Logo
>

Ada Potensi Downgrade MEDC, Fundamental Dipertanyakan

Dalam laporan Ikhtisar Peringkat yang dirilis pada Selasa, 15 April, Pefindo menetapkan peringkat kredit MEDC pada level idAA- (Double A Minus).

Ditulis oleh Yunila Wati
Ada Potensi Downgrade MEDC, Fundamental Dipertanyakan
Anak perusahaan PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC), Medco E&P Grissik Ltd bersama SKK Migas, sukses menyelesaikan akuisisi seismik 3D di Lapangan Rebonjaro. Foto: Doc Medco

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC), salah satu perusahaan migas terkemuka di Indonesia, tengah berada di bawah sorotan PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) terkait dengan kondisi keuangan dan eksposurnya terhadap dinamika sektor energi global. 

    Dalam laporan Ikhtisar Peringkat yang dirilis pada Selasa, 15 April, Pefindo menetapkan peringkat kredit MEDC pada level idAA- (Double A Minus), baik untuk peringkat perusahaan maupun surat utang yang diterbitkan. Namun, peringkat ini berpotensi diturunkan apabila perusahaan mencatatkan tingkat utang yang lebih tinggi dari proyeksi tanpa diimbangi penguatan profil bisnis yang memadai.

    Menurut analis Pefindo Faizun Muhtada dan Martin Pandiangan, peringkat saat ini mencerminkan kekuatan fundamental MEDC dalam hal diversifikasi aset serta kontribusi signifikan pendapatan dari penjualan gas. 

    Faktor ini memberikan visibilitas terhadap arus kas dan mencerminkan manajemen operasional yang mumpuni. Namun demikian, peringkat MEDC tetap dibatasi oleh profil keuangan yang tergolong moderat serta eksposur terhadap volatilitas harga komoditas energi dan risiko transisi menuju energi terbarukan.

    Pefindo memberikan peringatan bahwa jika MEDC terus menambah beban utangnya melebihi estimasi sebelumnya tanpa strategi peningkatan kekuatan bisnis yang jelas, maka peringkat perusahaan dapat mengalami penurunan. 

    Penurunan peringkat juga mungkin terjadi apabila harga komoditas energi anjlok di bawah asumsi dasar Pefindo, yang pada akhirnya bisa memengaruhi pendapatan dan profitabilitas MEDC secara keseluruhan.

    Hingga akhir tahun 2024, MEDC mencatat total liabilitas sebesar USD5,58 miliar, meningkat 2,57 persen secara tahunan (year-on-year/yoy). Di sisi lain, perusahaan juga mencatat pertumbuhan ekuitas yang kuat, yaitu sebesar 15,76 persen yoy menjadi USD2,35 miliar, dibandingkan dengan posisi per 31 Desember 2023 yang sebesar USD2,03 miliar. 

    Lonjakan ekuitas ini ditopang oleh laba bersih 2024 yang mencapai USD367,36 juta, tumbuh 11,1 persen dari tahun sebelumnya. Pertumbuhan laba tersebut didorong oleh kenaikan total pendapatan sebesar 6,67 persen yoy menjadi USD2,4 miliar.

    Secara keseluruhan, total aset MEDC pada akhir 2024 meningkat menjadi USD7,93 miliar atau naik 6,16 persen yoy. Kondisi kas perusahaan juga mengalami penguatan signifikan, dengan kas dan setara kas mencapai USD637,02 juta—naik 79,97 persen dari USD353,95 juta pada akhir 2023. 

    Peningkatan ini sebagian besar disumbang oleh kenaikan arus kas bersih dari aktivitas operasi, yang melonjak 68,62 persen menjadi USD1,22 miliar dari USD723,23 juta pada tahun sebelumnya.

    Meskipun kondisi keuangan MEDC menunjukkan pertumbuhan yang positif, Pefindo tetap menyoroti pentingnya upaya deleveraging atau pengurangan utang secara berkelanjutan. Jika perusahaan berhasil mempertahankan rasio leverage di bawah 2 kali (di luar segmen pembangkit listrik) dan meningkatkan umur cadangan energi, maka peringkat kredit MEDC berpotensi dinaikkan ke level yang lebih tinggi. 

    Hal ini sekaligus akan memperkuat posisi keuangan jangka panjang perusahaan di tengah tantangan global terhadap sektor migas konvensional dan pergeseran menuju energi yang lebih bersih.

    Ke depan, kinerja MEDC akan sangat ditentukan oleh kemampuan manajemen dalam menjaga keseimbangan antara ekspansi bisnis, pengendalian utang, dan adaptasi terhadap tren transisi energi. Peringkat kredit yang solid tidak hanya menjadi tolok ukur kepercayaan investor, tetapi juga cerminan dari strategi jangka panjang yang tangguh dan berkelanjutan.

    Fundamental Masih Stabil

    Jika menilik data Stockbit pada Selasa, 15 April 2025, kinerja fundamental PT Medco Energi Internasional Tbk yang solid berdasarkan data keuangan terbarunya, meskipun diwarnai dengan tekanan harga saham dalam satu tahun terakhir. 

