KABARBURSA.COM - Pasar saham Amerika Serikat kembali melemah pada perdagangan Rabu waktu setempat, atau Kamis WIB, 12 Juni 2025.
Indeks S&P 500 turun 0,27 persen ke level 6.022,24, sementara Nasdaq kehilangan 0,50 persen dan ditutup di 19.615,88. Dow Jones relatif stabil, hanya sedikit berubah di kisaran 42.865,77.
Pelemahan ini terjadi di tengah kekhawatiran baru dari kawasan Timur Tengah. Pemerintah AS dikabarkan tengah mempersiapkan evakuasi sebagian staf diplomatik dari kedutaan di Irak, menyusul peningkatan risiko keamanan.
Di saat bersamaan, seorang pejabat tinggi Iran memperingatkan bahwa jika pembicaraan nuklir gagal dan terjadi konflik dengan AS, Teheran tak segan meluncurkan serangan ke pangkalan militer Amerika di kawasan.
Situasi geopolitik yang memanas itu langsung memukul sentimen pelaku pasar. Saham-saham unggulan seperti Amazon dan Nvidia ikut terseret, masing-masing terkoreksi 2 persen dan 0,8 persen.
Tekanan paling berat dirasakan sektor consumer discretionary dan material, yang masing-masing melemah lebih dari 1 persen.
Namun di sisi lain, data inflasi memberikan sedikit angin segar. Departemen Tenaga Kerja AS merilis data indeks harga konsumen (CPI) bulan Mei yang hanya naik tipis, dengan laju tahunan 2,4 persen. Angka ini lebih rendah dari proyeksi pasar sebesar 2,5 persen.
Meskipun ada kekhawatiran bahwa tarif impor yang diterapkan pemerintahan Trump dapat memicu lonjakan harga, laporan ini justru menumbuhkan harapan baru, bahwa The Federal Reserve memiliki ruang untuk memangkas suku bunga jika diperlukan.
“Memang masih ada kekhawatiran soal dampak inflasi dari tarif, tapi data ini cukup meyakinkan. Ini membuka peluang bahwa The Fed bisa menurunkan suku bunga dalam beberapa bulan ke depan,” ujar manajer portofolio senior di Dakota Wealth Robert Pavlik, mengutip Reuters, Kamis, 12 Juni 2025.
Kesepakatan Dagang dengan China Selesai
Sentimen positif juga sempat muncul dari pernyataan Presiden Joe Biden yang mengklaim bahwa kesepakatan dagang dengan China “sudah selesai.”
Beberapa jam sebelumnya, tim negosiasi dari kedua negara dilaporkan telah menyepakati kerangka baru untuk melanjutkan gencatan dagang dan mencabut pembatasan ekspor China atas sejumlah komponen industri strategis.
Menurut seorang pejabat Gedung Putih, skema tarif baru ini mencakup kombinasi pungutan hingga 55 persen atas produk China, di mana 10 persen sebagai tarif resiprokal dasar, 20 persen untuk pelanggaran terkait fentanyl, dan 25 persen sisanya berasal dari tarif eksisting. Sebagai balasan, China akan mengenakan tarif 10 persen atas produk dari AS.
Meskipun belum diketahui bagaimana implementasinya di lapangan, pelaku pasar melihat ini sebagai tanda bahwa risiko eskalasi lebih lanjut bisa diminimalkan.
“Barangkali skenario terburuk dari perang dagang sudah kita lewati. Sekarang tinggal bagaimana kesepakatan ini benar-benar dijalankan,” kata Managing Director di Paleo Leon, New Jersey John Praveen.
Tesla Naik Tipis, GitLab Anjlok 11 Persen
Di luar isu makro, pergerakan sejumlah saham mencerminkan campuran sentimen pasar. Tesla hanya naik tipis setelah CEO Elon Musk mengakui bahwa beberapa komentar negatifnya soal Trump pekan lalu mungkin sudah kelewatan.
Sementara itu, saham GitLab anjlok hampir 11 persen setelah laporan keuangannya meleset dari ekspektasi. GameStop juga melemah lebih dari 5persen akibat penurunan pendapatan kuartalan.
Volume perdagangan tercatat cukup tinggi, dengan 18,9 miliar saham berpindah tangan di bursa AS. Angka tersebut melewati rata-rata harian dalam 20 hari terakhir yang sebesar 17,8 miliar saham.
Meski indeks S&P 500 masih diperdagangkan mendekati rekor tertingginya pada Februari lalu, investor tampaknya masih menahan diri.
Banyak yang menunggu kejelasan lebih lanjut dari negosiasi dagang, arah kebijakan suku bunga The Fed, serta tentu saja, perkembangan situasi geopolitik yang masih jauh dari kata stabil.(*)