KABARBURSA.COM - Bursa saham Amerika Serikat kembali mencetak sejarah. Pada perdagangan Kamis waktu setempat atau Jumat pagi WIB, 19 September 2025, tiga indeks utama Wall Street melesat ke rekor tertinggi baru, ditopang euforia investor atas langkah Federal Reserve memangkas suku bunga acuan serta reli besar-besaran saham semikonduktor.
Dow Jones Industrial Average naik 124,10 poin atau 0,27 persen ke posisi 46.142,42. S&P 500 bertambah 31,61 poin atau 0,48 persen menjadi 6.631,96, sementara Nasdaq Composite melompat 209,40 poin atau 0,94 persen ke level 22.470,73.
Salah satu motor utama reli Wall Street datang dari Intel. Saham raksasa chip ini melesat 22,8 persen, kenaikan harian terbesar sejak Oktober 1987, setelah Nvidia mengumumkan rencana investasi sebesar USD5 miliar.
Lonjakan itu tidak hanya mengangkat kinerja individu Intel, tetapi juga mendorong indeks sektor teknologi S&P 500 naik 1,36 persen. Saham Nvidia sendiri pulih dengan kenaikan 3,5 persen, menambah dorongan bagi Nasdaq yang sarat saham teknologi.
Sebaliknya, saham pesaing Intel, Advanced Micro Devices (AMD), justru melemah 0,8 persen, mencerminkan rotasi investor di sektor semikonduktor.
Indeks Russel Melesat, Saham Korporasi Bekerja Impresif
Kondisi pasar semakin positif dengan melonjaknya indeks Russell 2000 sebesar 2,51 persen menjadi 2.467,69, level tertinggi sejak November. Reli emiten berkapitalisasi kecil ini mengindikasikan keyakinan pasar bahwa lingkungan suku bunga rendah akan lebih menguntungkan bagi pertumbuhan perusahaan kecil.
Sentimen tersebut sejalan dengan sinyal dari Ketua The Fed Jerome Powell, yang menekankan pelemahan pasar tenaga kerja sebagai alasan utama pemangkasan suku bunga dan membuka peluang langkah serupa di pertemuan berikutnya.
Selain sektor teknologi, pasar juga mendapatkan dukungan dari saham-saham korporasi dengan kinerja impresif. CrowdStrike melonjak 12,8 persen setelah sembilan broker menaikkan target harga.
Di sisi lain, ada juga laporan laba yang mengecewakan. Saham Darden Restaurants, induk Olive Garden, anjlok 7,7 persen setelah membukukan hasil kuartalan yang lebih lemah dari perkiraan.
Volume Perdagangan di Atas Rata-rata, S&P Catat Rekor
Perdagangan di lantai bursa berlangsung aktif. Volume transaksi mencapai 19,30 miliar saham, jauh di atas rata-rata 20 hari terakhir sebesar 16,67 miliar. Rasio saham yang naik terhadap yang turun mencapai 1,87 banding 1 di NYSE dan 2,5 banding 1 di Nasdaq. Artinya, ada dominasi jelas di sisi pembeli.
Dari segi rekor, S&P 500 mencatat 31 level tertinggi baru dalam 52 minggu terakhir, sementara Nasdaq membukukan 156 rekor baru. Beberapa saham unggulan di Dow Jones yang tampil impresif adalah Caterpillar dengan kenaikan 3,62 persen, Nvidia yang naik 3,49 persen, serta IBM yang menguat 2,29 persen.
Sebaliknya, saham Visa, UnitedHealth, dan Procter & Gamble justru menjadi penekan utama dengan pelemahan masing-masing 2,32 persen, 1,99 persen, dan 1,88 persen.
Di S&P 500, Intel, Synopsys, dan CrowdStrike menjadi bintang dengan kenaikan beruntun masing-masing 22,77 persen, 12,86 persen, dan 12,82 persen. Di sisi lain, FactSet Research Systems jatuh 10,36 persen, Darden terkoreksi 7,69 persen, dan S&P Global melemah 6,67 persen.
Sementara itu, di bursa Nasdaq, reli spektakuler terlihat pada saham Athira Pharma yang melambung 913,23 persen, Brera Holdings naik 225,49 persen, dan Adaptimmune Therapeutics menguat 97,03 persen.
Namun, ada juga koreksi tajam dari Replimune Group yang jatuh 39,40 persen, Wheeler Real Estate turun 25,96 persen, serta CEA Industries melemah 23,88 persen.
Secara keseluruhan, reli Wall Street kali ini mencerminkan optimisme investor bahwa pemangkasan suku bunga The Fed akan menopang pertumbuhan ekonomi sekaligus memberi justifikasi bagi valuasi saham yang kian tinggi.
Kombinasi antara kebijakan moneter yang lebih longgar, dorongan dari sektor teknologi, serta kembalinya gairah perdagangan terkait kecerdasan buatan (AI) menjadi fondasi kuat yang mendorong bursa AS ke rekor terbaru.
Outlook ke depan akan banyak bergantung pada konsistensi sinyal pelonggaran The Fed dan kinerja sektor teknologi yang kembali menjadi lokomotif pasar.(*)