    Perusahaan yang bergerak di sektor energi ini mencatatkan rasio price-to-earnings (PE) yang sangat rendah, baik secara tahunan maupun trailing twelve months (TTM), yakni sebesar 4,47. 

    Rasio ini jauh di bawah median PE IHSG TTM yang berada di angka 7,87, menandakan bahwa saham MEDC masih tergolong undervalued dari sisi laba bersihnya. Hal ini turut didukung oleh earnings yield (TTM) sebesar 22,38 persen, mencerminkan tingkat pengembalian yang tinggi terhadap harga sahamnya saat ini.

    Dalam hal valuasi lainnya, MEDC memiliki price-to-book value hanya 0,77 dan price-to-sales sebesar 0,68, mengindikasikan bahwa harga sahamnya masih diperdagangkan di bawah nilai buku dan pendapatan perusahaan. 

    Sementara itu, rasio price to free cash flow hanya sebesar 1,88 dan EV/EBITDA sebesar 1,00, menandakan bahwa perusahaan memiliki arus kas yang kuat terhadap nilai pasarnya dan efisien dalam menghasilkan EBITDA terhadap nilai keseluruhan perusahaan (enterprise value).

    Kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan terlihat dari return on equity (ROE) sebesar 17,34 persen dan return on capital employed (ROCE) 11,57 persen, yang menunjukkan efektivitas manajemen dalam mengelola modal dan menghasilkan laba bagi pemegang saham. 

    Dengan current EPS TTM sebesar 236,13 dan revenue per share sebesar 1.542,15, MEDC secara konsisten mencetak laba yang cukup besar terhadap basis per saham.

    Namun, ketika menilik aspek solvabilitas dan struktur modalnya, tampak bahwa MEDC memiliki ketergantungan yang cukup tinggi terhadap utang. Rasio debt-to-equity (D/E) tercatat sebesar 1,63, sementara long-term debt-to-equity mencapai 1,44. Ini menunjukkan bahwa perusahaan memiliki beban utang jangka panjang yang besar jika dibandingkan dengan total ekuitasnya. 

    Total liabilitas perusahaan saat ini adalah 90,089 triliun rupiah dengan total ekuitas sebesar Rp34,232 triliun, menghasilkan rasio total liabilities to equity sebesar 2,63. Hal ini mengindikasikan bahwa sebagian besar struktur pendanaan MEDC bersumber dari utang. Rasio total debt terhadap total aset juga cukup tinggi, yakni 0,43, menandakan hampir separuh aset perusahaan dibiayai oleh utang.

    Meski demikian, MEDC masih mampu mengelola kewajiban jangka pendeknya dengan cukup baik. Current ratio sebesar 1,21 dan quick ratio 1,12 menunjukkan bahwa aset lancar perusahaan masih cukup untuk menutup seluruh kewajiban jangka pendeknya. 

    Free cash flow perusahaan dalam TTM tercatat sebesar Rp10,557 triliun, dan pada kuartal terakhir alone mencapai 2,443 triliun, memperkuat posisi likuiditasnya. Selain itu, interest coverage ratio sebesar 2,55 memperlihatkan bahwa perusahaan masih mampu menutup biaya bunga dengan laba operasionalnya, meskipun dengan margin yang relatif tipis.

    Risiko solvabilitas jangka panjang tercermin dalam skor Altman Z-Score yang hanya berada di angka 0,91. Ini mengindikasikan bahwa MEDC berada dalam zona rawan secara finansial, dan penting bagi perusahaan untuk terus menjaga arus kas dan mengurangi tingkat leverage agar tidak menghadapi tekanan keuangan di masa mendatang.

    Dari sisi operasional, MEDC menunjukkan efisiensi yang layak. Cash conversion cycle hanya 19 hari, menandakan bahwa perusahaan mampu mengubah investasinya di inventori dan piutang menjadi kas dengan cepat. Ini didukung oleh inventory turnover tinggi sebesar 9,66, serta net profit margin pada kuartal terakhir sebesar 15,28 persen.

    Dalam hal pertumbuhan, MEDC mencatat pertumbuhan pendapatan kuartalan (YoY) sebesar 32,64 persen dan pertumbuhan laba bersih 32,94 persen, meskipun pertumbuhan laba kotor justru mengalami penurunan 32,67 persen. Ini menunjukkan bahwa meskipun pendapatan meningkat, beban pokok penjualan meningkat lebih tinggi, atau terjadi perubahan komposisi biaya yang memengaruhi margin kotor.

    Di sisi pemegang saham, MEDC menunjukkan konsistensi dalam pembagian dividen. Dalam 12 bulan terakhir, perusahaan membagikan dividen sebesar Rp45,07 per saham dengan dividend yield 4,27 persen dan payout ratio 19,09 persen, yang relatif konservatif dan menunjukkan adanya ruang pertumbuhan lebih lanjut atau peningkatan pembagian dividen di masa depan.

