KABARBURSA.COM - Nilai tukar yen Jepang tergelincir pada perdagangan mata uang, Selasa, 21 Oktober 2025. Pasar sepertinya tidak yakin akan kepemimpinan Sanae Takaichi yang telah resmi terpilih sebagai Perdana Menteri perempuan pertama dalam sejarah Jepang.
Diketahui, Takaichi mendapat dukungan penuh dari partai oposisi sayap kanan, Ishin no Kai. Namun, dalam perdagangan di pasar valuta asing Asia, yen turun sekitar 0,4 persen ke level 151,38 per dolar AS. Pasar sepertinya merespon negatif terpilihnya Takaichi yang disebut-sebut akan membawa kebijakan ekonomi dan moneter yang penuh ketidakpastian.
Takaichi dikenal sebagai figur konservatif garis keras dan nasionalis ekonomi. Meski sebagian pelaku pasar memperkirakan akan ada paket stimulus fiskal untuk mendorong pertumbuhan, banyak yang menilai langkah tersebut tidak akan seagresif periode sebelumnya.
Analis dari SMBC Hirofumi Suzuki menilai, depresiasi yen yang terlalu tajam mungkin saja bisa dihindari, tetapi tekanan turun yang bertahap terhadap yen tetap akan berlanjut, meskipun tidak dalam skala ekstrem seperti pada masa awal kebijakan ultra-longgar Bank of Japan (BOJ).
Penunjukkan Katayama Bakal Bangkitkan Yen?
Sementara itu, isu penunjukkan Satsuki Katayama sebagai Menteri Revitalisasi Daerah, memberikan sentiment positif. Katayama dikenal mendukung yen yang lebih kuat, dan pandangannya menimbulkan harapan bahwa arah kebijakan fiskal akan lebih berhati-hati terhadap pelemahan mata uang.
Namun, posisi Takaichi yang cenderung pro-stimulus serta sikapnya yang mendukung kebijakan moneter longgar, menambah ketidakpastian bagi pasar. Kombinasi kebijakan fiskal ekspansif dan moneter longgar berpotensi menekan yen lebih jauh, karena akan memperlebar jarak imbal hasil antara obligasi Jepang dan obligasi AS.
Kepala Ekonom HSBC Fred Neumann menilai, secara politik, pemerintah Jepang mungkin akan menunda langkah pengetatan moneter hingga efek stimulus fiskal mulai terlihat. Hal ini membuat Bank of Japan berada dalam posisi yang sulit, di satu sisi menghadapi tekanan inflasi yang masih fluktuatif, sementara di sisi lain berhadapan dengan risiko pelemahan yen yang bisa mengerek biaya impor energi dan pangan.
Yen Melemah Terhadap Sebagian Besar Mata Uang
Pelemahan yen tidak hanya terjadi terhadap dolar AS, tetapi juga terhadap mata uang utama lainnya. Euro naik 0,33 persen menjadi 176,06 yen, sementara poundsterling menguat 0,28 persen ke level 202,55 yen.
Tren ini menunjukkan bahwa pelemahan yen bersifat luas dan tidak hanya dipicu oleh penguatan dolar, melainkan oleh ketidakpastian domestik di Jepang sendiri. Sementara itu, dolar AS memanfaatkan momen ini untuk memperkuat posisinya secara global.
Indeks Dolar AS (DXY) naik 0,16 persen ke level 98,77, menunjukkan peningkatan permintaan terhadap greenback di tengah depresiasi yen dan melemahnya mata uang komoditas seperti dolar Australia yang turun 0,21 persen ke USD0,6499.
Di pasar global, meskipun sentimen secara umum masih positif setelah Presiden AS Donald Trump menyatakan keyakinannya terhadap kemungkinan tercapainya kesepakatan dagang dengan China, investor tetap berhati-hati.
Pernyataan ini sempat menahan pelemahan dolar AS di awal sesi, tetapi tidak mampu mengubah arah pergerakan utama di pasar valuta asing yang kini didominasi oleh pengaruh politik di Jepang.
Dalam konteks yang lebih luas, pelemahan yen pasca kemenangan Takaichi memperlihatkan bahwa pasar menilai kepemimpinan barunya akan lebih berorientasi pada kebijakan fiskal ekspansif daripada reformasi struktural.
Investor tampaknya masih menunggu sinyal lebih jelas mengenai arah kebijakan ekonomi Jepang, terutama terkait sejauh mana pemerintah akan bekerja sama dengan BOJ untuk menjaga keseimbangan antara pertumbuhan dan stabilitas nilai tukar.
Secara keseluruhan, pelemahan yen usai kepastian Takaichi memimpin mencerminkan reaksi pasar yang lebih banyak dipengaruhi oleh kekhawatiran terhadap arah kebijakan dibanding faktor ekonomi jangka pendek.
Selama belum ada kejelasan mengenai keseimbangan antara stimulus fiskal dan kebijakan moneter, yen tampaknya harus “gigit jari” terlebih dahulu di hadapan dolar AS.(*)