KABARBURSA.COM - Harga emas telah menembus angka signifikan sebesar USD2.700 per troy ons, didorong oleh meningkatnya ketegangan di Timur Tengah.
Berdasarkan data dari Refinitiv, Sabtu, 19 Oktober 2024, pukul 19.12 WIB, harga emas tercatat di USD2.711,73 per troy ons, meningkat 0,71 persen.
Kenaikan ini menandai perpanjangan tren positif yang telah berlangsung sejak Selasa, 15 Oktober 2024, dengan total penguatan mencapai 2,3 persen.
Analis StoneX, Rhona O'Connell, menjelaskan bahwa perkembangan geopolitik di wilayah tersebut terus menciptakan ketidakpastian di pasar. Ketegangan semakin meningkat setelah terbunuhnya Yahya Sinwar, pemimpin Hamas, yang menjadi titik balik dalam konflik yang telah berlangsung sejak 7 Oktober 2023.
Selain itu, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dilaporkan memberikan sinyal untuk menyerang Iran, menurut sumber-sumber yang diungkap ABC News.
Pada 1 Oktober, Iran merespons dengan meluncurkan hampir 200 rudal balistik ke Israel, yang menambah ketegangan di kawasan.
Investor kini beralih ke aset safe haven seperti emas, dipicu oleh kekhawatiran terhadap ketidakstabilan pasar global.
Analis independen Ross Norman mencatat bahwa minat spekulatif di Asia telah mendorong harga emas mencapai level tertinggi baru.
Dukungan lain bagi harga emas datang dari pemangkasan suku bunga di Amerika Serikat (AS) dan kemungkinan pemangkasan lebih lanjut di Eropa.
Prediksi menunjukkan bahwa lonjakan harga ini mungkin belum berakhir, dengan beberapa analis memperkirakan emas dapat mencapai USD3.000 per troy ons pada kuartal pertama 2025.
Perangkat CME FedWatch menunjukkan bahwa trader saat ini memperkirakan 94 persen kemungkinan pemotongan suku bunga AS sebesar 25 basis poin pada bulan November.
Ramalan Harga Emas dan Pengaruhnya ke Antam
Sejak awal tahun 2024, harga emas mengalami lonjakan signifikan, tercatat naik sekitar 30 persen. Fenomena ini tidak terlepas dari ketidakpastian yang melanda perekonomian global, termasuk faktor-faktor seperti pemilu di Amerika Serikat (AS) dan ketegangan yang terus berlanjut di Timur Tengah.
Dalam analisisnya, Stockbit Sekuritas mencatat bahwa proyeksi pelonggaran kebijakan moneter oleh bank sentral AS, Federal Reserve, turut menjadi pendorong kenaikan harga logam mulia ini.
Dalam pertemuan tahunan London Bullion Market Association yang berlangsung awal minggu kemarin, para delegasi menyampaikan optimisme terhadap harga emas, dengan ekspektasi bahwa dalam 12 bulan ke depan, harga emas bisa mencapai hingga USD2.941 per ons. Prediksi ini mencerminkan harapan pasar akan stabilitas dan potensi pertumbuhan yang lebih baik di sektor emas.
Investment Analyst Stockbit, Hendriko Gani, menyatakan bahwa penguatan harga emas memiliki dampak positif bagi emiten yang bergerak di sektor produksi emas.
Beberapa emiten yang diidentifikasi adalah PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS), PT J Resources Asia Pasifik Tbk (PSAB), PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA), PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), dan PT Archi Indonesia Tbk (ARCI).
Lanjut Hendriko, kenaikan harga emas berpotensi meningkatkan harga jual rata-rata (ASP) serta memperbaiki margin laba para emiten tersebut.
“Dengan tren positif yang ditunjukkan oleh harga emas, kami melihat peluang bagi emiten untuk memperoleh keuntungan yang lebih besar,” jelasnya dalam analisis yang dikutip, Minggu, 20 Oktober 2024.
Dalam sesi perdagangan yang dimulai pada 18 Oktober, sebagian besar saham emiten di sektor ini menunjukkan tren positif. Saham PSAB mencatatkan kenaikan tertinggi dengan lonjakan sebesar 14,46 persen pada pukul 09.32 WIB. Sementara itu, saham BRMS meningkat 1,79 persen, ARCI naik 2,56 persen, MDKA tumbuh 0,78 persen, dan ANTM menyusul dengan kenaikan 0,31 persen.
Peningkatan harga emas ini menciptakan peluang yang menjanjikan bagi para investor di pasar saham, terutama bagi mereka yang berinvestasi di emiten-emiten yang berfokus pada produksi emas.
Meningkatnya minat terhadap emas sebagai aset aman di tengah ketidakpastian ekonomi global juga turut memperkuat posisi para pelaku pasar.
Situasi ini menggambarkan bahwa investor mulai beralih ke komoditas berharga seperti emas sebagai langkah untuk melindungi nilai investasi mereka dari fluktuasi yang mungkin terjadi di pasar finansial.
Dengan banyaknya faktor yang mempengaruhi pasar, termasuk kebijakan moneter dan geopolitik, prospek jangka pendek untuk harga emas tetap optimis.
Dengan proyeksi yang optimis dan data pasar yang mendukung, pelaku industri dan investor diharapkan dapat memanfaatkan momentum ini untuk mendapatkan keuntungan. Kinerja saham emiten yang terkait dengan produksi emas menjadi salah satu fokus utama dalam beberapa bulan mendatang.
Di sisi lain, pelaku pasar perlu tetap waspada terhadap potensi risiko yang dapat muncul, baik dari dalam negeri maupun dari faktor eksternal yang dapat mempengaruhi permintaan dan harga emas. Ketidakpastian politik, fluktuasi nilai tukar mata uang, serta perubahan kebijakan pemerintah di berbagai negara akan tetap menjadi perhatian utama bagi investor.
Dalam konteks ini, perhatian terhadap perkembangan yang terjadi di pasar emas dan langkah strategis dari emiten-emiten di sektor pertambangan akan sangat penting untuk memaksimalkan potensi keuntungan yang ada. Kesuksesan dalam mengelola risiko dan memanfaatkan peluang akan menjadi kunci bagi para investor dan emiten di tengah dinamika pasar yang selalu berubah.
Secara keseluruhan, situasi ini menunjukkan bahwa harga emas tidak hanya berfungsi sebagai pelindung nilai, tetapi juga sebagai indikator dari kondisi ekonomi global. Kenaikan harga emas yang signifikan ini menandakan adanya perubahan dalam persepsi pasar terhadap risiko, dan menggarisbawahi pentingnya bagi investor untuk terus memantau perkembangan yang ada. (*)