Logo
>

Aksi Impor di Lebaran 2024: Daya Beli Lemah Masih Mengancam

Ditulis oleh KabarBursa.com
Aksi Impor di Lebaran 2024: Daya Beli Lemah Masih Mengancam

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Gabungan Importir Nasional Seluruh Indonesia (GINSI) mengungkapkan bahwa masalah daya beli masyarakat yang belum pulih merupakan tantangan utama bagi para importir, terutama saat menghadapi momen Idulfitri 1445 H/Lebaran 2024.

    Ketua Umum GINSI, Subandi, menyatakan bahwa meskipun omzet para importir cenderung meningkat menjelang Lebaran, tantangan terkait daya beli masyarakat masih sama seperti tahun-tahun sebelumnya.

    "Daya beli masyarakat masih belum pulih dan hampir setiap mau Lebaran masyarakat lebih memilih memprioritaskan belanja kebutuhan pokok dan barang-barang konsumtif untuk memenuhi kebutuhan Lebaran," ungkap Subandi, baru-baru ini.

    "Kendalanya juga hampir sama karena ada aturan pembatasan angkutan barang yang mengakibatkan tersendatnya kebutuhan industri," sambungnya.

    Dalam momentum Lebaran 2024, pemerintah menerapkan libur panjang selama 10 hari terhitung sejak 6 April sampai dengan 15 April 2024. Tak terlepas dari isu itu, masa libur panjang ini juga akan menjadi kendala terlebih bagi kegiatan impor.

    Industri, jelas Subandi, harus menyesuaikan kegiatan produksi dengan cuti yang disediakan pemerintah dan perusahaan, sembari di satu sisi mereka harus menyiapkan dana yang cukup besar untuk membayar tunjangan hari raya (THR) karyawan.

    "Jadi kalau bicara biaya, sudah dipastikan mengalami pembengkakan termasuk biaya logistik akibat barang tertahan di pelabuhan dan lain-lain," tegasnya.

    Menyikapi momentum positif kinerja manufaktur yang terjadi pada Maret, di mana industri mencatatkan Purchasing Manager's Index (PMI) tertinggi dalam 2,5 tahun terakhir, Subandi justru menyampaikan para importir masih kerap kali mengalami kendala dalam memenuhi permintaan pasar akibat terkendalanya regulasi yang belum tersosialisasi dengan baik oleh pemerintah.

    "Akibat[nya] pelaku usaha importasi juga masih banyak yang mengalami kendala memenuhi permintaan klien maupun pasar [industri]," tegasnya.

    Sebelumnya, Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita menjelaskan PMI manufaktur Indonesia pada Maret berada di level tertinggi selama 2,5 tahun.

    Sementara itu, indeks ini berasal dari laporan S&P Global yang mencatat PMI Manufaktur pada Maret berada di level 54,2 atau naik 1,5 poin dibanding capaian Februari yang menyentuh angka 52,7.

    Tak hanya itu, kinerja PMI manufaktur Indonesia pada Maret 2024 menurut Agus lebih baik dibandingkan PMI manufaktur negara-negara lain seperti; Malaysia 48,4, Thailand 49,1, Vietnam 49,9, Jepang 48,2, Korea Selatan 49,3, Jerman 41,6, Prancis 45,8, serta Inggris di 49,9.

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    KabarBursa.com

    Redaksi