar 1,4 persen. Sementara saham sektor kesehatan turun 0,3 persen.
Sementara itu, langkah penting The Fed dalam kebijakan moneter minggu sebelumnya mendukung kenaikan indeks utama untuk pencapaian bulanan, melawan tren historis di mana bulan September biasanya menjadi bulan yang lemah untuk ekuitas.
Setelah reli sepanjang tahun ini, S&P 500 mendekati level tertinggi sepanjang masa. Sementara Dow Jones mencetak rekor tertinggi intraday.
Di antara saham pertumbuhan yang sensitif terhadap suku bunga, saham Tesla melonjak 3,6 persen, Meta naik 1,2 persen, Sementara Apple turun 0,5 persen. Indeks Russell 2000, yang melacak saham berkapitalisasi kecil, naik 0,2 persen.
Di antara pergerakan terbesar, saham Intel naik 2,3 persen setelah laporan menunjukkan bahwa Apollo menawarkan investasi hingga USD5 miliar di perusahaan pembuat chip tersebut.
Saham General Motors turun 3,2 persen setelah Bernstein menurunkan peringkat saham perusahaan otomotif tersebut.
Adapun komentar dari sejumlah pembuat kebijakan The Fed menjadi fokus utama saat para investor mencari petunjuk mengenai alasan bank sentral memulai siklus pelonggarannya dengan pemangkasan suku bunga sebesar 50 basis poin.
Gubernur The Fed Bank of Atlanta Raphael Bostic mengatakan, inflasi dan pengangguran mendekati tingkat normal, yang mengisyaratkan keterbukaan terhadap laju penurunan suku bunga yang lebih cepat.
Laporan lain menunjukkan bahwa Presiden The Fed Minneapolis, Neel Kashkari, memperkirakan pemotongan suku bunga tambahan sebesar 50 basis poin pada akhir tahun ini.
FedWatch Tool milik CME Group menunjukkan taruhan awal para trader yang mendukung langkah The Fed yang lebih besar pada pertemuan November.
Tetapi saat ini ekspektasi menunjukkan pergerakan yang setara, dengan prediksi penurunan suku bunga total sebesar 74,3 basis poin pada akhir tahun menurut data LSEG.
"Pasar mengantisipasi lebih banyak dari yang mungkin akan diberikan The Fed, dan karena itu, pasar akan tetap bergejolak," kata Phil Blancato, CEO Ladenburg Thalmann Asset Management.
Dari sisi data, survei awal menunjukkan aktivitas manufaktur dan jasa pada bulan September masing-masing berada di angka 47 dan 55,4, dibandingkan dengan perkiraan 48,5 dan 55,2.
Namun, sorotan akan tertuju pada data pengeluaran konsumsi pribadi (PCE) bulan Agustus pada hari Jumat, 27 September 2024, yang menjadi tolok ukur inflasi pilihan The Fed.
Sementara itu pada pekan lalu, Jumat, 20 September 2024, Dow Jones Industrial Average ditutup pada rekor baru, karena berada di atas level 42.000. Ketiga indeks utama tersebut masing-masing mencatatkan kenaikan lebih dari 1 persen dalam sepekan, di mana S&P 500 juga mencatat rekor baru. (*)