KABARBURSA.COM - Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Sulawesi Selatan (Sulsel), Aryanto, menyampaikan bahwa pada Februari 2024, komposisi angkatan kerja di wilayah ini terdiri dari 4.477.300 orang yang bekerja. Dengan demikian, terdapat 230.670 penduduk Sulsel yang tidak bekerja atau menganggur.
Dibandingkan dengan Februari 2023, jumlah angkatan kerja meningkat sebanyak 152.540 orang, dan jumlah pengangguran berkurang sebanyak 8.920 orang.
Data menunjukkan bahwa mayoritas pekerja di Sulsel merupakan lulusan SD, mencapai 34,04 persen.
Mereka umumnya bekerja di sektor informal, seperti menjadi buruh atau menjalankan usaha sendiri.
Sementara itu, lulusan Diploma I/II/III, S1, S2, dan S3 yang bekerja hanya mencapai 2,91 persen. Dari kelompok ini, pengangguran berkontribusi sekitar 5,12 persen atau 11.810 orang pada tahun 2024.
"Penyebabnya adalah ketidaksesuaian antara pendidikan dan pelatihan yang disiapkan dengan kebutuhan pasar kerja," ujar Aryanto.
Berdasarkan data BPS, tingkat pengangguran lebih tinggi pada laki-laki, yaitu sebesar 5,10 persen, dibandingkan perempuan yang mencapai 4,58 persen.
"Tingkat pengangguran laki-laki dan perempuan menunjukkan tren penurunan dibandingkan Februari 2023, masing-masing turun sebesar 0,15 persen poin dan 0,69 persen poin," tambahnya.
Pertumbuhan kredit sebesar 10 persen
Sementara itu, Kantor Wilayah Bank Indonesia (BI) Sulawesi Selatan melaporkan pertumbuhan kredit sebesar 10 persen year-on-year (yoy) pada April 2024. Angka ini menunjukkan peningkatan dari bulan sebelumnya, yang tercatat sebesar 9,75 persen (yoy) pada Maret 2024. Pertumbuhan ini terutama didorong oleh peningkatan dalam kredit konsumsi dan investasi.
Kepala Kantor Wilayah BI Sulsel, Rizki Ernadi Winanda, mengungkapkan bahwa peningkatan kredit ini mencerminkan optimisme pelaku ekonomi di Sulawesi Selatan.
"Pertumbuhan kredit sebesar 10 persen ini menunjukkan adanya peningkatan kepercayaan dan permintaan akan pembiayaan baik untuk konsumsi maupun investasi," ujar Rizki.
Selain pertumbuhan kredit, Dana Pihak Ketiga (DPK) juga mengalami peningkatan. Pada April 2024, DPK tumbuh sebesar 8,7 persen (yoy), meningkat dari 7,1 persen (yoy) pada Maret 2024. Peningkatan DPK ini terutama disebabkan oleh peningkatan deposito dan giro.
"Peningkatan DPK sebesar 8,7 persen ini menunjukkan adanya peningkatan simpanan masyarakat di perbankan. Hal ini juga mencerminkan stabilitas dan kepercayaan masyarakat terhadap sistem perbankan kita," kata Rizki.