Logo
>

AKRA Target Jual Lahan JIIPE, Tutup Laba 2024 yang Anjlok

AKRA mencatatkan laba bersih sebesar Rp2,2 triliun sepanjang FY24, turun 20 persen dibandingkan tahun sebelumnya, sedikit di bawah estimasi konsensus

Ditulis oleh Yunila Wati
AKRA Target Jual Lahan JIIPE, Tutup Laba 2024 yang Anjlok
Kilang BBM milik PT AKR Corporindo Tbk. Foto: Dok AKRA.

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - PT AKR Corporindo Tbk menargetkan penjualan lahan Java Integrated Industrial and Port Estate atau JIIPE seluas 100 hektar pada tahun ini. Target ambisius tersebut sepertinya untuk menutup laba bersih 2024 yang tercatat turun sebesar 20 persen.

    Dalam keterangan resmi AKRA yang dikutip Rabu, 19 Maret 2025, saham yang bergerak di bidang perdagangan bahan kimia ini mencatatkan laba bersih sebesar Rp2,2 triliun sepanjang FY24. Angka tersebut rupanya turun sebesar 20 persen dibandingkan tahun sebelumnya.

    Tidak hanya itu, hasil ini sedikit di bawah ekspektasi pasar karena hanya mencapai 96 persen dari estimasi konsensus. Namun, ada perbaikan yang signifikan pada kuartal terakhir, dengan laba bersih di kuartal keempat 2024 mencapai Rp756 miliar, meningkat dari Rp566 miliar pada kuartal ketiga 2024, meskipun masih lebih rendah dibandingkan Rp1,07 triliun pada kuartal keempat 2023.

    Pemulihan pada kuartal keempat ini terutama didorong oleh normalisasi di segmen ‘Perdagangan dan Distribusi’, yang sempat mengalami tekanan akibat volatilitas harga jual dan gangguan volume penjualan terkait kondisi cuaca di sektor pertambangan. Meski ada perbaikan secara kuartalan, segmen ini masih mencatatkan kontraksi tahunan.

    Investment Analyst Stockbit Theodorus Melvin mengatakan, sebagai kontributor utama terhadap total laba sebelum pajak (sekitar 65-75 persen), segmen ‘Perdagangan dan Distribusi’ mengalami peningkatan keuntungan sebesar 51 persen secara kuartalan pada 4Q24. Namun, secara tahunan, kinerja segmen ini tetap mengalami penurunan 14 persen YoY pada kuartal terakhir dan 21 persen YoY secara kumulatif sepanjang FY24.

    Manajemen AKRA menjelaskan, penurunan ini lebih disebabkan oleh normalisasi harga jual rata-rata, meskipun volume penjualan relatif stabil. Ke depan, perusahaan yang melakukan pencatatan saham perdana pada 3 Oktober 1994 ini menargetkan pertumbuhan laba kotor sebesar 5-7 persen YoY dari segmen ini di FY25. Pertumbuhan tersebut didorong oleh meningkatnya aktivitas sektor pertambangan dan stabilisasi harga jual.

    Target FY25 Lebih Ambisius

    Dari segmen kawasan industri, AKRA mencatatkan penjualan lahan di Java Integrated Industrial and Port Estate (JIIPE) sebesar 38 hektare selama FY24, turun 58 persen YoY dan jauh dari target awal yang telah diturunkan menjadi 100 hektare. Hal ini berdampak pada laba sebelum pajak segmen tersebut yang turun menjadi Rp525 miliar, melemah 41 persen dibandingkan tahun sebelumnya.

    Meski begitu, manajemen tetap optimis dengan menargetkan penjualan lahan JIIPE sebesar 100 hektare pada FY25, dengan realisasi backlog contract dari tahun sebelumnya menjadi pendorong utama. 

    Selain itu, pendapatan dari listrik dan utilitas di kawasan industri ini diharapkan tumbuh lebih stabil, seiring meningkatnya konsumsi listrik, air, serta layanan pengolahan limbah setelah tenant-tenant mulai beroperasi penuh di JIIPE.

    Dan, rencananya pada Kamis esok hari, 20 Maret 2025, Manajemen AKRA akan mengadakan earnings call untuk memberikan pembaruan terkait panduan kinerja full year 2025 serta perkembangan operasional tenant di JIIPE. 

    Fokus investor kemungkinan akan tertuju pada strategi AKRA dalam mempertahankan pertumbuhan di tengah tantangan pasar serta bagaimana perusahaan berupaya meningkatkan volume penjualan dan memanfaatkan stabilisasi harga di sektor pertambangan.

