KABARBURSA.COM - Malaysia sedang dalam sorotan internasional setelah mengumumkan bahwa perusahaan investasi Amerika Serikat, BlackRock, akan mengakuisisi Global Infrastructure Partners (GIP), pemegang saham utama Bandara Airport Holding Berhad (MAHB) yang mengelola sebagian besar bandara di Malaysia. Transaksi senilai USD12,5 miliar ini telah menimbulkan reaksi yang beragam di antara masyarakat Malaysia, khususnya mengingat hubungan BlackRock yang kontroversial dengan Israel.
GIP, yang terlibat dalam upaya pengambilalihan MAHB bersama Khazanah Nasional dan perusahaan-perusahaan lain, telah mengonfirmasi rencana akuisisi ini. Namun, mereka menegaskan bahwa BlackRock tidak akan terlibat dalam proses privatisasi MAHB. Meskipun demikian, kehadiran BlackRock dalam transaksi ini telah menciptakan kekhawatiran di kalangan warga Malaysia, terutama di tengah ketegangan geopolitik yang terus berlanjut di Timur Tengah.
Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim, memberikan tanggapannya terhadap reaksi publik yang terbagi. Ia menolak klaim bahwa 25 persen saham MAHB akan berakhir di tangan entitas yang pro-Zionis, sementara ia juga menekankan bahwa GIP telah berkomitmen untuk menjaga kedudukan kepemimpinan utama di MAHB tetap dipegang oleh orang-orang Malaysia. Pernyataannya mencoba menenangkan kekhawatiran masyarakat tentang pengaruh politik dan keamanan dari akuisisi ini.
Reaksi terhadap pengumuman ini tidak hanya berasal dari publik, tetapi juga dari partai politik dan anggota parlemen oposisi Malaysia yang mengecam langkah ini sebagai pengkhianatan terhadap nasionalisme ekonomi. Mereka mempertanyakan dampak jangka panjang dari pengambilalihan ini terhadap kepentingan nasional dalam jangka panjang, terutama dalam konteks ketahanan ekonomi dan strategis negara.
Manajemen GIP, di sisi lain, menyatakan komitmennya untuk memberikan dukungan operasional yang diperlukan untuk MAHB setelah transaksi selesai, meskipun mereka hanya akan menjadi pemegang saham minoritas. Mereka juga menyatakan rencana untuk mempertimbangkan pencatatan kembali MAHB di bursa Malaysia di masa mendatang, yang diharapkan akan meningkatkan transparansi dan akuntabilitas perusahaan di mata publik.
BlackRock, sebagai salah satu pemain utama dalam industri investasi global, memiliki sejumlah investasi yang signifikan di Malaysia, termasuk kepemilikan saham di Bursa Malaysia dan obligasi pemerintah serta korporat. Ini menunjukkan bahwa kehadiran mereka dalam akuisisi ini bukanlah hal yang baru dalam hubungan ekonomi mereka dengan Malaysia, meskipun kontroversi politik yang melekat.
Dari sudut pandang ekonomi, akuisisi ini diharapkan dapat membawa pengalaman luas GIP dalam mengelola dan mengoperasikan bandara internasional, seperti yang mereka lakukan di Sydney, London Gatwick, Edinburgh, dan sebelumnya London City, untuk memberikan dorongan bagi modernisasi dan pengembangan infrastruktur bandara di Malaysia. Ini dapat memberikan manfaat jangka panjang dalam meningkatkan layanan dan daya saing bandara Malaysia di pasar global yang semakin kompetitif.
Secara keseluruhan, sementara pengambilalihan ini menimbulkan ketegangan dan polemik di dalam negeri, diharapkan bahwa semua pihak dapat bekerja sama untuk memastikan bahwa kepentingan nasional dan keberlanjutan ekonomi tetap menjadi prioritas utama dalam setiap keputusan strategis yang diambil.
Rencana Gabung dengan BRICS
Perdana Menteri Malaysia Datuk Seri Anwar Ibrahim, mengumumkan bahwa pemerintahnya tengah mempersiapkan langkah untuk bergabung dengan blok ekonomi BRICS. Keputusan ini diambil karena BRICS, yang terdiri dari Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan, dianggap sebagai representasi negara-negara Selatan atau Global South yang memiliki potensi ekonomi besar.
"Kami telah membuat keputusan, akan segera melakukan prosedur formal. Tinggal menunggu hasil akhir dari pemerintah di Afrika Selatan," kata Anwar yang langsung dikonfirmasi oleh juru bicaranya, bahwa meskipun tidak ada rincian lebih lanjut mengenai proses pengajuan tersebut yang diungkapkan dalam wawancara itu.
Pernyataan ini muncul menjelang kunjungan tiga hari Perdana Menteri China, Li Qiang, yang akan berlangsung minggu ini. Kunjungan tersebut adalah bagian dari perayaan yang menandai tahun ke-50 hubungan diplomatik antara Malaysia dan China. Dalam kunjungan ini, Malaysia dan China diperkirakan akan menandatangani beberapa kesepakatan penting, termasuk memperbarui perjanjian kerja sama perdagangan dan ekonomi untuk lima tahun ke depan.
Didirikan pada 2006, BRICS awalnya terdiri dari Brasil, Rusia, India, dan China. Kelompok ini kemudian berkembang dengan bergabungnya Afrika Selatan pada 2010, dan sejak itu dikenal sebagai BRICS. Pada Januari 2024, blok ini kembali memperluas keanggotaannya untuk mencakup Mesir, Ethiopia, Iran, Arab Saudi, dan Uni Emirat Arab (UEA). Ekspansi ini menunjukkan daya tarik dan pengaruh BRICS yang semakin besar di kancah global.
Langkah Malaysia untuk bergabung dengan BRICS merupakan bagian dari strategi untuk meningkatkan kerjasama ekonomi dan memperkuat posisinya di panggung internasional. BRICS telah menjadi platform penting bagi negara-negara berkembang untuk bersinergi dalam bidang ekonomi, perdagangan, dan investasi.
Salah satu contoh nyata dari kolaborasi ekonomi ini adalah kehadiran merek-merek otomotif China di Malaysia. Perusahaan-perusahaan seperti Guangzhou Automobile Group (GAC), Great Wall Motors, BYD, dan Neta telah membangun pabrik di Malaysia. Mereka memanfaatkan insentif dan keringanan pajak dari pemerintah Malaysia untuk mendorong produksi kendaraan listrik di negara tersebut. Langkah ini tidak hanya meningkatkan investasi asing langsung (FDI) di Malaysia tetapi juga membantu negara ini dalam mencapai tujuan pengembangan teknologi hijau dan energi berkelanjutan.
Selain itu, keanggotaan di BRICS diharapkan dapat membuka peluang baru bagi Malaysia dalam perdagangan internasional, akses pasar yang lebih luas, dan kerjasama dalam proyek-proyek infrastruktur besar. Hal ini sangat penting bagi Malaysia yang sedang berusaha memulihkan ekonominya pasca-pandemi Covid-19 dan menghadapi tantangan ekonomi global.
Dengan bergabungnya Malaysia ke BRICS, negara ini diharapkan dapat lebih berperan aktif dalam menentukan arah kebijakan ekonomi global, terutama dalam konteks Global South. Langkah ini juga mencerminkan komitmen Malaysia untuk menjalin kemitraan yang lebih erat dengan negara-negara BRICS, yang memiliki pertumbuhan ekonomi cepat dan potensi besar untuk kerjasama di berbagai sektor.(*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.