Logo
>

Analis Beber Instrumen Investasi bakal Positif Sambut Sentimen The Fed

Ditulis oleh Dian Finka
Analis Beber Instrumen Investasi bakal Positif Sambut Sentimen The Fed

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Federal Reserve (The Fed) memastikan langkahnya memangkas suku bunga acuan atau Federal Funds Rate (FFR) pada September 2024 mendatang. Gubernur The Fed Jerome Powell mengungkapkan bahwa waktu bank sentral Amerika Serikat (AS) untuk menurunkan suku bunga telah tiba.

    Peningkatan risiko di pasar tenaga kerja dan inflasi yang mendekati target 2 persen menjadi indikator kuat bahwa pelonggaran kebijakan moneter akan segera dilakukan. Menyebut dua mandat utama yang diberikan oleh Kongres AS kepada The Fed, Powell mengungkapkan keyakinannya bahwa inflasi sedang bergerak stabil menuju target 2 persen, setelah sempat mencapai sekitar 7 persen selama pandemi COVID-19, sementara tingkat pengangguran juga mengalami kenaikan.

    Data saat ini menunjukkan bahwa tingkat pengangguran di AS meningkat, dari 4,1 persen pada Juni 2024 menjadi 4,3 persen pada Juli 2024. Ini adalah peningkatan keempat secara berurutan dan merupakan angka tertinggi sejak Oktober 2021. Powell menilai angka ini konsisten dengan stabilitas inflasi dalam jangka panjang.

    Sentimen The Fed tersebut menurut Direktur PT Bahana TCW Investment Management (Bahana TCW) Danica Adhitama dapat disambut positif pasar dalam negeri. Ia mengatakan bahwa pemangkasan suku bunga yang diperkirakan akan dimulai pada September mendatang ini haruslah disikapi dengan positif oleh investor.

    Setelah dinilai berhasil menjaga tingkat inflasi berada di posisi stabil, angka pengangguran ini dipercaya akan menjadi concern The Fed berikutnya. Para pelaku pasar dan para ekonom cukup yakin dengan ekspektasi bahwa The Fed akan memangkas suku bunga acuannya pada September 2024 mendatang.

    Di tengah kondisi seperti ini, pada investor perlu memperhatikan kelas-kelas aset yang diprediksi akan berkinerja baik di saat suku bunga mulai menurun. Reksa Dana Pendapatan Tetap (RDPT) merupakan salah satu portofolio investasi yang patut diperhatikan. “Prospek reksa dana pendapatan tetap pada semester II 2024 masih terlihat positif, bahkan hingga akhir tahun jika suku bunga mengalami penurunan," ujar Danica, Senin, 26 Agustus 2024.

    "Penurunan suku bunga ini bisa berdampak positif pada reksa dana pendapatan tetap. Saat suku bunga turun, harga obligasi cenderung meningkat, yang pada akhirnya akan meningkatkan nilai aset dari jenis reksa dana ini,” tambah Danica.

    Dengan semakin kuatnya indikasi pemangkasan suku bunga AS, tren suku bunga tinggi yang telah berlangsung beberapa tahun terakhir diperkirakan akan segera berakhir. Kondisi ini memberikan kabar baik bagi reksa dana pendapatan tetap, terutama yang fokus pada aset seperti obligasi.

    Analisis ini didukung oleh data dari Infovesta Utama, yang menunjukkan bahwa dalam seminggu terakhir (4-9 Agustus 2024), reksa dana pendapatan tetap mencatatkan return positif tertinggi sebesar 0,11 persen.

    “Bagi kami di tengah kondisi seperti saat ini, merupakan waktu yang tepat untuk mendorong investor agar melakukan diversifikasi investasi. Reksa dana pendapatan tetap merupakan salah satu pilihan yang sesuai di saat seperti ini," tukas Danica.

    BI Ambil Langkah Hati-Hati 

    Sementara itu dari bank sentral Tanah Air telah menyatakan sikapnya. Dalam Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (RDG BI) yang berlangsung pada 20-21 Agustus 2024, keputusan diambil untuk mempertahankan suku bunga acuan atau BI-Rate di angka 6,25 persen. Selain itu, suku bunga Deposit Facility tetap pada 5,50 persen dan suku bunga Lending Facility pada 7,00 persen.

    Gubernur BI, Perry Warjiyo, menegaskan bahwa keputusan ini selaras dengan fokus kebijakan moneter yang menekankan pada stabilitas. Tujuannya adalah memperkuat stabilisasi nilai tukar rupiah serta melaksanakan langkah-langkah pre-emptive dan forward looking untuk menjaga inflasi tetap dalam rentang target 2,5±1 persen pada 2024 dan 2025.

    Di samping itu, kebijakan makroprudensial dan sistem pembayaran akan tetap pro-growth untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.

    Menurut Perry, kebijakan makroprudensial yang longgar akan terus diterapkan untuk mendorong kredit dan pembiayaan perbankan kepada sektor usaha dan rumah tangga, dengan tetap memperhatikan prinsip kehati-hatian.

    Sementara itu, kebijakan sistem pembayaran difokuskan pada penguatan infrastruktur dan struktur industri sistem pembayaran serta memperluas akseptasi digitalisasi sistem pembayaran.

    Bank Indonesia terus memperkuat bauran kebijakan moneter, makroprudensial, dan sistem pembayaran untuk menjaga stabilitas dan mendukung pertumbuhan ekonomi di tengah ketidakpastian pasar keuangan global yang masih tinggi.

    Sementara itu, Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS mengalami penurunan pada akhir perdagangan Rabu setelah pengumuman dari Bank Indonesia (BI) yang memutuskan untuk menahan BI-Rate di angka 6,25 persen. (*)

    Disclaimer:
    Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Dian Finka

    Bergabung di Kabar Bursa sejak 2024, sering menulis pemberitaan mengenai isu-isu ekonomi.