KABARBURSA.COM – Bursa saham Amerika Serikat atau Wall Street berakhir lesu pada perdagangan Rabu waktu New York, 29 Oktober 2025. Padahal, Federal Reserve memangkas suku bunga acuan sebesar 25 basis poin seperti yang diperkirakan.
Indeks Dow Jones melemah 0,16 persen ke 47.632, S&P 500 nyaris stagnan di 6.890,59. Namun, Nasdaq menguat 0,55 persen menjadi 23.958,47, menorehkan rekor penutupan tertinggi baru berkat reli saham Nvidia.
Rupanya, pernyataan Jerome Powell bahwa pemotongan lanjutan belum tentu dilakukan pada Desember, menahan euforia tersebut. Peluang penurunan suku bunga yang sebelumnya sebesar 90 persen, turun menjadi 71 persen.
“Powell menegaskan bahwa pemangkasan suku bunga lanjutan bukan hal yang pasti. Itu pernyataan yang realistis, karena kebijakan moneter tetap bergantung pada data,” ujar Vice President Wealthspire Advisors Oliver Pursche.
Namun pasar tidak sepenuhnya kecewa. Menurut CIO Angeles Investments Michael Rosen, reaksi investor cenderung wajar dan hanya sementara.
“Pada akhirnya, laba perusahaan akan menjadi penggerak utama. Dan sejauh ini, hasilnya sangat solid,” kata Rosen.
Data LSEG mencatat, 84,2 persen dari 222 perusahaan S&P 500 yang telah melaporkan kinerja kuartalan. Dari laporan tersebut terlihat, laba berada di atas ekspektasi analis, bahkan melampaui rata-rata empat kuartal terakhir di 77 persen.
Reli saham Nvidia menjadi cerita besar malam itu. Saham raksasa chip AI tersebut melonjak 3 persen ke USD207,04 dan kini resmi menembus kapitalisasi pasar USD5,03 triliun. Reli ini bahkan menjadikan perusahaan pertama di dunia ini mencapai tonggak tersebut.
Nvidia juga sudah melesat lebih dari 50 persen sepanjang tahun ini dan mengokohkan diri sebagai motor utama reli AI di Wall Street.
Caterpilar, Bike, dan Boing Tekan Pergerakan Dow
Di sisi lain, volatilitas juga mencolok di sejumlah saham besar. Caterpillar mencatat lonjakan 11,6 persen setelah laba kuartal ketiganya melampaui perkiraan. Hal ini juga menjadikan Caterpilar sebagai saham dengan kinerja terbaik di indeks Dow Jones.
Namun saham Boeing anjlok 4,37 persen, disusul UnitedHealth Group turun 3,34 persen dan Nike yang melemah 3,10 persen. Pelemahan-pelemahan ini menekan indeks industri biru itu ke wilayah negatif.
Di sektor teknologi, hasil laporan keuangan perusahaan besar menimbulkan pergerakan campuran pasca penutupan bursa. Saham Meta Platforms anjlok lebih dari 8 persen setelah mengumumkan beban satu kali senilai USD16 miliar terkait kebijakan fiskal “Big Beautiful Bill” Presiden Donald Trump, serta proyeksi lonjakan belanja modal tahun depan.
Microsoft ikut melemah 1 persen, sementara Alphabet justru melesat sekitar 5 persen.
Kinerja terbaik di S&P 500 datang dari Teradyne yang melonjak 20,47 persen, Seagate Technology naik 19,11 persen, dan Western Digital menguat 13,21 persen.
Sebaliknya, Fiserv ambruk hingga 44 persen, disusul penurunan tajam pada Caesars Entertainment (-15,23 persen) dan Enphase Energy (-15,15 persen). Kenaikan tajam ini menandakan volatilitas masih tinggi di beberapa sektor.
Di Nasdaq, pergerakan ekstrem bahkan lebih tajam. Cambium Networks mencetak lonjakan spektakuler 377,35 persen. Sementara itu, Purple Biotech dan Ernexa Therapeutics masing-masing naik 83,39 persen dan 43,09 persen.
Namun sisi gelapnya ikut mencolok. Quhuo Ltd ambles 84,48 persen, Advent Technologies anjlok 66,11 persen, dan Varonis Systems merosot hampir 49 persen.
Secara keseluruhan, aktivitas perdagangan dini hari tadi menurun tipis dengan total volume 20,71 miliar saham. Angka ini berada sedikit di bawah rata-rata 20 hari terakhir sebesar 21 miliar saham.
Di lantai NYSE, jumlah saham yang turun dua kali lipat lebih banyak dari yang naik. Kondisi ini menunjukkan tekanan masih terasa meskipun indeks utama tetap kokoh di dekat rekor tertinggi.
Kombinasi pemangkasan suku bunga, retorika hati-hati Powell, dan musim laporan keuangan yang kuat menciptakan dinamika pasar yang unik. Optimisme jangka menengah tetap terjaga, tetapi ekspektasi pelonggaran kebijakan yang terlalu cepat kini mulai disesuaikan.
Dengan saham-saham teknologi kembali memimpin reli, Wall Street tampak masih menggenggam narasi pertumbuhan berbasis AI, sekalipun di bawah bayang-bayang kebijakan moneter yang lebih berhati-hati.(*)