    Secara keseluruhan, MEDC menunjukkan fundamental yang kuat dalam hal profitabilitas dan arus kas, dengan valuasi pasar yang masih relatif murah. Namun, struktur utangnya yang cukup tinggi menjadi perhatian utama dan perlu terus dipantau. 

    Selama perusahaan mampu mengelola utangnya dengan baik dan mempertahankan arus kas positif seperti sekarang, risiko tersebut masih berada dalam batas yang wajar. Bagi investor yang toleran terhadap risiko dan mencari peluang undervalued di sektor energi, MEDC dapat menjadi kandidat yang menarik untuk dikaji lebih lanjut.

    Pilar Bisnis Kuat

    Menghadapi tahun 2025, prospek MEDC masih tergolong positif meskipun dibayangi oleh sejumlah tantangan eksternal. Dalam industri energi yang sangat dipengaruhi oleh fluktuasi harga komoditas global, terutama minyak, perusahaan dituntut untuk mampu beradaptasi dengan efisiensi dan strategi yang matang. 

    Tantangan utama yang diidentifikasi adalah potensi pelemahan harga minyak dunia yang akan berpengaruh langsung terhadap margin laba perusahaan, serta peningkatan biaya operasional yang dapat menekan profitabilitas.

    Meski demikian, Medco tetap menunjukkan optimisme terhadap kinerja tahun depan. Perusahaan menargetkan produksi minyak dan gas (migas) sebesar 145 ribu barel ekuivalen minyak per hari (mboepd), yang menjadi indikasi bahwa mereka tetap fokus pada ekspansi volume produksi sebagai langkah kompensasi terhadap harga jual yang lebih rendah. 

    Upaya efisiensi juga terlihat dari komitmen perusahaan untuk mempertahankan biaya produksi di bawah USD10 per barel ekuivalen (boe), sebuah angka yang kompetitif dalam industri migas global. Strategi ini menunjukkan bahwa Medco tidak hanya mengandalkan naiknya harga minyak, melainkan juga fokus pada pengendalian biaya sebagai kunci menjaga daya saing.

    Selain sektor migas, Medco juga memperkuat pilar bisnis ketenagalistrikan yang kian strategis dalam mendiversifikasi sumber pendapatan. 

    Pada tahun 2025, perusahaan membidik target penjualan listrik sebesar 4.500 gigawatt hour (GWh). Capaian ini penting dalam menciptakan pendapatan yang lebih stabil dan tidak terlalu terpapar gejolak harga komoditas. 

    Untuk mendukung ambisi ini, perusahaan mengalokasikan belanja modal (capital expenditure/capex) sebesar USD30 juta untuk sektor kelistrikan, sementara sektor migas mendapat porsi capex lebih besar, yakni US$400 juta, yang mencerminkan prioritas pengembangan utama tetap pada bisnis hulu energi.

    Dari sisi pasar modal, prospek saham MEDC masih dinilai positif. Situs Bisnis.com menyatakan bahwa meskipun sektor energi akan diuji oleh tekanan harga dan peningkatan beban, saham MEDC tetap menarik berkat fundamental kuat dan strategi ekspansi yang terukur. Hal ini didukung pula oleh data dari TradingView yang memproyeksikan harga saham MEDC dapat mencapai Rp1.946,65, dengan potensi tertinggi menyentuh Rp2.714,15 dan potensi terendah di Rp1.612,90. 

    Kisaran harga ini memberikan gambaran bahwa investor melihat peluang pertumbuhan yang masih cukup luas pada saham Medco, terlebih jika target operasional dapat dicapai sesuai ekspektasi.

    Secara keseluruhan, Medco Energi memasuki tahun 2025 dengan strategi yang realistis dan penuh perhitungan. Meskipun tantangan eksternal tidak bisa dihindari, kekuatan internal seperti efisiensi biaya, diversifikasi pendapatan, serta alokasi investasi yang strategis menjadi kunci untuk mempertahankan daya tahan perusahaan dan menjaga kepercayaan pasar. 

    Bagi investor, kombinasi antara fundamental kuat, potensi pertumbuhan jangka menengah, dan valuasi yang masih tergolong murah menjadi alasan untuk tetap melirik MEDC sebagai bagian dari portofolio investasi di sektor energi.(*)

    Disclaimer:
    Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Yunila Wati

    Telah berkarier sebagai jurnalis sejak 2002 dan telah aktif menulis tentang politik, olahraga, hiburan, serta makro ekonomi. Berkarier lebih dari satu dekade di dunia jurnalistik dengan beragam media, mulai dari media umum hingga media yang mengkhususkan pada sektor perempuan, keluarga dan anak.

    Saat ini, sudah lebih dari 1000 naskah ditulis mengenai saham, emiten, dan ekonomi makro lainnya.

    Tercatat pula sebagai Wartawan Utama sejak 2022, melalui Uji Kompetensi Wartawan yang diinisiasi oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), dengan nomor 914-PWI/WU/DP/XII/2022/08/06/79