Logo
>

Wall Street Tertahan, Menanti Arah Negosiasi Dagang dengan China

Dow Jones melemah 91,9 poin ke level 42.427,74. S&P 500 hanya naik tipis 0,44 poin ke 5.970,81, dan Nasdaq menguat 61,53 poin ke 19.460,49.

Ditulis oleh Yunila Wati
Wall Street Tertahan, Menanti Arah Negosiasi Dagang dengan China
Ilustrasi Wall Street. (Foto: The Wall Street Experience)

KABARBURSA.COM - Pasar saham Amerika Serikat ditutup bervariasi pada perdagangan Rabu waktu setempat atau Kamis WIB, 5 Juni 2025. Indeks S&P 500 nyaris tak bergerak, Nasdaq mencatatkan penguatan tipis, sementara Dow Jones justru terkoreksi. 

Pergerakan pasar kali ini lebih banyak dipengaruhi data ekonomi yang menunjukkan tekanan nyata dari kebijakan tarif Presiden Donald Trump terhadap kinerja sektor jasa dan ketenagakerjaan.

Sektor jasa, yang menjadi penggerak utama perekonomian AS, mulai menunjukkan tanda-tanda kelelahan. Data terbaru mencatat kontraksi untuk pertama kalinya dalam hampir setahun. 

Sementara itu, biaya yang harus ditanggung pelaku usaha melonjak, menandakan tekanan inflasi belum mereda. Menurut Kepala Ekonom LPL Financial Jeffrey Roach, kenaikan harga tersebut kemungkinan besar dipicu oleh dampak langsung kebijakan tarif.

Di sisi lain, laporan ketenagakerjaan dari ADP turut memperkuat kekhawatiran pasar. Tambahan tenaga kerja di sektor swasta pada Mei tercatat sebagai yang paling rendah dalam lebih dari dua tahun terakhir. 

Pelaku pasar kini menanti data ketenagakerjaan resmi yang akan dirilis Jumat ini, 6 Juni 2025, untuk mendapatkan gambaran lebih utuh mengenai dampak perang dagang terhadap pasar kerja.

AS Gandakan Bea Masuk Baja dan Aluminium

Ketidakpastian juga datang dari tenggat waktu baru yang ditetapkan Presiden Trump untuk mitra dagang AS. Rabu menjadi hari terakhir bagi negara-negara tersebut untuk menyampaikan penawaran agar terhindar dari tarif tambahan yang dijadwalkan berlaku awal Juli. 

Washington telah menggandakan bea masuk baja dan aluminium menjadi 50 persen, dan pasar terus mencermati dinamika hubungan antara AS dan China, terutama jelang kemungkinan pembicaraan antara Presiden Trump dan Presiden Xi Jinping.

"Jika tidak ada kesepakatan dagang dengan China, perang tarif akan tetap menjadi isu utama yang membayangi perekonomian global dalam beberapa bulan ke depan," ujar Phil Blancato, CEO Ladenburg Thalmann Asset Management.

Meski kondisi makroekonomi cukup menantang, beberapa emiten berhasil tampil menonjol. Saham Hewlett Packard Enterprise naik 0,8 persen setelah mencatat kinerja kuartalan yang melebihi proyeksi, didukung permintaan yang solid pada server berbasis kecerdasan buatan dan layanan cloud hybrid. 

GlobalFoundries juga mencatatkan kenaikan 2,3 persen usai mengumumkan rencana investasi besar senilai USD16 miliar untuk memperluas kapasitas produksi chip.

Namun tidak semua perusahaan bernasib serupa. Saham Tesla tergelincir 3,5 persen setelah penjualan kendaraan listriknya di Eropa turun selama lima bulan berturut-turut. CrowdStrike anjlok 5,8 persen karena proyeksi pendapatan kuartal berikutnya dinilai lebih rendah dari harapan pasar. 

Dollar Tree bahkan tertekan hingga 8 persen karena ekspektasi laba yang diprediksi anjlok hingga separuhnya dibanding tahun lalu, seiring volatilitas akibat tarif impor.

Dari sektor perbankan, saham Wells Fargo sempat menyentuh level tertinggi dalam tiga bulan setelah bank sentral AS mencabut batasan aset senilai 1,95 triliun dolar AS. Namun sahamnya akhirnya ditutup turun 0,4 persen.

CEO Charlie Scharf dalam wawancara dengan Reuters menyampaikan optimisme terhadap ekspansi di sektor wealth management, perbankan komersial dan kartu kredit, meski tetap berhati-hati di lini kredit pemilikan rumah.

Aktivitas Perdagangan Saham Sepi

Secara keseluruhan, Dow Jones melemah 91,9 poin ke level 42.427,74. S&P 500 hanya naik tipis 0,44 poin ke 5.970,81, dan Nasdaq menguat 61,53 poin ke 19.460,49. 

Aktivitas perdagangan tergolong sepi, dengan volume sekitar 14,5 miliar saham, di bawah rata-rata 20 hari terakhir yang mencapai 17,8 miliar.

Meskipun volatilitas tetap tinggi, indeks Nasdaq dan S&P 500 membukukan kenaikan bulanan terbaik sejak November tahun lalu. Hal ini ditopang oleh sentimen positif terhadap laba perusahaan serta harapan meredanya ketegangan dagang. 

Beberapa lembaga keuangan besar, termasuk Barclays, juga mulai merevisi target akhir tahun untuk S&P 500 ke arah yang lebih optimistis, dengan asumsi pertumbuhan laba mulai kembali normal pada 2026.

Wall Street saat ini berjalan dalam ketidakpastian yang rapuh, antara harapan pada pemulihan ekonomi dan kekhawatiran terhadap dampak kebijakan proteksionis. 

Data tenaga kerja yang akan dirilis akhir pekan ini, serta arah negosiasi dagang dengan China, akan menjadi penentu arah pasar dalam waktu dekat.(*)

Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

Gabung Sekarang

Jurnalis

Yunila Wati

Telah berkarier sebagai jurnalis sejak 2002 dan telah aktif menulis tentang politik, olahraga, hiburan, serta makro ekonomi. Berkarier lebih dari satu dekade di dunia jurnalistik dengan beragam media, mulai dari media umum hingga media yang mengkhususkan pada sektor perempuan, keluarga dan anak.

Saat ini, sudah lebih dari 1000 naskah ditulis mengenai saham, emiten, dan ekonomi makro lainnya.

Tercatat pula sebagai Wartawan Utama sejak 2022, melalui Uji Kompetensi Wartawan yang diinisiasi oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), dengan nomor 914-PWI/WU/DP/XII/2022/08/06/79