    Dengan normalisasi harga jual di segmen perdagangan, target penjualan lahan JIIPE yang lebih tinggi, serta prospek pertumbuhan dari layanan utilitas, AKRA memiliki potensi untuk memperbaiki kinerjanya di tahun mendatang. Namun, realisasi target ini tetap bergantung pada kondisi pasar dan efektivitas strategi eksekusi manajemen.

    Tren Saham Masih Cenderung Turun

    Jika melihat dari pergerakan saham AKRA pada hari ini, masih tampak tren menurun. Walau begitu, harga saat ini berada di level Rp1.095 per lembar saham. 

    Meski mencatat kenaikan tipis sebesar 0,92 persen atau 10 poin dalam perdagangan terakhir, pergerakan harga saham AKRA menunjukkan tren yang masih cenderung menurun jika dibandingkan dengan periode sebelumnya.

    Dalam sepekan terakhir, harga saham AKRA mengalami koreksi tajam sebesar 16,09 persen. Tekanan jual yang tinggi ini turut berkontribusi pada pelemahan harga dalam satu bulan terakhir yang mencapai minus 9,13 persen. 

    Dalam tiga bulan terakhir, kinerja saham ini juga mencatatkan penurunan sebesar 2,23 persen, menunjukkan adanya tekanan yang berkelanjutan di tengah kondisi pasar yang dinamis.

    Jika melihat jangka waktu yang lebih panjang, dalam enam bulan terakhir saham AKRA telah turun 25,51 persen, sementara dalam satu tahun terakhir koreksi mencapai 38,66 persen. Ini menandakan bahwa tekanan di saham AKRA bukan hanya terjadi dalam jangka pendek, tetapi telah berlangsung dalam periode yang lebih panjang.

    Hal ini sejalan dengan berbagai faktor eksternal seperti kondisi makroekonomi serta performa bisnis perusahaan yang mengalami tantangan, khususnya di segmen perdagangan dan distribusi serta kawasan industri.

    Meski demikian, jika menilik performa dalam jangka lebih panjang, saham AKRA tetap menunjukkan apresiasi yang cukup baik. Dalam tiga tahun terakhir, harga saham masih tumbuh 31,14 persen, sementara dalam lima tahun terakhir mengalami lonjakan hingga 222,06 persen. 

    Hal ini menunjukkan bahwa meskipun dalam jangka pendek harga saham sedang mengalami tekanan, dalam horizon investasi yang lebih panjang AKRA masih memberikan imbal hasil yang positif bagi investor.

    Secara teknikal, saham AKRA saat ini diperdagangkan mendekati level terendahnya dalam 52 minggu terakhir di Rp1.030, jauh dari harga tertinggi selama setahun terakhir yang berada di Rp1.865. Posisi ini menunjukkan bahwa saham AKRA berada dalam fase konsolidasi dengan tekanan jual yang cukup tinggi.

    Sementara itu, dari sisi transaksi, nilai perdagangan saham AKRA mencapai Rp7,1 miliar dengan rata-rata harga di Rp1.103 per lembar. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun ada volatilitas harga, minat investor terhadap saham AKRA masih tetap ada.

    Dengan performa harga yang masih berada dalam tren menurun, para investor kemungkinan akan mencermati strategi perusahaan ke depan, terutama dalam menjaga stabilitas kinerja di tengah tantangan pasar. 

    Perkembangan di segmen perdagangan dan distribusi, serta realisasi penjualan lahan JIIPE yang ditargetkan lebih tinggi pada tahun ini, menjadi faktor kunci yang dapat mempengaruhi sentimen pasar terhadap saham AKRA dalam beberapa bulan mendatang.(*)

    Disclaimer:
    Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Yunila Wati

    Telah berkarier sebagai jurnalis sejak 2002 dan telah aktif menulis tentang politik, olahraga, hiburan, serta makro ekonomi. Berkarier lebih dari satu dekade di dunia jurnalistik dengan beragam media, mulai dari media umum hingga media yang mengkhususkan pada sektor perempuan, keluarga dan anak.

    Saat ini, sudah lebih dari 1000 naskah ditulis mengenai saham, emiten, dan ekonomi makro lainnya.

    Tercatat pula sebagai Wartawan Utama sejak 2022, melalui Uji Kompetensi Wartawan yang diinisiasi oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), dengan nomor 914-PWI/WU/DP/XII/2022/08/06/79