KABARBURSA.COM - Rupiah membuka perdagangan dengan stabil, tetap berada pada level yang lemah di Rp16.260/USD dalam hitungan menit pertama perdagangan hari ini, Jumat 31 Mei 2024. Ini merupakan level terendah dalam empat tahun terakhir.
Dalam lima menit pertama, rupiah sedikit menguat menjadi Rp16.254/USD seiring dengan sentimen pasar yang berubah menjadi lebih positif setelah data ekonomi Amerika Serikat (AS) dirilis, meningkatkan optimisme terhadap potensi penurunan suku bunga Federal Reserve tahun ini.
Pergerakan yang terbatas pada rupiah di awal perdagangan terjadi di tengah penguatan mayoritas mata uang Asia pagi ini. Peso Filipina memimpin dengan kenaikan 0,26 persen, diikuti oleh baht Thailand 0,08 persen, rupee India, yuan offshore, dan dolar Hong Kong.
Sementara won Korea yang awalnya menguat, kini berbalik melemah, begitu juga dengan dolar Taiwan.
Pelaku pasar global merasa lega setelah mengalami turbulensi yang cukup tajam dua hari sebelumnya. Rilis data pertumbuhan ekonomi AS malam sebelumnya cukup menenangkan kekhawatiran, ditambah dengan pernyataan dovish dari dua pejabat Federal Reserve setelahnya. Hal ini memberikan dorongan pada harapan penurunan suku bunga acuan The Fed tahun ini yang telah diantisipasi oleh pasar.
Keyakinan ini akan didukung oleh rilis data inflasi PCE (Personal Consumption Expenditure) Amerika, yang menjadi sorotan utama minggu ini, dijadwalkan malam ini atau pagi Jumat waktu setempat.
Amerika melaporkan pertumbuhan ekonomi kuartal pertama 2024 sebesar 1,3 persen, lebih rendah dari perkiraan sebelumnya 1,6 persen. Indeks Harga Produk Domestik Bruto (GDP) juga tercatat lebih rendah di 3 persen, di bawah ekspektasi pasar, bersamaan dengan Indeks Harga PCE inti yang mencapai 3,6 persen, lebih rendah dari prediksi.
Belanja konsumen AS terlihat melemah pada kuartal pertama tahun ini, dengan pertumbuhan sebesar 2 persen, di bawah estimasi sebelumnya 2,5 persen dan ekspektasi pasar 2,1 persen.
Data tersebut berdampak pada penurunan yield Treasury AS, yang kembali diminati sehingga imbal hasilnya turun di semua kurva, mencapai 4,544 persen.
Dua pejabat The Fed juga memberikan pernyataan dovish. Gubernur Federal Reserve New York John Williams menyatakan optimisme bahwa inflasi akan terus menurun di paruh kedua tahun ini, dan ia menilai kebijakan The Fed telah berhasil mengendalikan laju pertumbuhan ekonomi AS.
Williams berpendapat bahwa meskipun inflasi masih tinggi, kebijakan The Fed telah berada pada posisi yang tepat, dan ketidakseimbangan antara penawaran dan permintaan telah berkurang. Ia memperkirakan inflasi akan kembali moderat pada paruh kedua tahun ini.
Secara teknikal, rupiah berpotensi menuju resistance terdekat di level Rp16.220/USD, diikuti oleh resistance potensial berikutnya di Rp16.180/US$ dan Rp16.150/USD sebagai level optimis dalam tren jangka pendek.
Adapun level support psikologis rupiah berada di Rp16.280/USD dan Rp16.300/USD. Jika level ini berhasil ditembus, maka akan mengonfirmasi dukungan selanjutnya di level Rp16.350/USD dalam jangka menengah.
Bagaimana pengaruh data ekonomi dan inflasi AS, serta pernyataan para pejabat The Fed terhadap pasar investasi global?
Dari pasar Forex, Dolar AS menguat pada hari Rabu didukung oleh kenaikan imbal hasil Treasury AS dan pelemahan mata uang pesaingnya seperti Yen dan Euro. Jika data ekonomi melemah dan PCE Price Index stabil, serta memicu sentimen penurunan suku bunga The Fed, dolar AS dapat tertekan.
Dari pasar Saham, bursa Wall Street ditutup bervariasi menunggu rilis data ekonomi dan PCE Price Index. Sementara itu, bursa Asia dan Eropa berakhir melemah, menantikan data ekonomi dan PCE Price Index. Jika data ekonomi melemah dan PCE Price Index stabil, serta memicu sentimen penurunan suku bunga AS, maka bursa saham global dapat menguat.
Dari pasar Komoditas, harga emas dan minyak turun dipengaruhi oleh penguatan dolar AS dan imbal hasil Treasury AS. Namun, jika data ekonomi AS melemah dan PCE Price Index stabil, serta memicu sentimen penurunan suku bunga AS yang menekan dolar AS, harga emas dan minyak dapat menguat.
Pada minggu ini, pasar investasi global akan menyoroti data ekonomi dan inflasi di AS dan Eropa, serta pernyataan dari pejabat The Fed.
Neel Kashkari, Presiden Fed Minneapolis, menyatakan bahwa dia akan menunggu data inflasi yang positif selama beberapa bulan lagi sebelum mempertimbangkan penurunan suku bunga.
Para pejabat The Fed akan memberikan pernyataan sepanjang minggu ini, yang akan menjadi fokus bagi investor yang mencari petunjuk mengenai kebijakan suku bunga The Fed.
{
"width": "100 persen",
"height": "480",
"symbol": "FX_IDC:USDIDR",
"interval": "D",
"timezone": "Etc/UTC",
"theme": "light",
"style": "1",
"locale": "en",
"hide_top_toolbar": true,
"allow_symbol_change": false,
"save_image": false,
"calendar": false,
"hide_volume": true,
"support_host": "https://www.tradingview.com"
}