KABARBURSA.COM - Anak usaha utama PT Buma Internasional Grup Tbk (DOID) yakni PT Bukit Makmur Mandiri Utama (BUMA) telah memulai produksi di lokasi tambang PT Persada Kapuas Prima (PKP), anak perusahaan dari PT Singaraja Putra Tbk (SINI).
Produksi ini merupakan implementasi dari kontrak jasa pertambangan sepanjang umur tambang (lifeof-mine) senilai Rp12 triliun yang ditandatangani bersama PKP pada Agustus 2024.
BUMA akan menjalankan layanan pertambangan secara menyeluruh, mulai dari pengupasan lapisan tanah penutup (overburden) hingga penambangan batu bara.
Wakil Direktur Utama BUMA Nanang Rizal Achyar menyampaikan, produksi ini menjadi tonggak baru dalam kemitraan jangka panjang yang dibangun bersama PKP.
"Kolaborasi ini mencerminkan fokus berkelanjutan BUMA di Indonesia, di mana keahlian inti kami sebagai kontraktor tambang sejalan dengan upaya menciptakan nilai bagi para mitra, karyawan, dan masyarakat di sekitar area operasional kami," ujar dia dalam keterangan resmi, Senin, 30 Juni 2025.
Dalam jangka waktu sembilan tahun, kontrak jasa pertambangan PKP diproyeksikan menghasilkan lebih dari 359.330.000 BCM lapisan penutup (overburden) dan 60 juta ton batu bara.
Sementara itu Direktur SINI Novraym Vianus Keriahenta Meliala menyatakan, pihaknya optimistis akan mencapai target produksi batu bara anak usaha SINI melalui kerja sama dengan BUMA,
"Dengan beroperasinya PKP, kami juga mengharapkan adanya pengembangan ekonomi lokal serta dapat memberikan nilai tambah bagi perusahaan, anak usaha dan seluruh pemangku kepentingan SINI," ungkapnya.
Pendapatan DOID Turun 17 Persen di Q1-2025, Terkendala Cuaca Buruk
Sebelumnya diberitakan, DOID mencatat performa kurang baik pada kuartal I 2025. Capaian ini tidak lepas dari cuaca buruk yang terjadi dalam beberapa waktu terakhir.
Manajemen Buma International menyampaikan, kondisi cuaca yang tidak terduga menganggu operasional di lokasi-lokasi tambang utama kuartal ini. Disampaikan, terjadi curah hujan ekstrem di lokasi-lokasi tambang utama di Indonesia dan Australia.
"Di Australia, jumlah hari hujan (rain days) melonjak 47 persen year-on-year (YoY), sementara di salah satu lokasi tambang utama Indonesia, durasi hujan meningkat 59 persen, menyebabkan banjir di area tambang (pit flooding) dan gangguan akses yang signifikan," tulis manajemen dalam keterangannya, Kamis, 26 Juni 2025.
Selain itu, perusahaan juga terkendala insiden keselamatan dari pihak lain yang menyebabkan penghentian operasional selama 27 hari di dua lokasi pertambangan utama.
Di saat yang sama, penurunan aktivitas operasional (ramp-down) oleh klien di Indonesia dan Australia juga berkontribusi terhadap penurunan volume produksi Buma Internasional secara keseluruhan.
Gangguan operasional sepanjang kuartal tersebut berdampak signifikan terhadap kinerja produksi. Volume overburden removal turun 26 persenYoY menjadi 101 juta BCM, dan produksi batu bara turun 17 persen menjadi 18 juta ton.
"Penurunan volume ini menyebabkan penurunan pendapatan sebesar 17 persen menjadi USD352 juta," tulis manajemen.
Selain penurunan produksi, biaya ramp-up yang sebagian besar bersifat tetap di lokasi-lokasi pertumbuhan grup, juga menekan profitabilitas dan berkontribusi pada penurunan EBITDA sebesar 82 persen menjadi USD14 juta.
Akibatnya, grup mencatatkan rugi bersih sebesar USD70 juta pada kuartal ini, dibandingkan kerugian sebesar USD19 juta pada periode yang sama tahun lalu.
Direktur Buma International Group Iwan Fuad Salim, menyampaikan kinerja grup pada kuartal I 2025 dipengaruhi oleh tantangan operasional besar yang belum pernah terjadi dan berada di luar kendali perusahaan.
"Kami menghadapi tantangan ini dengan respons yang cepat dan tegas di Indonesia, Australia, dan Amerika Serikat, melalui penerapan kebijakan alokasi modal yang lebih disiplin, implementasi program efisiensi di seluruh grup, serta percepatan peningkatan produktivitas di area-area kunci," ujar dia dalam keterangannya, Kamis, 26 Juni 2025.
Berkat langkah-langkah tersebut, Iwan mengatakan Buma Internasional mencatatkan perbaikan kinerja di kuartal kedua, menempatkan perusahaan kembali ke jalur yang tepat.
"Kami tetap yakin akan kemampuan kami untuk memulihkan momentum dan menciptakan nilai jangka panjang bagi seluruh pemangku kepentingan," pungkasnya.(*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.