KABARBURSA.COM - PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) sedang berada di fase stabilizing di sisa tahun 2024. Fase ini merupakan bagian dari transformasi perusahaan guna memperbaiki kondisi keuangan perseroan.
Sekretaris Perusahaan WIKA Mahendra Vijaya, mengatakan salah satu fokus yang tengah dijalankan perseroan dalam fase stabilizing ini adalah penguatan likuiditas.
"Penguatan likuiditas untuk perbaikan keuangan dan kemudian mempercepat kolektibilitas dan fundamental cash," kata Mahendra dalam agenda public expose (pubex) WIKA pada Kamis, 28 November 2024.
Fokus yang kedua, WIKA sedang mencoba mereduksi kebutuhan-kebutuhan investasi baru. Mahendra menyebut, sejak 2023 dan 2024, WIKA belum melakukan investasi baru kecuali melanjutkan beberapa program investasi yang memang sedang berjalan.
Dan terakhir, WIKA akan meningkatkan operation excellence untuk memastikan efisiensi proyek yang lebih baik.
Dari ketiga fokus ini, Mahendra berharap hasil dari proses stabilizing dapat membawa WIKA masuk ke dalam fase early growth.
Ketika WIKA masuk dalam fase early growth ini, maka artinya mereka telah berhasil mengatasi krisis likuidasi dan solvensi (1:04). Selanjutnya, WIKA mempersiapkan diri untuk bisa take off atau lepas landas lebih tinggi lagi di fase advanced development.
Adapun dari sisi transformasi, WIKA memiliki tiga pilar utama, yaitu fokus terhadap cash, keunggulan eksekusi proyek, dan penyeimbangan portofolio.
Dalam melaksanakan tiga pilar transformasi tersebut, Mahendra menjelaskan, semua berdasarkan pada implementasi lean organization serta perkuatan manajemen risiko.
"Kemudian juga perkuatan dari sisi IT dan digitalisasi. Dan yang paling penting, tidak akan bisa berjalan tanpa adanya perkuatan budaya perseroan yaitu akhlak," tegas Mahendra.
WIKA Catat Pendapatan Rp12,55 Triliun 3Q24
PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA) mencatatkan kinerja gemilang pada kuartal III 2024. Hal ini sejalan dengan upaya perusahaan dalam meningkatkan efisiensi dan profitabilitas.
Dalam laporan keuangan kuartal III 2024, WIKA sukses mencatatkan pendapatan sebesar Rp12,55 triliun, dengan kapasitas tingkat produksi (burn rate) sebesar 34,3 persen dari kontrak berjalan perseroan.
Segmen infrastruktur dan gedung, industri, EPC dan realti properti, berkontribusi dalam pendapat tersebut.
Selain itu WIKA juga berhasil membukukan laba kotor sebesar Rp1,06 triliun, dengan Gross Profit Margin (GPM) sebesar 8,4 persen, meningkat dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 8,1 persen.
Hal tersebut membuktikan kemampuan eksekusi proyek WIKA yang semakin excellence, terutama pada lini bisnis utama yang menjadi core operasi Perseroan, seperti infrastruktur & gedung serta EPCC yang naik rata-rata 0,6 persen dari tahun sebelumnya.
Direktur Utama WIKA Agung Budi Waskito, menyatakan manajemen percaya dengan meningkatkan tata kelola, perkuatan manajemen risiko, keunggulan eksekusi proyek, fokus terhadap likuiditas serta pengelolaan struktur modal kerja yang baik.
“Perseroan akan mampu menjaga nilai kompetitifnya di masa mendatang,” ujar dia dalam pernyataannya, dikutip Jumat, 1 November 2024.
WIKA juga mampu meraih peningkatan laba usaha sebesar Rp839,75 miliar, angka ini meningkat 55,3 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Dengan demikian Operating Profit Margin (OPM) Perseroan berhasil meningkat dengan peningkatan yang sama secara year on year.
Berpindah ke sisi neraca, WIKA berhasil memperbaiki kolektabilitas piutang hingga 30,4 persen menjadi sebesar Rp6,61 triliun dari Rp9,50 triliun per September 2023. Selain itu WIKA juga terus berupaya maksimal untuk melakukan pembayaran kepada mitra kerja, sehingga utang usaha Perseroan tercatat menurun hingga 50,7 persen di periode yang sama tahun sebelumnya.
Adapun arus kas atas aktivitas operasi Perseroan memperlihatkan perbaikan hingga 86,9 persen dari -Rp1,67 triliun menjadi -Rp218,94 miliar di kuartal III-2024. Perbaikan ini merupakan hasil dari upaya transformasi Perseroan yang fokus dalam peningkatan likuiditas sebagai upaya penyehatan keuangan.
Likuiditas WIKA juga terpantau semakin baik yang tercermin dari current ratio perseroan meningkat menjadi 191,8 persen dengan rasio solvabilitas seperti rasio utang berbunga terhadap ekuitas (gearing ratio) dan Debt to Equity Ratio (DER) yang juga kini telah menurun menjadi 2,18 kali dan 3,12 kali dari posisi sebelumnya 3,10 kali dan 5,07 kali.
WIKA Tumbuh dalam Kontrak Baru
Sebelumnya diberitakan, WIKA mencatatkan kontrak baru senilai Rp16,97 triliun hingga Oktober 2024. Pencapaian tersebut disampaikan oleh Mahendra Vijaya, Corporate Secretary, dalam keterangan resmi yang diterbitkan di Jakarta pada Selasa 26 November.
Menurut Mahendra, sektor infrastruktur dan gedung menjadi penyumbang terbesar bagi kontrak baru, mencapai 39,75 persen dari total nilai kontrak yang diperoleh. Diikuti oleh sektor industri dengan kontribusi 32,84 persen, sektor real estat dan properti sebesar 14,18 persen, sementara proyek energi dan pabrik industri menyumbang 13,22 persen.
Dari sisi sumber kontrak, sektor swasta berkontribusi sebesar 44,21 persen, diikuti oleh pemerintah dengan 31,44 persen, dan BUMN sebesar 23,92 persen. Sementara kontribusi dari investasi tercatat hanya sekitar 0,43 persen. Adapun total nilai kontrak yang sedang dikerjakan oleh perusahaan saat ini mencapai Rp 60,99 triliun, dengan sektor infrastruktur dan gedung mendominasi 68,04 persen.(*)
Disclaimer: Artikel ini bukan untuk mengajak, membeli, atau menjual saham. Segala rekomendasi dan analisa saham berasal dari analisis atau sekuritas yang bersangkutan, dan Kabarbursa.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan atau kerugian investasi yang timbul. Keputusan investasi ada di tangan investor. Pelajari dengan teliti sebelum membeli/menjual saham.
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.