KABARBURSA.COM - Kepala Eksekutif Pengawas Perilaku Usaha Jasa Keuangan, Edukasi, dan Pelindungan Konsumen Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Friderica Widyasari Dewi, menyebutkan ada tiga fenomena yang membuat Generasi (Gen Z) kesulitan dalam mengelola keuangan dengan bijak.
“Pertama, fenomena You Only Live Once (YOLO) mendorong mereka (Gen Z) lebih memilih kesenangan semata dengan argumen bahwa hidup hanya sekali,” kata Firderica dalam acara Indonesia Sharia Financial Olympiad 2024 yang diselenggarakan secara virtual pada Senin, 24 Juni 2024
Hal itu, lanjut Friderica, menyebabkan kurangnya minat dalam menabung dan berinvestasi karena lebih memilih untuk menghabiskan uang untuk hal-hal yang menyenangkan.
“Gen Z sering merasa bahwa karena hidup hanya sekali, mereka boleh membelanjakan uang untuk hal-hal yang mereka inginkan tanpa memikirkan konsekuensi masa depan seperti menabung atau berinvestasi,” ujarnya.
Kedua, fenomena Fear of Missing Out (FOMO) membuat Gen Z terlalu fokus pada tren dan kegiatan di media sosial. Hal ini sering kali menyebabkan mereka terjebak dalam penipuan investasi atau skema cepat kaya yang sebenarnya tidak berkelanjutan atau berisiko tinggi.
“Dalam upaya untuk terlihat keren atau ikut tren di media sosial, banyak Gen Z yang menjadi korban investasi bodong atau penipuan karena mereka terlalu terpengaruh dengan apa yang sedang populer di media sosial,” tuturnya.
Fenomena lainnya yaitu, Fear of Other People’s Opinion (FOPO) yang membuat Gen Z terlalu memikirkan apa yang dipikirkan orang lain tentang mereka.
Mereka cenderung terlalu peduli dengan opini dan pandangan orang lain terhadap gaya hidup dan keuangan mereka.
Friderica menjelaskan, Gen Z sering kali terjebak dalam kebiasaan membelanjakan uang untuk hal-hal yang tidak mereka butuhkan hanya karena ingin terlihat keren di mata teman-teman mereka, padahal hal itu dapat mengakibatkan masalah keuangan seperti utang yang tidak terkendali.
Friderica menekankan bahwa jika fenomena-fenomena ini tidak ditangani dengan baik, akan semakin banyak generasi muda yang terjebak dalam utang, terutama melalui pinjaman online (pinjol).
Oleh karena itu, dia mengajak OJK dan pemangku kepentingan lainnya untuk memberikan literasi keuangan yang baik kepada generasi muda guna membantu mereka mengelola keuangan dengan bijak dan menghindari risiko-risiko yang tidak perlu.
Lima Kesalahan Gen Z dalam Mengelola Keuangan
Michela Allocca, seorang penasihat keuangan berusia 28 tahun, membeberkan lima kesalahan finansial yang umum terjadi pada anak-anak muda, terutama mereka yang baru saja mendapat pekerjaan setelah lulus kuliah.
Sebagai informasi, Allocca dikenal atas kiprahnya dalam membantu generasi muda mengelola keuangan. Dia juga telah mengumpulkan kekayaan bersih di atas USD500.000 atau setara Rp8 miliaran.
Allocca menekankan bahwa masa di mana lulusan baru memperoleh pekerjaan adalah masa yang “aneh.” Pada masa tersebut, mereka sering kali bingung tentang bagaimana mengelola gaji yang mereka peroleh dari pemberi kerja mereka.
Berikut adalah lima kesalahan yang sebaiknya diwaspadai oleh lulusan baru:
1. Inflasi Gaya Hidup
Fenomena yang sering disebut sebagai lifestyle creep, di mana pengeluaran gaya hidup seseorang mengalami peningkatan yang signifikan ketika pendapatan mereka naik. Allocca menjelaskan bahwa ini adalah hal yang umum, tetapi sangat menggoda. Orang cenderung membeli barang-barang dengan harga yang sebenarnya melebihi kemampuan keuangan mereka, yang akhirnya dapat mengakibatkan pengambilan utang yang tidak terkendali.
2. Menabung di Rekening Biasa
Allocca menyoroti ketidakmauan untuk menempatkan dana di instrumen dengan imbal hasil tinggi. Dia merekomendasikan agar lulusan baru menabung di instrumen seperti tabungan dengan bunga tinggi yang ditawarkan oleh bank-bank digital, daripada hanya menabung di rekening bank konvensional.
