Logo
>

Ada Investor Individu Koleksi Saham INDY, Total 5 Persen

Ditulis oleh Syahrianto
Ada Investor Individu Koleksi Saham INDY, Total 5 Persen

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Investor ritel atau individu kembali melakukan aksi borong saham PT Indika Energy Tbk (INDY) sehingga mengoleksi saham dengan porsi besar. PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) memaparkan data, Pandri Prabono-Moelyo kembali memborong 216.500 lembar saham INDY pada awal pekan, Senin, 15 Juli 2024.

    Atas transaksi tersebut, kepemilikan saham Pandri Prabono naik menjadi 260,77 juta lembar dari sebelumnya 260,56 juta lembar. Alhasil, jumlah sahamnya setara dengan 5,01 persen. Dalam riwayatnya, ia mulai menjadi pemegang saham terbesar atau kepemilikan INDY di atas 5 persen sejak 12 Juli 2024.

    INDY sebelumnya hanya memiliki dua pemegang saham mayoritas (di atas 5 persen) per 11 Juli 2024. Keduanya adalah PT Teladan Resources dan PT Indika Inti Investindo. Pandri Prabono kemudian muncul sebagai pemegang 5 persen saham INDY. Ia tercatat sebagai pemegang saham melalui 3 sekuritas yaitu Deutsche Bank AG, PT Mandiri Sekuritas, dan Citibank. Lantas, siapakah Pandri Prabono?

    Menurut laman resmi Gabungan Usaha Penunjang Energi dan Migas (Guspenmigas), Pandri Prabono merupakan mantan direktur PT Indika Energy Tbk. Ia menjabat pada tahun 2007 hingga 2013. Selain itu, ia berpengalaman lebih dari 35 tahun dengan PT Tripatra Engineer & Constructors dan PT Tripatra Engineering.

    Lini Bisnis INDY

    Perusahaan mengklasifikasikan bisnisnya menjadi tiga segmen: sumber energi, layanan energi dan infrastruktur energi. Segmen sumber energinya berfokus pada eksplorasi, produksi dan pengolahan batubara.

    Perusahaan memiliki kepentingan di beberapa perusahaan pertambangan batu bara, seperti PT Kideco Jaya Agung dan PT Santan Batubara. Segmen layanan energinya menyediakan layanan jasa, operasi dan pemeliharaan (O & M) teknik, pengadaan dan konstruksi (EPC) serta layanan logistik untuk industri pertambangan batubara dan minyak dan gas bumi.

    Bisnis jasa energi dioperasikan oleh anak perusahaannya, PT Tripatra Engineers and Constructors, PT Tripatra Engineering dan PT Petrosea Tbk. Segmen infrastruktur energinya, yang menyediakan kapasitas transportasi, logistik dan pembangkit tenaga listrik, dioperasikan melalui PT Mitrabahtera Segara Sejati Tbk dan PT Cirebon Electric Power.

    Data RTI Business menunjukkan total nilai transaksi di saham INDY mencapai Rp1,5 triliun year-to-date (ytd) 2024 hingga Rabu, 17 Juli 2024. Dari jumlah itu, transaksi pembelian investor domestik mendominasi dengan Rp1,3 triliun.

    Founder Stocknow.id Hendra Wardana sebelumnya mengatakan Indika Energy melalui anak perusahaannya juga aktif dalam diversifikasi ke sektor logam dan mineral. Dengan memanfaatkan peluang di sektor ini, Hendra melihat INDY tidak hanya mengurangi risiko dari ketergantungan pada batu bara tetapi juga membuka peluang pertumbuhan baru yang signifikan.

    Dia melihat investasi di sektor logam seperti tembaga dan nikel, memberikan peluang bagi INDY untuk mengambil bagian dalam revolusi teknologi yang berkelanjutan, terutama dengan permintaan logam yang terus meningkat dari sektor teknologi dan kendaraan listrik.

    INDY membukukan pendapatan sebesar USD567,3 juta pada kuartal I 2024. Pendapatan ini turun 37,44 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar USD906,8 juta. Pendapatan ini dikontribusi dari penjualan batu bara sebesar USD521,64 juta, pendapatan kontrak dan jasa senilai USD39,9 juta, dan perdagangan lainnya sebesar USD5,72 juta.

    Sementara itu, berdasarkan segmen operasi grup, pendapatan INDY dikontribusi oleh sumber daya energi sebesar USD522,39 juta, jasa energi sebesar USD27,3 juta, dan logistik dan infrastruktur senilai USD10,4 juta. Lalu pendapatan dari bisnis hijau senilai USD1,63 juta, ventura digital sebesar USD1,62 juta, mineral USD21.670, dan pendapatan lainnya USD3,88 juta.

    Di kuartal I 2024, INDY juga mencatatkan beban pokok penjualan dan kontrak sebesar USD473,7 juta, turun 33,06 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar USD707,7 juta.

    Alhasil, laba kotor INDY turun hingga 53,01 persen menjadi USD93,55 juta, dari sebelumnya USD199,09 juta secara tahunan atau year on year (yoy). Laba bersih INDY juga ikut tergerus 65,87 persen dari USD58,92 juta di kuartal I 2023, menjadi USD20,11 juta di kuartal I 2024. Laba bersih tersebut setara dengan Rp326,8 miliar.

    Pergerakan Saham INDY

    Sementara itu dari lantai bursa, pergerakan harga saham INDY langsung tancap gas menguat ke Rp1.305 per saham pada pembukaan perdagangan Kamis, 18 Juli 2024, dengan kenaikan 0,38 persen (5 poin). Penutupan perdagangan sesi I, sahamnya terparkir di level Rp1.355 per saham atau menanjak sebanyak 3,83 persen. Pada akhir perdagangan hari ini, saham INDY terparkir di level Rp1.365 dengan kenaikan 4,60 persen atau 60 poin.

    Dalam sebulan terakhir, pergerakan telah menguat sekitar 15,19 persen atau bertumbuh sebanyak 180 poin menjadi Rp1.365 per saham.

    Namun demikian, perusahaan energi terpadu yang bergerak dalam penyediaan layanan dukungan energi ini masih memiliki kinerja kurang baik dalam setahun kalender, mulai Januari 2024 hingga hari ini (year to date/ytd). Sahamnya melorot 10,49 persen dari sebelumnya, Rp1.605 per saham.

    Yang terparah dalam setahun terakhir (yoy), saham INDY ambruk 32,76 persen atau kehilangan 665 poin dari sebelumnya Rp2.030 per saham. Pada periode ini, INDY pernah menunjukkan performa terbaiknya yakni mencapai level Rp2.320 per saham. (*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Syahrianto

    Jurnalis ekonomi yang telah berkarier sejak 2019 dan memperoleh sertifikasi Wartawan Muda dari Dewan Pers pada 2021. Sejak 2024, mulai memfokuskan diri sebagai jurnalis pasar modal.

    Saat ini, bertanggung jawab atas rubrik "Market Hari Ini" di Kabarbursa.com, menyajikan laporan terkini, analisis berbasis data, serta insight tentang pergerakan pasar saham di Indonesia.

    Dengan lebih dari satu tahun secara khusus meliput dan menganalisis isu-isu pasar modal, secara konsisten menghasilkan tulisan premium (premium content) yang menawarkan perspektif kedua (second opinion) strategis bagi investor.

    Sebagai seorang jurnalis yang berkomitmen pada akurasi, transparansi, dan kualitas informasi, saya terus mengedepankan standar tinggi dalam jurnalisme ekonomi dan pasar modal.