3. Tidak Mencatat Pengeluaran
Allocca menegaskan pentingnya mencatat pengeluaran. Tanpa pencatatan yang baik, seseorang cenderung mengabaikan pengeluaran mereka dan bisa dengan mudah mengeluarkan uang secara berlebihan tanpa menyadarinya. Dia menyarankan agar para lulusan baru melakukan pencatatan keuangan setiap minggu untuk memahami bagaimana mereka menghabiskan uang.
4. Menggunakan Fasilitas Minimum Payment pada Kartu Kredit
Allocca memperingatkan tentang risiko menggunakan fasilitas pembayaran minimum pada kartu kredit. Meskipun bisa membantu dalam mengelola arus kas pribadi, hal ini dapat mengakibatkan utang kartu kredit yang terus bertambah karena bunga yang tinggi.
5. Tidak Berinvestasi
Allocca menekankan pentingnya berinvestasi, bahkan jika hanya dengan jumlah kecil. Menurutnya, berinvestasi di usia muda memiliki banyak manfaat, terutama untuk masa pensiun di masa depan. Dia mendorong para lulusan baru untuk segera memulai investasi, bahkan dengan jumlah kecil sekalipun, karena hal ini dapat membawa manfaat yang besar dalam jangka panjang.Langkah Bijaksana Kelola Keuangan
Generasi Z, yang terdiri dari individu yang lahir sekitar pertengahan 1990-an hingga awal 2010-an, dihadapkan pada tantangan keuangan yang unik di era modern ini. Dengan dunia yang terus berubah dan berkembang, penting bagi generasi Z untuk memiliki pemahaman yang kuat tentang bagaimana mengelola keuangan mereka dengan bijaksana.
Berikut adalah beberapa langkah yang dapat membantu generasi Z dalam mengelola keuangan mereka dengan lebih efektif:
Pertama, buat anggaran. Tentukan pendapatan bulanan Anda dan alokasikan sebagian dari pendapatan tersebut untuk biaya tetap seperti sewa, tagihan utilitas, makanan, dan transportasi. Sisihkan juga sebagian dari pendapatan Anda untuk tabungan dan investasi. Dengan membuat anggaran yang teratur, Anda dapat mengelola pengeluaran Anda dengan lebih baik dan menghindari pemborosan.
Generasi Z harus menyadari pentingnya menabung untuk masa depan. Mulailah dengan menetapkan tujuan tabungan jangka pendek dan jangka panjang. Tabungan darurat juga harus menjadi prioritas, dengan menabung sejumlah dana yang cukup untuk menutupi biaya hidup selama beberapa bulan jika terjadi keadaan darurat seperti kehilangan pekerjaan atau kecelakaan medis.
Hindari utang yang tidak perlu. Meskipun kredit dan pinjaman bisa berguna dalam beberapa situasi, generasi Z harus berhati-hati agar tidak terjebak dalam utang yang tidak perlu. Hindari menggunakan kartu kredit untuk pembelian impulsif dan selalu bayar tagihan kartu kredit secara penuh setiap bulan untuk menghindari bunga yang tinggi. Selalu pertimbangkan dengan matang sebelum mengambil utang baru dan pastikan bahwa Anda dapat mengelolanya dengan baik.
Investasikan untuk masa depan. Generasi Z harus memahami pentingnya investasi untuk mencapai tujuan keuangan jangka panjang seperti membeli rumah, pendidikan yang lebih tinggi, atau pensiun. Mulailah dengan mempelajari berbagai jenis investasi seperti saham, obligasi, reksadana, dan properti. Dengan memulai investasi sedini mungkin, Anda dapat memanfaatkan kekuatan dari pertumbuhan bunga majemuk untuk membangun kekayaan secara bertahap seiring waktu.
Tingkatkan literasi keuangan. Generasi Z harus mengembangkan literasi keuangan yang kuat. Ini termasuk pemahaman tentang konsep dasar seperti pengelolaan anggaran, tabungan, investasi, dan penghindaran utang. Teruslah belajar tentang topik-topik keuangan melalui buku, kursus online, seminar, atau sumber-sumber lainnya yang tersedia.
Dengan mengikuti langkah-langkah ini dan mengembangkan kebiasaan keuangan yang baik, generasi Z dapat membangun masa depan keuangan yang kuat dan stabil. Penting untuk memulai sejak dini dan tetap konsisten dalam mengelola keuangan Anda agar dapat mencapai tujuan keuangan jangka panjang Anda. (*)